―🌹 DATE 🌹―
―――――――――――――――――
🌹🌹🌹🌹🌹🌹⏳⌛🌹🌹🌹🌹🌹🌹
―――――――――――――――――
"Luca!― Oops―"
Fuyuki sontak segera menutup mulutnya dengan tangannya ketika ia mendapati si surai pirang tengah asik duduk di depan komputernya sembari melakukan stream.
Oh, astaga. Lagi-lagi Fuyuki lupa kalau hari ini Luca mengadakan stream Outlast 2 bersama dengan Lucubs, padahal niatnya hari ini ia ingin menggeret Luca keluar untuk menemaninya membeli beberapa novel baru.
Samar-samar, Fuyuki dapat melihat kalimat-kalimat yang di tulis Lucubs di live chat.
"OMG, apakah tadi itu adalah suara Yuu-chan?"
"Colab stream dadakan, ikz!!"
"Yuu-chan, POGGG!!!!"
"Kalian benar-benar tinggal serumah?! POGGGG!!!!"
Si surai pirang itu, bukannya mengelak, ia malah tertawa terbahak-bahak hingga membuat orang-orang di luar sana semakin yakin kalau mereka berdua tinggal di rumah yang sama.
"Suara siapa barusan itu? Oh, tentu saja suara Lucy! POG! BENARKAN LUCY?!"
"What the heck― kau tidak perlu berteriak, Luca!"
Fuyuki mati-matian menahan tawanya ketika ia melihat secara langsung usaha laki-laki itu untuk berubah menjadi sosok Lucy.
Fuyuki mengakui kemampuan voice acting Luca sangat hebat, bahkan jika orang lain tidak tau, mereka akan mengira sosok Luca dan Lucy adalah dua orang yang berbeda. Tidak seperti dirinya yang mencoba menggunakan suara laki-laki, malah berubah menjadi suara Onee-sa―AHEM, back to story.
Fuyuki melangkah mendekati si pirang sembari matanya terfokus pada live chat. Yep, usaha yang bagus Luca, tapi kau tidak akan bisa dengan mudah membohongi orang-orang di luar sana.
"Boss, Lucy. Kalian bohong, itu adalah suara Yuu-chan."
"Yuu-chan, say hi pada chat!!"
"Usaha yang bagus, Boss & Lucy〜"
Si pirang yang kehabisan kata-kata hanya bisa tertawa, sedangkan Fuyuki tersenyum sambil menggeser mic milik Luca.
"Umm, hi, chat! Salam kenal untuk yang belum tau siapa aku. Nama ku Fuyuki, dan juga terima kasih untuk chat yang telah mengingat dan terus mendukung ku〜"
Baru itu saja yang Fuyuki ucapkan, tapi kini seisi chat sudah menggila.
"Ahaha, silahkan lanjutkan stream nya, dan maaf aku tiba-tiba muncul di tengah-tengah stream nya."
Baru saja Fuyuki ingin beranjak pergi, namun sebuah tangan besar tiba-tiba saja menarik lengan nya hingga Fuyuki terjatuh di atas pangkuan Luca.
"No, Yuki, jangan pergi."
"Luca, kau tau kan aku benci gore―"
"It's fine, aku ada di sini."
"Huh? Tapi aku ingin pergi, dude―"
"Oh, ayolah, Yuki. Game ini terlalu menyeramkan, aku butuh sesuatu untuk di peluk saat aku ketakutan!"
Bukan hanya seisi live chat yang menggila, namun detak jantung Fuyuki juga ikut menggila.
Fan service secara tidak langsung? Entah apalah itu, yang penting saat ini Fuyuki ingin cepat-cepat pergi, mendengar bgm dari game ini saja sudah membuatnya merinding.
"Anggap saja kita sedang berkencan, Yuki."
"Eh?! Bagaimana kalau nanti aku tiba-tiba muntah di sini?"
"No problem, akan ku bersihkan! Jadi, jangan pergi, ya? Please??"
Fuyuki hanya bisa terdiam sambil menatap layar komputer di depan matanya, menghindari ekspresi memelas Luca.
Skakmat, ia lupa bahwa Luca tidak suka mengalah untuk beberapa alasan.
Layar chat terus bergulir dengan cepat, menampilkan kalimat, "Awwww!!!!" padahal Luca sudah mengubah nya menjadi slow mode.
Dan apa tadi Luca bilang? Butuh sesuatu untuk di peluk? Lalu, anggap saja sekarang mereka sedang berkencan?
Bisa-bisanya Luca mengucapkannya dengan wajah polos dan tidak berdosa.
Fuyuki merubah posisi duduknya menjadi menyamping agar ia bisa dengan leluasa mengalihkan pandangan wajahnya dari komputer, sebelum Luca melanjutkan stream nya kembali.
"Ini tidak seram, apa yang kau takutkan?" ucap Luca dengan suara bergetar.
"Kau pikir aku tidak mendengar teriakan mu?" sahut Fuyuki, membuat Luca terkekeh pelan.
Luca tetap melanjutkan stream nya sambil sesekali berteriak, sambil memeluk erat (baca : dengan sangat erat.) Fuyuki yang sudah pasrah.
Tapi kenapa lama-lama ia menjadi bosan dan mengantuk? Ataukah kesadaran mulai menghilang karena pelukan Luca yang terlalu erat?
Sambil menghela nafas, Fuyuki bersandar pada dada si pirang dan perlahan ia menutup kedua matanya sambil mencoba menghiraukan suara teriakan Luca, pelukan Luca, ataupun suara teriakan yang keluar dari komputer.
Karena merasa bahwa Fuyuki tidak lagi ikut berteriak atau berusaha menutupi wajahnya, Luca mencari tempat aman untuk bersembunyi agar ia dapat mem-pause game nya sebentar.
"Hey, Yuki, apa kau baik-baik saja?" tanya si pirang, namun wajahnya masih terfokus pada layar komputer.
Tidak ada sahutan, Luca segera mem-pause game nya, dan mengalihkan pandangan kepada si hitam yang sedang tertidur dengan lelapnya.
"Wait, Yuki― Chat! astaga, dia benar-benar tertidur!" Luca setengah berteriak.
"Sebentar, aku perlu memindahkan nya ke tempat yang lebih nyaman― tolong tunggu sebentar, chat."
Dengan hati-hati, Luca mengangkat tubuh ringan Fuyuki dan membaringkannya di atas kasur miliknya. Ya, untuk sementara, karena ia pikir seingatnya tadi Fuyuki mengatakan kalau ia ingin keluar, kan?
"Okey, chat! Sampai mana kita tadi?――Apa?! Kalian ingin melihat wajah tidur Yuki?! Hahaha――HELL NO!! Enak saja!!"
― 🌹⏳⌛🌹 ―
Fuyuki menerjapkan netranya tatkala ia mendengar suara Luca, memanggil namanya.
"Kau jadi pergi ke luar? Ayo, akan ku temani," ucapnya.
Sambil mengusap kedua matanya, Fuyuki bangun dari posisi tidur nya, kemudian menyahut, "Stream nya?"
"Sudah selesai."
Fuyuki menoleh ke arah komputer Luca, dan benar saja, komputer tersebut sudah dalam keadaan mati.
"Luca, ayo pergi kencan. Jarang-jarang aku bisa libur kerja, ayo pergi!"
"Bukannya baru saja kita berkencan?"
"Hah? Kapan?"
"Barusan, bersama chat!"
Tatapan Fuyuki menajam. Yang barusan di bilang kencan? Itu beda, Luca! Astaga.
"O-Okey, kemana kita pergi?"
"Toko buku, cafe, apapun itu."
Sambil tertawa pelan, si pirang mengulurkan tangannya, bermaksud ingin meminta Fuyuki agar berdiri dari duduknya.
"Baiklah, tapi setelah itu kita pulang dan berkencan di rumah, aku butuh pengisi daya!"
Senyuman mengembang di wajah Fuyuki, sambil membalas uluran tangan Luca, ia mengangguk setuju.
"Okey."
"Yuki, kau tau? Mereka bilang mereka ingin melihat wajah tidur mu! Tentu saja aku tidak mau!! Enak saja!" omel Luca sambil berjalan menuju jaketnya.
"Benarkah? Lain kali akan ku tunjukka――"
"――Tidak boleh!"
Fuyuki hanya bisa tertawa pelan sembari membenarkan rambutnya, ya, bagaimana mungkin ia yang juga seorang vtuber menunjukkan wajah aslinya sendiri? Tidak akan selama ia masih bekerja sebagai vtuber.
"Kau sudah selesai? Ayo pergi!"
"Yeah, ayo!"
―――――――――――――――――
🌹🌹🌹🌹🌹🌹⏳⌛🌹🌹🌹🌹🌹🌹
―――――――――――――――――
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top