Chapter 3
Daviandra Aldemar Baldwin. Ya, itu merupakan nama lengkap dari Dave, ia terlahir di sebuah keluarga mapan dan mementingkan karir. Dave sebenarnya mendapatkan limpahan kasih sayang dari orang tuanya, tetapi kasih sayang yang diberikan sangat berbeda dengan yang lain. Orang Tua Dave lebih senang memanjakan Dave dengan kekayaan yang mereka miliki dibandingkan dengan memberi waktu luang mereka kepada Dave.
Jangankan hal-hal yang penting, hal-hal kecil saja jarang sekali mereka ketahui. Sebenarnya, Dave tidak memedulikan apapun tentang keluarganya, karena sebanyak apapun dia berharap mungkin itu tidak akan bisa menjadi kenyataan yang ia inginkan. Ya, Dave sangat tau itu. Tapi, masalah utama disini yaitu diri Dave sendiri.
Dave sebenarnya memiliki banyak jati diri yang membuat dia sering berhalusinasi, sehingga sikap dia terkadang bisa berubah dengan cepat, dan hal ini membuat Dave sering dipandang aneh. Bisa dibilang Dave mengalami gangguan kejiwaan, tapi tidak semudah yang terbayangkan. Kenapa? Karena pernah suatu waktu Dave menjalani tes kejiwaan yang dimana hasilnya sangat tidak terduga, ternyata sangat sehat tanpa cacat sedikipun. Kenapa bisa? Karena Dave ketika menjalani tes seperti membentengi dirinya dengan cara memanipulatif kepribadiannya menjadi sebuah kepribadian yang normal dan sangat sehat tanpa cacat mental sedikitpun.
Dave sangat mengatahui akan kepribadian anehnya ini, bahkan hanya dirinya sendirilah yang mengetahui masalah mengerikan ini. Bahkan orang terdekatnya seperti Ale saja tidak mengetahui sama sekali perihal kejiwaan Dave tersebut. Dave sebenarnya juga berusaha untuk menyembunyikannya dan menutupi masalah ini sebaik mungkin dari siapapun yang ingin mencoba mencari tahu.
Sekarang, Dave sedang memandangi indahnya langit senja dibalkon kamarnya. Dengan mengenakan baju navy lengan panjang dan juga celana pendek putih tulang Dave terlihat menyandarkan dirinya pada dinding balkon. Tidak lama Dave mulai rileks dan tenang dengan menghelakan napasnya, hingga ia memejamkan mencoba memejamkan matanya.
'Praaang' terdengar suara pecahan kaca.
Dave tersentak dan menoleh ke arah asal pecahan tersebut yaitu tepat berada disamping meja belajarnya.
"Ah... Sial! Kenangan itu lagi." Dave spontat memejamkan matanya dan meremas rambutnya karena denyut di kepalanya yang sangat luar biasanya menyakitkan.
"Jangan ganggu aku... sekali ini saja. Aku hanya ingin sebuah suasana yang damai." Gumam Dave. Dave kemudian memejamkan matanya dan mencoba kembali menetralkan pernapasannya yang sempat menyesak di dadanya. Ia juga meremas bagian dadanya yang sesak tersebut.
"Tenang Dave... tenang. Ini hanya paranoia, ilusi, dan bukan sebuah hal yang harus dikhawatirkan." Ujar Dave mencoba menenangkan dirinya dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Dave yang sudah merasakan keadannya membaik, ia kembali masuk ke kamarnya yang berada di lantai kedua rumahnya tersebut. Ia meninggalkan pintu balkon yang masih terbuka begitu saja dan melangkahkan kakinya lemah mengampiri tempat tidurnya yang berlapis kain putih polos. Ia menjatuhkan dirinya dan meremas kuat sprei putih polos tersebut, ia sedang mencoba untuk menenangkan diri, hingga secara perlahan keadaan di sekelilingnya terasa semakin sunyi, pandangannya juga memburam, sampai ia hanya menemukan sebuah kegelapan yang sangat suram.
***
Sinar matahari pagi menembus tirai jendela bewarna putih transparan yang berada di kamar Dave. Angin pagi bertiup cukup kencang dan memasuki kamar Dave melalui pintu balkon yang masih terbuka lebar. Sedangkan seorang pemuda masih dengan posisi yang sama tertidur dengan sangat nyaman tanpa memedulikan bahwa sedari malam kulitnya bersentuhan dengan angin dingin yang menusuk.
Matahari pagi yang semakin naik membuat sinarnya semakin kuat dan terang. Sinar tersebut tepat mengenai kelopak mata Dave yang tertutup, perubahan kondisi cahaya yang diterimanya membuat respon terhadap saraf otaknya. Hal itu menyebabkan Dave kembali ke dunia nyata dan meninggalkan dunia mimpi indahnya.
Bola matanya terlihat aktif bergerak di balik kelopak mata putih tersebut, tidak lama ia mengerjapkan matanya, hingga matanya terbuka lebar tanpa berkedip dan dia sudah kembali ke kesadaran penuhnya.
Setelahnya Dave berusaha duduk dengan merasakan perasaan aneh pada tubuhnya, ia menyatukan tangannya dan mendapati bahwa tangannya sangat dingin. Tiba-tiba perasaan bergejolak menyerang bagian perutnya, seperti ada yang akan naik hingga memenuhi kerongkongannya yang sangat kering.
Tidak lama perasaan tidak enak bergejolak dengan parah dan naik mendadak. Dave dengan segera ke kamar mandi dan menghampiri wastafel yang terdapat di kamar mandinya. Ia memuntahkan segala yang masih tersisa di perutnya. Setelah mual yang dirasakan oleh Dave mereda. Dave mencuci bersih mulutnya dan membasuh mukanya dengan air.
Setelahnya ia berjalan keluar kamar dan turun ke lantai bawah tepatnya ke dapur untuk mengambil sarapan paginya. Sudah hampir seharian penuh ia tidak mengisi perutnya, dia mengambil susu dan sereal kesukaannya. Menuangkan sereal sebanyak mungkin ke mangkuk, lalu susu dengan gula rendah dituangkannya ke dalam mangkuk penuh sereal tersebut.
Dave terlihat lesu dan memakannya dengan pelan, karena perutnya masih terasa sangat nyeri dan menyakitkan. Dave kembali memikirkan dan terus memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Bagaimana bisa hidupnya sangat semalang ini? Batinnya. Sebenarnya ribuan pertanyaan terus-terusan berputar di kepalanya, hingga ia tidak sadar bahwa makanan yang sedang disantapnya sudah habis tidak bersisa. Dave kemudian bangkit dari kursi dan menyucinya.
***
Sekarang, Dave sedang berada di sebuah Kafe tempat favorit Dave. Ia sekarang sedang menunggu kedatangan Ale yang memaksanya untuk datang dan mengerjakan projek untuk kelulusan mereka. Dave sangat terlihat acuh tidak acuh mengenai projek kelulusan itu, karena pikir Dave itu tidak akan mengubah apapun, dan sebenarnya ia terlalu malas untuk melakukannya.
Dave menunggu dengan menyeruput kopi pahit kesukannya, ia juga melihat pemandangan luar dari dalam kafe walaupun dihalangi dengan kaca besar transparan, tetap saja keindahan taman di Kafe ini sangat menenangkan pikir Dave.
Dave yang semakin bosan pun sedikit berdecih karena kesal dengan sahabat kecilnya tersebut, dia sudah setengah jam menunggu dan itu menurut Dave sudah sangat membuang waktu berharga miliknya. Walaupun sebenarnya Dave juga tidak mengetahui bagaimana caranya menghabiskan waktu berharganya dengan efektif,
'Praaaaang' Terdengar suara pecahan kaca.
Dave terdiam cukup lama, apa itu ilusi lagi? Batinnya.
"Ah... Maafkan saya, saya tidak sengaja melakukannya." Ujar seorang pelayan Kafe kepada seorang perempuan yang sedang duduk di depan pelayan kafe tersebut.
"Iya, Nggak apa apa kok... Saya juga sudah mau pulang ke rumah, untuk kerugiannya saya aja yang ganti yah." Ucap perempuan tersebut ramah kepada pelayan Kafe.
Dave yang penasaran dengan percakapan tersebut menoleh ke arah belakang, matanya menangkap seorang perempuan cantik yang sering ia temui juga berkunjung ke Kafe ini. Dave memandangnya takjub karena kebaikan hatinya, selain itu Dave juga sudah sering mendengar bahwa perempuan yang sedang dilihatnya ini merupakan mahasiswa akhir seperti dirinya, dan juga cukup populer di kalangan mahasiswa karena sifat ramah juga kecantikan alaminya.
Dave masih terus-terusan melihat perempuan tersebut sedang membersihkan bajunya yang kotor oleh noda coklat susu yang dibeli olehnya. Tapi, walaupun ditimpa kesialan tetap saja ia menunjukkan senyuman manisnya, hingga setelah perempuan tersebut selesai, ia terlihat seperti mengedarkan pandangannya dan manik matanya tersebut tepat bertemu dengan manik mata Dave yang sedang menatapnya dengan intens, dan dengan segera Dave membuang mukanya seakan tidak terjadi apa apa.
Dave terlihat menekukan wajahnya dan sedikit malu, ia terlihat seperti buaya darat yang suka memainkan matanya terhadap wanita polos, tapi Dave tidak seperti itu, Dave yakin dia seorang pemuda yang baik. Tidak lama terdengar suara langkah kaki menghampirinya dengan tenang.
"Kamu Vian mahasiswa tingkat akhir dari fakultas bisnis kan?"
***
Wednesday - September 9th, 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top