Fall in Love with Hot Sugar Daddies 2
Keara selalu ada mendampingi neneknya, dari mulai proses operasi, delapan jam menjaga sang nenek hingga wanita itu siuman. Semua Keara lakukan bergantian dengan kakeknya. Sudah satu minggu pasca operasi itu, keadaan neneknya sudah semakin membaik. Keara bukan bermaksud ingkar janji pada Chalvin, hanya saja di hari ke tiga yang ia janjikan datang ke kediaman pria itu, ia urungkan. Lantaran neneknya belum sepenuhnya membaik dan masih membutuhkan dirinya.
Hari ini ia memutuskan mendatangi kembali rumah megah itu, dalam hati gadis itu berdoa semoga Chalvin bisa memaklumi keadaannya kemarin. Pintu gerbang tinggi terbuka saat penjaga mengizinkan masuk.
Namun, Keara tercenung saat salah satu pelayan wanita membawanya ke lantai atas. Kepalanya penuh dengan pertanyaan, akan diapakan dia setelah ini. Apakah ia akan mendapat hukuman karena terlambat datang.
"Tuan Chalvin berpesan, kalau Nona Keara datang, Tuan meminta membawa Nona ke ruangan ini dan ada sesuatu yang akan Tuan sampaikan."
Keara hanya mengangguk mendengar penjelasan sang pelayan, perempuan itu sibuk dengan televisi di depannya. Keara duduk di sofa menghadap televisi sesuai titah pelayan Chalvin.
Jika biasanya Keara melakukan panggilan video hanya melalui ponselnya atau laptop temannya, tidak dengan sekarang. Setelah pelayan tersebut undur diri, dari tampilan televisi tersambung dengan panggilan video. Ada tampilan Chalvin duduk di kursi kerja dengan jas lengkap. Keara tidak tahu ada di mana Chalvin sekarang ini.
"Halo, Baby. Bagaimana nenekmu?"
"D-daddy, maafkan aku karena terlambat datang. Harusnya aku datang tiga hari setelah nenek dioperasi."
Pria itu tertawa kecil dan kembali berkata, "Tidak apa-apa, Baby. Bagaimana? Kamu baik?"
Keara mengangguk. "Iya, Daddy, aku baik-baik saja. Nenek juga sudah berangsur membaik."
"Bagus, itu kabar baik. Aku sedang di London sekarang. Mungkin sekitar tiga hari lagi aku akan pulang. Kamu tunggu aku dan panggil pelayan jika butuh sesuatu."
"Apa?! Maksudnya aku harus tinggal di sini? Bagaimana dengan kakek dan nenekku."
Lagi-lagi pria itu tergelak, punggungnya direbahkan pada sandaran kursi kebesarannya. Tangannya bergerak ribut membuka kancing kemeja yang ia kenakan dan melepas dasinya.
"Kamu bisa mengunjunginya, Baby. Atau jika kamu mau, mereka juga bisa tinggal di mansion."
Tentu saja Keara tidak membawa kakek dan neneknya ke rumah megah milik Chalvin, bahkan ia tidak memberitahu kedua paruh baya itu tentang pekerjaan sampingannya ini. Setahu kakek dan neneknya, Keara bekerja di sebuah restoran besar dan tinggal di dorm bersama karyawan lainnya, setiap akhir pekan ia baru pulang ke rumah kakek dan neneknya membawa uang untuk keperluan mereka.
Pendidikan yang semula terancam putus di tengah jalan sekarang bisa Keara jalani dengan tenang tanpa harus memikirkan biaya kuliahnya, semua yang ia inginkan pasti didapatkan dengan mudah seperti menjentikkan jari. Apalagi kalau bukan berkat menjadi bayi gula dari seorang Chalvin Ellion.
Namun, sudah enam bulan hidup Keara ditanggung oleh pria itu, ada sesuatu yang membuatnya bingung. Sampai detik ini, pria itu tidak pernah menyentuhnya terlalu jauh selain hanya kecupan di dahinya dan pelukan. Keara kira, menjadi seorang simpanan om-om akan berakhir di kasur saja sebagai pemuas nafsu pria itu, tetapi apa yang ia alami hingga sekarang mematahkan semua pikiran itu.
"Daddy, apakah kamu tidak ingin memiliki keluarga?" tanya Keara pada suatu sore di akhir pekan.
Pria itu tersenyum miring. "Aku tidak butuh sesuatu yang mengikat seperti itu," jawabnya tanpa memalingkan wajah dari buku bacaan di tangannya.
"Kenapa? Karena kamu memiliki segalanya, termasuk tinggal tunjuk mana perempuan yang kamu inginkan untuk kamu tiduri?"
Chalvin menyingkirkan bukunya, meraih tubuh gadis itu dan membawanya duduk di pangkuan. Jemari panjang itu menyingkirkan anak-anak rambut di dahi Keara. Lagi-lagi senyum miring yang pria itu tunjukkan membuat Keara bergedik ngeri, apalagi tatapan pria itu tanPa lepas dari bibir ranumnya.
"Apakah aku seperti itu di matamu?"
"Mungkin saja! Bukan sekali dua aku melihat wanita cantik dengan pakaian serba minim masuk ke ruang kerjamu, setelahnya keluar dengan keadaan berantakan." Keara mencebik jika mengingat perihal itu.
"Apakah kamu cemburu?"
"Tidak! Hmm ... ya, aku cemburu, aku tidak cemburu pada wanita-wanita berpakaian kurang bahan itu. Aku hanya cemburu, mereka bisa leluasa masuk ruang kerjamu, sementara aku selalu dilarang. Apalagi Bellinda, bahkan dia pernah tidur di kamarmu."
"Apakah kamu juga ingin tidur di kamarku? Kita bisa tidur berdua di ranjangku," ujar Chalvin enteng.
Tanpa mendengar jawaban Keara, tubuhnya diangkat dalam gendongan. Gadis itu sudah memberontak minta diturunkan, tetapi rungu pria itu seakan tuli. Chalvin membawa Keara melewati banyak pelayan di setiap ruangan.
"Daddy, kamu mau apa?!" Keara menyentak saat tubuhnya sudah diturunkan di ranjang besar.
"Tidur bersamamu, Baby."
Keara bergerak mundur hingga tubuhnya terperangkap di antara tubuh Chalvin dan kepala tempat tidur, tidak bisa ke mana-mana lagi. Salivanya nyangkut di tenggorokan, ia gugup akan diapakan setelah ini. Apakah ini sudah waktunya? Ia sadar posisinya sebagai sugar baby, pasti cepat atau lambat ia akan kehilangan mahkotanya. Keara pernah bermimpi, kesuciannya akan ia serahkan pada orang yang mencintainya dan ia cintai, tapi karena keadaan neneknya ia terpaksa mengambil keputusan ini. Mungkin pria ini juga yang akan mengambil sesuatu yang berharga selama ini ia jaga.
Sejujurnya, Keara tidak mengerti dengan perasaannya. Ia belum pernah merasakan jatuh cinta apalagi pacaran, tetapi menjadi simpanan Chalvin ia merasa nyaman. Selain bergelimang materi serba mewah, Keara merasa pria itu memperlakukan ia dengan sangat lembut dan penuh perhatian.
Mungkinkah ... Keara sudah jatuh pada pesona pria ini?
Jadi, jika ia serahkan pada Chalvin, setidaknya ia tidak merasa dipaksa, ia yakin Chalvin bisa membuatnya nyaman dengan pengalaman pertamanya.
"T-tapi, ini masih sore, Daddy. Tidak bisakah kamu menunggu sedikit lebih gelap sebentar lagi."
Dahi Chalvin berkerut. "Memangnya kamu sedang berpikiran tentang apa, hmm?"
"Te-tentang ... ah, lupakan saja!" Wajah Keara merona memanas.
Keara terjerit saat kakinya ditarik dan secepat kilat pria itu kembali mengukung tubuhnya. Bagaimana Keara tidak merasa nyaman, lihat saja yang pria itu lakukan sekarang ini. Ia membelai lembut pipi Keara yang semakin menghangat, dadanya bergemuruh hebat. Ia akui Chalvin Ellion sangat rupawan meskipun usianya genap kepala empat di bulan depan.
Chalvin memangkas jarak wajah keduanya, mengecup dahi Keara, turun sedikit ke ujung hidung Keara, bergeser sedikt kedua pipi. Tatapannya sangat berbeda dari sebelumnya, bisa saja Chalvin melajutkan aktivitas ke bibir Keara, tapi melalui netra kelam itu seolah meminta izin terlebih dahulu pada pemiliknya.
Tanpa komando, kedua lengan Keara melingkar di leher Chalvin. Gadis itu justru menjadi pihak yang mendahului. Lembut sekali Chalvin mempertemukan bibir keduanya, kecupan-kecupan hangat memporakporandakan isi perut Keara. Ia benar-benar terbuai dengan perlakuan pria yang berstatus dosennya ini.
"Temani aku tidur siang, hanya menemani," katanya setelah setelah dengan kegiatan bibir dan mengambil posisi memeluk Keara dari belakang.
"Apakah kamu benar-benar tidak ingin menikah? Atau apakah kamu punya perempuan yang kamu cintai?"
"Tidur saja, Bunny."
Keara berbalik menghadap Chalvin. "Bunny?"
"Hmm ... kamu seperti kelinci kecil yang menggemaskan." Chalvin menyahuti Keara, tetapi matanya terpejam.
"Daddy, apakah aku istimewa bagimu?"
"Perempuan yang aku pilih tentu saja istimewa."
"Sebelum aku, apakah semuanya kamu perlakukan seperti ini?"
"Tidak, semua sudah berpengalaman."
"Berpengalaman? Termasuk memenuhi kebutuhan di atas ranjangmu?!" Keara berdecih, "Apa kamu merasa rugi telah memungutku yang tidak berpengalaman ini?"
Chalvin sedikit membuka matanya, pelukan di pinggang Keara semakin ia eratkan. "Aku tidak pernah memaksa, mereka sendirlah yang datang padaku. Jika mereka menyerahkan, barulah aku mengambilnya dan sebagai imbalan aku memenuhi kebutuhan mereka."
"Daddy, jika aku juga menyerah, apakah kamu mau mengambilnya," lirih Keara seraya memainkan jemarinya menyusuri rahang tegas Chalvin.
"Aku tidak memaksa."
"Aku mau menyerahkannya, tapi ada syaratnya. Aku tidak ingin kamu mengambilnya di sini."
"Sebutkan negara mana yang ingin kamu kunjungi."
"Paris! Aku mau pergi ke sana, Daddy."
"Setuju, minggu depan aku akan mengambil cuti dan kita akan ke Paris."
"Setelah itu ada lagi syarat lainya," ujar gadis dengan tawa kecilnya.
"Katakan?"
"Aku mau tidak ada perempuan lain selain aku, termasuk Bellinda. Aku tidak mau melihatnya berkeliaran di rumah ini selain urusan bisnis. Aku tidak menyukai jika dia masuk kamarmu atau ruang pribadimu lainnya."
"Baiklah, akan aku sanggupi!"
Begitulah selanjutnya, semua yang Keara mau selalu dikabulkan oleh Chalvin. Tidak hanya ke Paris, jika Keara ingin berlibur ke negara lainnya, Chalvin akan mengabulkannya. Termasuk permintaanya tidak ada wanita lain selain dirinya. Keara tidak pernah lagi melihat perempuan haus belaian mengejar-ngejar Chalvin hingga datang ke rumahnya. Sesuai perintah Chalvin, penjagaan semakin diperketat untuk tamu perempuan yang ingin menemuinya.
Keara benar-benar merasa ia adalah satu-satunya wanita Chalvin, bahkan ia sering turut serta dalam perjalanan bisnis. Sampai suatu hari, seorang perempuan dengan tubuh tinggi ramping, rambut panjangnya berwarna pirang, dan bola mata dengan warna kehijauan datang ke rumah megah Chalvin. Dan sialnya, para penjaga tak berani membantah untuk tidak membukakan pintu untuk wanita ini. Hal tersebut membuat Keara bertanya siapakah sosok wanita ini.
"Aku Alecia Catlin, mantan tunangan Chalvin," ujarnya seraya mengulurkan tangan.
Tentu saja Keara tidak menyambut hangat sapaan dari perempuan itu. Ia tidak suka pada perempuan yang mencoba mendekati Chalvin, terlebih pernah punya hubungan spesial di masa lalu. Ubun-ubun Keara semakin mendidih saat Chalvin baru saja datang dan wanita itu berlari memeluk dan menghadiahi kecupan di pipi pria itu.
Keara masuk ke kamarnya, mengurung diri di sana hingga makan malam pun ia lewatkan. Tidak punya pilihan lain, Chalvin membuka paksa kamar Keara dengan mendobraknya.
"Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu tuli? Sudah berapa maid yang mengetuk pintu kamarmu, tapi kamu tak kunjung turun."
"Aku butuh sendiri, aku tidak butuh makan."
"Ada apa denganmu, Keara Ainsley?!" Chalvin emosi, ia tidak mengerti kenapa Keara bersikap seperti ini.
"Aku tidak suka perempuan itu!"
"Aku tidak mengerti, memangnya ada apa dengan Alecia? Dia sepupu jauhku."
Keara berdecih meremehkan. "Sepupu jauh? Jika kamu urutkan dari kelahiran manusia pertama di dunia ini hingga sekarang, kita berdua juga ada hubungan sepupu jauh!"
"Lalu salahnya di mana?"
"Salahnya di keputusanku untuk menjadi sugar baby-mu. Alecia adalah cinta pertamamu dan alasan kenapa kamu tidak percaya lagi dengan sebuah hubungan. Sekarang ... apakah aku tidak sepenting itu? Setelah semua yang aku lakukan, kamu tidak pernah ada perasaan sedikit pun untukku?"
"Sejak kapan kamu punya perasaan itu? Hubungan kita—"
Keara mengangguk-angguk dengan sesekali berdecak. "Ya, kamu benar. Harusnya aku tidak perlu berharap terlalu jauh. Harusnya aku sadar diri, bagimu aku sama seperti wanita peliharaanmu yang lainnya, hanya pemuas nafsumu di atas ranjang."
"Sekarang kamu mau bagaimana?" Chalvin melemparkan pertanyaan.
"Jauhi Alecia. Tetap hanya aku wanita di hidupmu!"
"Maaf, kali ini aku tidak bisa."
"Maka aku yang akan pergi!" tegas Keara menatap pria itu dengan tatapan sangat berani.
"Aku tidak pernah memaksa kamu, aku juga tidak akan menghalangi."
Bibir Keara bergetar, bukan itu jawaban yang ia inginkan. Ia mau pria itu mengabulkan permintaanya seperti biasanya. Butiran bening jatuh dari kelopak matanya, seperti saat ia datang ke rumah ini untuk pertama kalinya, begitu pula ia keluar. Hanya pakaian yang melekat di tubuhnya yang ia bawa, semua ia tinggalkan termasuk ponsel pemberian Chalvin.
"Aku mencintaimu, Daddy," ujarnya lirih di tengah isak tangis yang tertahan.
Tanpa menoleh, menerobos hujan deras yang turun sejak setengah jam lalu. Chalvin benar-benar membiarkan wanita itu keluar rumah dan tak peduli apa pun. Ia pasti dapat pengganti seperti Keara, bahkan lebih baik.
05.11.2023
Kira2 ini kalo dijadiin cerita panjang gimana, ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top