24. Triangle

"Apa yang kau lakukan di sini, Nate?" Tanya Leonard sedikit menelisik, pagi-pagi buta pria muda itu keluar dari rumah Vanessa hanya mengenakan kaus dalam.

Apa yang baru saja terjadi?  Batin Leo.

"Biar ku perkenalkan kepadamu, Dad. Vanessa, teman baruku."

Teman? Lagi-lagi Leonard terus bertanya dalam hati.

"Nah, itu dia!" Seru Nathan, melihat gadis cantik dengan wajah khas bangun tidurnya keluar dari rumah menghampiri Nathan dan Leonard.

Vanessa dapat melihat rahang kokoh yang mengeras dan tatapan tajam yang seolah membutuhkan jawaban dari kebingungannya, langkah Vanessa pun sebenarnya tak ingin menghampiri kedua pria yang secara kebetulan berada di rumahnya pagi ini.

Tapi sepertinya, Vanessa tak dapat menolak panggilan Nathan. Berharap Mr. Watson tidak murka dan mengusirnya dari rumah ini bagai tikus pengerat.

"Ness, kau harus berkenalan dengan Ayahku..." ajak Nathan dengan wajah berbinar.

"Dad, ini Vanessa. Vanessa, ini Ayahku..."

Deg

Rasanya Vanessa ingin tumbang saat ini juga, kini ia baru menyadari beberapa kesamaan saat Vanessa melihat ke arah Nathan dan Mr. Watson secara bersamaan. Bukan karena Vanessa terus memikirkan Mr. Watson, tapi karena kedua wajah mereka sangat mirip. Bahkan netra kecokelatan serta rambut cokelat pun sama, hanya saja tubuh Mr. Watson terlihat lebih besar dari Nate.

Vanessa berharap ini hanya mimpi, bagaimana jika Nathan tahu bahwa dirinya hanyalah seorang gadis simpanan milik Ayahnya. Pria itu akan membencinya selamanya.

Uluran tangan Mr. Watson berhasil membuyarkan lamunan Vanessa, tatapan tajam pria itu seolah memberi isyarat kepada Vanessa agar membuat sebuah drama agar Nathan tak mengetahui kebenarannya.

Ya, Vanessa mengerti.
Mr. Watson pasti tidak ingin citranya sebagai Ayah hancur karena sebuah kesalahan yaitu berhubungan dengan gadis muda.

Dan dapat Vanessa lihat, Nathan mulai bertanya-tanya akan kebingungan Vanessa saat ini. Vanessa lalu berusaha formal, berjabat tangan dengan Mr. Watson meski ia merasakan remasan kuat di jemarinya. Vanessa hanya menatap datar ke arah Mr. Watson seraya menyebutkan namanya.

Sungguh drama yang indah...

"Temanmu cantik, Daddy harap dia tidak seperti teman wanitamu yang sebelumnya.."

"...seorang gold digger." Sindir Leonard seraya menyipitkan kedua matanya ke arah Vanessa.

Vanessa yang mendengar hal itu sontak saja menatap balik ke arah Mr. Watson tak percaya, apakah pria itu baru saja berpikir jika ia berteman dengan Nathan hanya karena harta? Vanessa bahkan tidak tahu jika Nathan memiliki harta yang tak ternilai jumlahnya.

"Uhm, Dad. Kau pasti ingin mencicipi kopi buatan Vanessa. Dia adalah pembuat kopi ternikmat yang pernah aku temui." Ujar Nathan berusaha memecah ketegangan di antara mereka bertiga setelah sindiran keras dari Ayahnya.

"Tentu, Dad yakin dia adalah pembuat kopi ternikmat." Balas Leonard, menatap Vanessa dari ujung kepala hingga kaki. Ditatap seperti itu membuat Vanessa merasa risih dan menutup bagian dadanya dengan piyama tidurnya.

Leonard menyetujui ajakan Nathan, lagi pula Putranya itu terlihat bahagia. Sepertinya Nathan telah melupakan pertikaian mereka, membuat Leonard semakin penasaran apa yang telah dilakukan Vanessa.

Berjalan kaki melewati halaman, Leonard memasang telinga saat mendengar obrolan Nathan dan Vanessa. Pria itu berjalan tepat di belakang Vanessa dan terus mengamati gestur gadis itu, Vanessa sendiri yakin bahwa ia sedang diawasi oleh Mr. Watson ketika menyadari embusan nafas pria itu berada di tengkuknya.

"Dad, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Nathan, saat ini mereka bertiga tengah berada di ruang makan. Vanessa tengah sibuk menyiapkan beberapa cangkir kopi, sementara Leonard terdiam seribh bahasa ketika Nathan melayangkan pertanyaan tersebut. Tubuhnya duduk tegak lurus dan pandangannya tajam ke arah Nathan.

"Mengambil barang Ibumu..." jawab Leonard singkat.

Dahi Nathan sedikit mengernyit, "maksudmu, lukisan Ibu?" Tanya Nathan lagi, Leonard hanya mengangguk.

"Kau tidak pernah menyukai lukisan Ibu." Protes Nathan, Leonard tak menjawab malah mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Daddy ingin ke toilet sebentar..." ujar Leo dan beranjak dari duduknya dan pergi.

"Apa Ayahmu baik-baik saja?" Tanya Vanessa sekedar berbasa-basi seraya meletakan cangkir kopi di meja.

"Ya, dia hanya belum bisa menerima wanita." Jawab Nathan.

"Kau mau bercerita soal gadis yang disebut Gold Digger oleh Ayahmu?" Tanya Vanessa lagi, Nathan menggeleng lemah.

"Mungkin belum saatnya." Balas pria itu.

"Baiklah, aku ingin membereskan tempat tidur. Aku akan kembali." Kata Vanessa meninggalkan ruang makan dan meninggalkan Nathan sendiri dengan segala pertanyaan berkecamuk di kepalanya.

Vanessa menuju lantai atas, namun saat dirinya baru saja keluar dari ruang makan. Sebuah lengan besar menarik pinggulnya dan menyudutkan dirinya ke dinding dengan keras, menutup mulut Vanessa dengan satu jemari besar yang berhasil membuat Vanessa terkejut.

"Apa kau baru saja memberikan keperawananmu kepada Nate?" Tanya Leonard, membuka bekapan mulut Vanessa namun masih menghimpit tubuh sintal tersebut ke dinding. Vanessa lalu menggeleng.

"Lebih baik seperti itu, atau kau akan berakhir di jalanan dan kupastikan tidak ada seorang pun yang akan mempejerjakanmu di kota ini!" Cecar Leonard.

"Apa itu sebuah ancaman?" Tanya Vanessa berbisik.

Leonard diam, masih menatap Vanessa yang nampaknya mulai menunjukan keberanian dalam berbahasa kepadanya. Gadis itu harus diberi pelajaran menurut Leo.

"Itu bukan ancaman, tapi perintah!" Bisik Leonard.

Tiba-tiba Vanessa merasakan sesuatu menembus piyama tidurnya, membuatnya memutar kedua bola matanya ke atas karena sentuhan yang telah lama menghilang dan kini datang di waktu yang tidak tepat.

Nathan berada di balik dinding tempat Mr. Watson memainkan bagian bawahnya dan desahan Vanessa hampir saja tak dapat ia tahan.

"Mr. Watson, kumohon..." desis Vanessa dengan suara yang pelan.

"Mohon apa?!" Bisik Mr. Watson di telinga Vanessa, semakin Vanessa berontak, semakin pria itu menekan leher Vanessa ke dinding dengan lengan besarnya.

"Nathan ada di sana-" ucapan Vanessa jadi terhenti, Mr. Watson meraup bibirnya dengan rakus menimbulkan kecupan-kecupan nyaring dan Vanessa khawatir Nathan mendengarnya.

Ketika sebelah lengan Mr. Watson menahan leher Vanessa, lengan sebelahnya terus memainkan milik Vanessa membuat gadis itu tidak dapat menahan sesuatu yang akan meledak saat itu juga. Vanessa ingin Mr. Watson mengakhiri penderitaan ini.

"Kau gadis kecil yang nakal!" Cerca Mr. Watson dan semakin kuat memainkan jemarinya di bawah sana dan mengecup bibir Vanessa.

Suara geraman dan desahan serta kecupan nyaring tak lagi terbendung, Nathan mendengar hal tersebut dengan samar-samar seraya menunggu Vanessa dan Ayahnya yang cukup lama tak kembali.

Nathan yang penasaran akhirnya bangkit dari duduknya dan keluar mencari Ayahnya.

"Vanessa!!!" Seru Nathan ketika melihat Vanessa dalam keadaan kacau.

"Ahh, Nathan." Balas gadis itu, tampilannya kini sudah sangat berantakan dan menahan sesuatu yang berlendir di antara selangkangannya.

"Kau lihat Ayahku?" Tanya Nathan.

"Tidak, mungkin dia masih di toilet." Tukas Vanessa.






***

To be continue

29 Agustus 2020


***

Udah lama ga nulis adegan HOT 🔥

Sekali nulis Kinky sekali 🥴❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top