Chapter 2

"Key, coba kamu lihat ini deh!" Seru Lucy, teman Key.

"Apaan?" Tanya Key penasaran dan menoleh ke arah Lucy yang sedang tiduran di tempat tidurnya Key.

"Ini Key, bukannya ini Dave ya?" Tunjuk Lucy memperlihatkan ipadnya kepada Key.

"Eh? Iya deh kayaknya, tapi dia kok ... BERUBAH?!" Teriak Key kaget di akhir kalimat yang membuat Lucy memukul kepala Key.

"Santai aja woi! Berubah berubah, dikira power rangers apa?" Celetuk Lucy kesal melihat kelakuan sahabatnya yang tidak pernah santai.

"Habisnya... Kamu tau sendiri kan aku dari dulu itu suka banget merhatikan Dave, dan tiba-tiba berubah kaya gitu, siapa yang enggak kaget?" Alasan Key yang membuat Lucy memicingkan matanya.

"Bentar... Kamu masih suka merhatikan Dave? Setia banget dah, dia kan... orangnya aneh." Lucy memelankan perkataannya di akhir kalimat.

"Ya... Karena aneh itu makanya aku suka, menurutku dia orang yang langka dan spesial." Ujar Key yang membuat Lucy memutarkan bola matanya.

"Langka? Dikira hewan apa? Jadi cewek itu jual mahal dikitlah, masa kita duluan yang mendekat, nggak banget Key." Ujar Lucy dengan menggeleng-gelengkan kepalanya miris melihat temannya.

"Yaelah ... kaku amat hidup kaya kayu lapuk, lagian aku itu mau deketin dia untuk objek penelitian, kamu tau sendirikan bentar lagi kita udah mau di akhir semester? Nah ... menurutku Dave itu sesuai banget dengan kriteria penelitianku!" Seru Key kegirangan.

"Dasar gila! Cocok sih emang ... anaknya juga pendiam, tapi dia itu ... sempurna banget juga, mana udah pintar, ganteng, tajir lagi! definisi sempurna pake banget." Puji Lucy.

"Atau jangan-jangan kamu mau curi kesempatan untuk gebet dia juga ya? Wah... Nggak nyangka banget aku Key sama kamu..." Sambung Lucy menatap Key dengan pandangan miris dan mendapatkan pukulan tepat di kepalanya oleh Key.

"Duh... Sakit woi! Suka banget nyiksa teman emang." Keluh Lucy.

"Yakali, udah aku bilang juga, Cuma untuk objek penelitian! Nggak lebih, lagian dia udah banyak banget fans-nya, yakali aku tikung ribuan orang yang menunggu dia putus sama Ale." Ujar Key.

"Ya nggak mugkinlah!" Seru Lucy.

"Eh bentar! Putus? Ale? Dave udah pacaran?!!" Tanya Lucy tiba-tiba dengan menggebu-gebu.

"Lah? Masa kamu nggak tau?" Tanya balik Key.

"Ya... Kamu tau sendirikan aku anak rumahan kan? tapi suka gosip." Lucy mengerucutkan bibirnya.

"Suka gosip tapi berita sebesar itu masa nggak tau sih?" Key menatap miris teman di sebelahnya, setelahnya Key duduk dan menatap Lucy serius.

Lucypun ikut duduk dan menatap wajah Key layaknya singa yang kelaparan, maklum udah lama nggak pernah dapat asupan.

"Jadi seminggu yang lalu itu, katanya Dave nembak Ale..." Key menghentikan perkataannya.

"Terus? Diterima?" Tanya Lucy penasaran dan mendesak Key untuk melanjutkan perkataannya.

"Awalnya Ale nolak, tapi tiga hari kemudian Dave posting foto mereka berdua dengan caption 'My Little Princess', dan banyak yang menyimpulkan mereka akhirnya jadian." Ujar Key mengakhiri kalimatnya.

"Yhaa... Gitu doang? Nggak ada drama apa gitu?" Keluh Lucy kesal dan kecewa dengan gosip yang diberikan Key.

"Yakali!! Dikira lagi main drama apa? Tapi aku sih masih nggak yakin banget kalau mereka itu pacaran." Ungkap Key dan sontak membuat Lucy kembali menatap Key serius menuntut penjelasan lebih.

"Maksud?" Tanya Lucy singkat.

"Secara hubungan Dave sama Ale itu udah sahabatan dari mereka bayi, nggak mungkin banget kalau mereka bisa pacaran..." Jelas Key yang membuat Lucy semakin bingung dan berpikir dengan mengelus dagu lancipnya.

"Bentar ... Bukannya kalau sahabatan dari kecil itu malah sangat memungkinkan kalau mereka akhirnya pacaran yha? Kaya di cerita fiksi gitu?" Tanya Lucy seakan memastikan.

"Tuhkan, kebanyakan baca cerita fiksi sih! justru kalau mereka sahabatan dari kecil itulah yang sangat nggak mungkin, karena mereka pasti sudah menganggap satu sama lain itu sebagai keluarga, lagian nggak mungkin banget mereka pacaran karena bisa merusak hubungan persahabatan yang udah mereka jaga dari lama." Jelas Key yang membuat Lucy menangguk paham.

"Benar juga..."

"Eh tapi kalau gitu kenapa Dave pakai nembak Ale segala?" Tamya Lucy jadi penasaran.

"Mungkin Dare...?" Lirih Key seakan ragu.

"Dare? Kenapa kamu kepikiran itu?" Tanya Lucy kembali.

"Soalnya ... Yha, Aku dengar aja waktu mereka lagi makan bareng di Cafe seberang kampus." Jelas Key.

"Wah... Parah banget, penipuan perasaan dan publik ini namanya, emang yang kasih dare kaya gituan siapa?" Tanya Lucy lagi dengan tatapan penasaran yang sudah mendarah daging.

"Siapa lagi emangnya? Si Ale lah, mereka kan Cuma berduaan waktu di Cafe, pakai main Dare or Dare lagi, aneh banget." Jelas Key lalu berlalu keluar dari kamarnya.

"Hei! Key! Mau kemana kamu!" Teriak Lucy ketika sahabatnya tersebut tiba-tiba melesat pergi.

"Cari makanan!" Balas teriak Key dari luar.

"Dasar! Key ... Key ... kamu nggak akan pernah bisa membohongi sahabatmu ini, keliatan jelas kalau kamu sebenarnya sedang cemburu dan suka pada Dave." Gumam Lucy tersenyum miring.

***

Ale menyeduh teh hangatnya dengan menatap langit malam yang indah. Ia menekukan tangannya pada balkon putih kilap yang sangat selaras dengan warna kulit pucatnya. Ia sangat menikmati bagaimana banyak titik putih menyebar di angkasa layaknya sebuah kertas hitam yang ternoda oleh kapur.

Ale kembali menghelakan napasnya, sudah puluhan kali ia melakukannya. Sekarang ia sedang berpikir tentang Dave. Bagaimana mungkin ia tidak memikirkan sahabat yang sanga ia sayangi tersebut? Ya... Walaupun Ale sangat sayang kepada Dave tetap saja Ale hanya memiliki perasaan kepada Dave layaknya sebuah keluarga.

Menurut Ale, Dave merupakan salah satu orang berharga dalam hidupnya setelah keluarganya, maka dari itu Ale tidak ingin hubungannya dengan Dave hancur karena memiliki perasaan lebih terhadap Dave.

Sudah tiga hari sejak kejadian di Cafe, Dave tidak pernah memberi kabar balik tentang keadannya. Tentu saja itu sangat membebani pikiran Ale, terbukti dengan kantong matanya yang menghitam dan besar.

Jujur, Ale sendiri tidak mengetahui perasaan apa yang dia miliki terhadap Dave, karena menurutnya dia terlalu memikirkan bagaimana keadaan Dave. Tapi, setelah berpikir berulang kali, Ale merasakan dia hanya mengkhawatirkan Dave karena sudah menganggap Dave adalah kakanya sendiri.

Ale sudah sedari lama mulai protektif dan dengan rutin mengontrol sikap Dave, itu karena Dave sedari kecil sudah mengalami depresi berat yang membuat perilaku Dave suka tidak terkontrol dengan baik. Depresi Dave peyebabnya adalah keluarganya sendiri, Dave tidak pernah mendapatkan atau merasakan perhatian yang tulus dan penuh kasih sayang dari orang tuanya sendiri.

Tapi belakangan ini Dave sepertinya tidak ambil pusing dengan masalah yang menimpanya, ia juga sudah mencoba memulai lembaran baru dalam hidupnya. Ale sudah mengetahui dengan jelas bahwa Dave sudah memutuskan untuk pergi dari keluarganya, Ale tahu persis masalah itu. Tapi itu sudah sebulan yang lalu, dan entah kenapa baru-baru ini Dave kembali seperti memikirkan sesuatu yang bisa dibilang cukup berat, ia bahkan sering melamun.

Ale kembali menghelakan napas berat, ia kemudia kembali menyeduh teh-nya, ternyata sudah habis tidak bersisa. Ale kemudian masuk ke dalam kamarnya, ia menggeser lemari kayu besar, kemudian dia membuka sebuah pintu bercorak kayu dan masuk ke dalamnya.

Disana terdapa sebuah lampu bewarna merah padam, sebuah lemari kaca berukuran kecil, dan juga satu set meja. Tepat di depan pintu yang dimasukinya, tepat di dinding terdapat sebuah papan busa berukuran besar, Ale mulai berjalan ke papan tersebut.

Banyak berbaris foto Dave, keluarga Dave, teman Dave, sampai orang-orang yang pernah berbicara dengan Dave walaupun hanya sekali. Ale terlihat meraba sebuah foto Dave dan keluarga besarnya yang lagi tersenyum bahagia.

"Lihatlah senyuman kemunafikan ini... Bagaimanapun juga Dave tetap akan menjadi seseorang yang harus bersandar padaku, untuk selamanya!" Seru Ale dengan tersenyum.

***

Sunday - September 6th, 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top