25. Kinky things

Bahu besar itu bersandar di kursi tempat ia terduduk dengan sebelah tangan berada di atas meja, sementara tangan yang lain sibuk memainkan smartphone yang menjadi pengendali hasratnya hari ini. Leonard duduk dengan santai meskipun kedua matanya melirik tajam seraya tersenyum penuh kemenangan ke arah Vanessa. Melihat cara duduk gadis yang ada di hadapannya itu terlihat tak nyaman.

Vanessa membalas tatapan Leonard seolah memohon, dadanya terlihat naik turun menahan sesuatu di antara selangkangan yang bergetar di dalam sana. Dan semua itu adalah perbuatan Leonard, Vanessa bahkan tak bisa fokus pada apa yang dikatakan oleh Nathan. Bibirnya terkatup menahan desahan yang beberapa kali hampir saja lolos.

Sementara pria yang melakukan semua ini hanya menatapnya dengan senyum penuh kemenangan.

"Dad, berarti Vanessa bisa tinggal di rumah kita?"

Deg-

Seketika Leonard dan Vanessa terdiam, melihat ke arah Nathan dengan wajah sumringah dan semangat ketika melontarkan pertanyaan itu. Leonard dan Vanessa bahkan tak mengerti apa topik pembicaraan Nathan sehingga ia memberi pertanyaan seperti itu.

"Apa? Daddy tidak mengerti." Tanya Leonard, jujur saja setelah pertengkaran antara mereka berdua. Leonard merasa telah gagal menepati janjinya dulu pada mendiang istrinya, ia sempat berpikir bahwa Nathan telah pergi dan tak akan kembali. Namun saat Leonard membutuhkan pelampiasan, ternyata anak yang selama ini ia besarkan memiliki teman baru yang tak lain adalah Vanessa. Benar-benar kebetulan yang membingungkan, dan sekarang Leonard tidak ingin masalah terulang lagi dan mulai menata hubungan baru dengan anak laki-lakinya itu.

"Ya, seperti yang kau bilang Dad. Kita membutuhkan kepala maid di rumah, Rose sudah terlalu tua. Dan dia mulai pikun, kurasa Vanessa bisa menggantikannya..."

"...pekerjaannya sangat mudah Ness, kau tak harus mengerjakan pekerjaan rumah. Kau hanya memberi arahan kepada yang lain, lagipula kau bisa sambil melanjutkan tulisanmu. Ya kan, 'Dad?" Kata Nathan meyakinkan, Leonard sendiri masih memikirkan hal tersebut. Ia memang pernah berbicara kepada Nathan tentang pengganti Rose yang semakin lama semakin sakit-sakitan, Leonard juga pernah berkata untuk mencari maid yang lebih muda agar masa kerjanya lebih lama sehingga mereka berdua tak perlu repot mencari penggantinya kelak.

Namun tak pernah terbesit sedikitpun di kepala Leonard bahwa Vanessa adalah calon yang sempurna.

Tapi ketika melihat wajah polos Vanessa yang hampir berkeringat karena menahan nafas, Leonard menyunggingkan senyum tipis.

"Baiklah, kau diterima." Kata Leonard singkat, Vanessa mengernyitkan dahi. Ia bahkan tidak melamar menjadi kepala maid, tapi ekspresi Leonard seperti tidak ingin dibantah. Dan ketika melihat wajah Nathan yang gembira Vanessa pun menjadi tidak tega.

"Tapi berjanjilah pada Daddy, kau akan meneruskan usaha keluarga..." kata Leonard.

Nathan berpikir sejenak, namun ketika Vanessa menatap ke arahnya dengan wajah penuh keyakinan. Akhirnya Nathan mengangguk dan menyetujui hal tersebut dan membuat Leonard bahagia untuk pertama kalinya, meskipun ia melirik Vanessa dan penasaran mengapa Nathan bisa berubah pikiran secepat itu.

"Baiklah, aku akan mengambil minuman untuk merayakan hal ini." Ujar Nathan dengan girang, pria itu lalu pergi mengambil beberapa botol minuman di kendaraan yang terparkir di halaman rumah Vanessa. Lagi-lagi meninggalkan Vanessa berduaan dengan Leonard, dan Vanessa paham betul apa yang terjadi di anatara mereka berdua ketika tak ada seorang pun di dalam suatu ruangan.

Pria itu berdiri dari duduknya, Vanessa menarik nafas dalam-dalam jika sudah begini. Langkah pria itu tenang, namun jemarinya menyentuh kulit leher Vanessa terasa sangat panas dan membakar. Kasar di sekitar leher dan hampir menyekik Vanessa.

Dan akhirnya jemari tersebut menarik dagu Vanessa agar terangkat dan menatapnya, membelai di sekitar rahang dan wajah Vanessa yang begitu halus selembut sutra. Sangat halus seperti baju tidur yang digunakan gadis itu, terduduk di kursi sementara Leonard berdiri menjulang di sampingnya. Seolah Vanessa adalah gadis kecil yang menunggu sarapan dari Leonard, dan lihatlah wajah dan kedua bola mata yang polos itu! Benar-benar memabukan..

"Dengar! Aku tidak perduli apa yang telah kau katakan pada Nathan agar mau meneruskan usaha keluarga, namun jika sesuatu terjadi atau Nathan mengetahui hubungan kita dari bibir ini..." Leonard mengusap lembut bibir kenyal Vanessa yang terlihat menggoda di pagi hari.

"...maka kau akan tahu akibatnya, ini bukan ancaman tapi ini perintah!" Tambah Leonard memasukan satu ibu jarinya ke dalam bibir Vanessa dan berhasil dikulum oleh gadis itu. Membuat Leonard menghembuskan nafas kasar dari bibir ketika melihatnya, Vanessa mulai menjadi liar di samping wajah polosnya.

"Kau mengerti?!" Tanya Leonard, Vanessa hanya bisa menggangguk karena bibirnya masih sibuk mengulum ibu jari milik Leonard. Entah perasaannya saja, ternyata mengulum sesuatu yang belum pernah Vanessa rasakan terasa nikmat. Mr. Watson selalu tahu titik kelemahannya.

Vanessa pindah ke rumah miliknya adalah sebuah anugerah bagi Leonard, tak terpikirkan ide tersebut semenjak dulu dan seharusnya ia tak perlu repot-repot berbohong kepada Nathan tentang rumah ini. Vanessa bisa menjadi kepala maid, bertemu dengannya setiap hari dan menjalankan kontrak yang telah mereka sepakati berdua. Leonard pun tak perlu lagi repot pergi ke rumah ini hanya untuk kesenangan atau melampiaskan hasratnya.

"Buka mulutmu!" Perintah Leonard setelah menarik ibu jarinya dari bibir Vanessa.

Bibir yang baru saja mengulum ibu jari Leonard tersebut terlihat sedikit memerah dan bengkak, Leonard membayangkan bagaimana jika sesuatu yang dikulum gadis itu ukurannya lebih besar dari ibu jarinya. Mungkin bibir seksi Vanessa akan terlihat seribu kali lebih tebal dan memerah.

Layaknya gadis kecil yang meminta sarapan paginya, Vanessa menurut dan membuka bibirnya. Memperlihatkan deretan gigi putih dan bersih yang ia miliki dan menunggu sesuatu yang sedari tadi ia pikirkan.

Namun mengapa Mr. Watson baru melakukan hal tersebut setelah Nathan ada di antara mereka, bukan saat Nathan belum hadir ke kehidupan Vanessa.

Baru saja Leonard mengeluarkan sesuatu dari balik celananya, Nathan datang membawa beberapa botol minuman dan seketika itu juga Leonard menjauh dari Vanessa.

"Menunggu lama ya? Aku berusaha mencarinya. Hey, bibirmu kenapa? Baru saja aku mengambil minuman, air liurmu menetes." Kata Nathan duduk kembali di kursi di samping Vanessa.

Sementara Vanessa yang sudah terbakar gairah, akhirnya meminta ijin untuk membersihkan diri kepada Nathan. Padahal, ia memberi sinyal kepada Mr. Watson untuk menyusulnya seperti tadi.

Vanessa menunggu di ruang tamu, menunggu Mr. Watson namun pria itu tak kunjung mendatanginya dan malah tersenyum di meja makan bersama Nathan. Membiarkan Vanessa tersiksa dengan gairahnya yang menunggu Leonard untuk segera menyelesaikan apa yang telah Leonard mulai.




***

To be continue

7 September 2020



***

Author pengen ganti judul

"NEW ADDICTION"

menjadi

"DATING HIS FATHER"

Yay

Or

Nay ....???

Mohon votenya 🙏❤🔥

1

2

3


Bantu vote cover juga ya...

Thanks 🙏🖤❤🔥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top