5.3 ; Gapita


Mereka selesai dengan agenda makan di rumah, karena Gapita memiliki keinginan untuk menyantap makanannya di rumah tak mau di tempat. Begitulah perempuan yang sedang hamil, terkadang sulit sekali ditebak.

Bagi Janaka, ini terhitung pengalaman pertamanya untuk menemani istrinya. Mengetahui secara penuh bagaimana kebiasaan makan Gapita. Beberapa kali dia merasa aneh melihat Gapita yang ternyata lebih suka makan menggunakan tangan ketimbang sendok dan garpu. Namun, pada akhirnya Naka ikut juga dengan hal yang ternyata memang lebih nyaman dilakukan.

Wajah mengantuk Janaka kini membuat Pita ingin menjahili pria itu. Kenyang dengan makan dan bersih sepulang dari tempat kerja membuat pria itu sudah meriyapkan mata.

"Janaka..." bisik Gapita pada telinga pria itu dengan sengaja.

"Hng," gumam Naka sebagai jawaban.

Mata pria itu sudah sepenuhnya sulit dikendalikan, tapi masih berusaha menimpali Pita. Jika hubungan mereka masih seperti biasanya, mungkin ada bentakan yang Naka berikan karena Pita sudah dengan berani menganggu waktu tidur suaminya.

"Naka, kamu lagi pengen nggak?" tanya Pita bingung dengan dirinya sendiri.

Pertanyaan semacam itu bukan gaya Gapita, tapi entah bagaimana ada dorongan untuk melakukannya.

"Apa?" Mata Janaka sepenuhnya terbuka. Dia tidak bisa berkonsentrasi dengan baik karena pertanyaan Pita yang sarat akan makna ganda.

Wajah memerah Gapita adalah jawaban. Pria itu segera mengganti posisi menjadi duduk dan menatap Pita yang kini justru mengalihkan tatapan karena malu.

"Tumben kamu ngajakin duluan, Pi?" tanya Janaka yang tidak keberatan sama sekali dengan ajakan sang istri. Buktinya, Naka bertanya seraya menarik kaus tidurnya cepat hingga pria itu kini bertelanjang dada.

"Kamu ngapain, Naka?" Menjadi Gapita yang kebingungan.

"Yuk! Aku jadi kepengen gara-gara kamu bisikkin begitu. Kamu juga lagi pengen, kan?"

Gapita tetap menganggukan kepala. Wajah memerahnya belum berkurang. Dia terperangah karena Janaka benar-benar tidak malu untuk membuka pakaiannya di depan Pita. Sedangkan perempuan itu sendiri kebingungan harus melakukan apa untuk pertama kali. Gapita salah tingkah dibuatnya, hanya dengan tubuh suaminya sendiri yang sudah pernah dilihatnya berulang kali sampai tumbuhlah janin di perut ternyata belum memberikan kemampuan baginya untuk 'biasa saja'.

"Naka, aku..."

"Kenapa?" balas Janaka.

"Malu."

Momen seperti itu ternyata bisa memberikan pencerahaan bagi Janaka. Dia menyentuh tengkuk Pita dan mengaitkan bibirnya untuk membuat istrinya sedikit tenang.

Kegugupan yang semula perempuan itu rasakan menjadi lebur karena Janaka yang diam-diam membukakan pakaian tidur Pita ditengah perang bibir mereka.

Menyukai gerakan Pita yang menjadi begitu semangat, Janaka berinisiatif untuk menggoda istrinya.

"Seafood bikin kamu jadi bertenaga lebih, ya."

Memerah yang merajai wajah Pita merambah hingga telinga Perempuan itu.

"Aku nggak tahu gara-gara apa, tapi aku suka sekali dengan kamu."

Janaka tertegun. Ucapan Gapita yang terdengar sangat polos membuat debar Janaka menggila.

"Suka?"

Gapita mengangguk. "Cium lagi, Naka." Perempuan itu mulai tak sabaran.

Janaka berniat mengorek mengenai perasaan Gapita, tapi tidak disaat seperti ini. Mereka sedang terbawa suasana dan Gapita juga tidak semudah kelihatannya. Diam-diam perempuan itu jago menghindar.

"Oh, jadi kamu mau dicium?"

Gapita menggeram kesal. "Naka! Jangan godain aku terus, aku udah pengen, nih!" protes perempuan itu.

Tak bisa Janaka sembunyikan tawanya, merasa sikap Gapita begitu menghiburnya.

"Aku suka kamu yang manja dan suka minta duluan begini, Pi."

Gapita meraung. "Nakaaaa!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top