5.2 ; Gapita
Ada jeda yang tidak kentara ketika Pita mendengar pertanyaan tersebut. Dia tidak merasa aneh dengan tanya yang Ratih berikan, hanya saja Gapita masih ragu jika status Janaka harus diketahui banyak orang mulai saat ini. Meski pria itu sendiri yang mau, tapi Gapita mempertimbangkan kemungkinan lain.
Gimana kalo temen kantor Naka sampe ada yang tahu?
Dalam kondisi yang sudah pasti saja, Pita masih sempat mempertimbangkan segalanya untuk Janaka. Bahkan pria itu sendiri tak lagi peduli, atau sengaja tak mau peduli karena tak menyadari kebetulan yang ada.
"Kakak kamu, ya?" tambah Ratih lagi.
"Euh... nggak, kok. Suami aku." Pada akhirnya Gapita menjawab dengan jujur.
Tidak mau menutupi apa pun lagi, sebab Gapita tahu bahwa itu hanya akan mempersulitnya saja. Berbohong akan membuatnya tak dipercaya oleh temannya lagi. Sama seperti Mala yang selalu tahu cerita sebenarnya yang Pita berikan. Maka Pita akan melakukan hal yang sama kepada Ratih.
"Oh! Itu suami kamu? Ganteng, ya. Kamunya aja udah cantik manis, mungil begini. Kalo anak kalian perempuan pasti imut-imut luccuuuu. Aku jadi nggak sabar nanti lihat anak kamu lahir!" ucap Ratih tulus.
Teman seperti Gapita yang terlalu sering ceria membuat Ratih tertular bahagia juga. Apalagi jika bos mereka menggoda Gapita dengan candaan yang membuat Pita malu.
"Makasih, Ratih. Yaudah, ayo kita makan sekarang!"
Ajakan itu disambut dengan ceria oleh Ratih. Mereka menjadi temen baik dan Gapita berharap dengan banyaknya dukungan dari teman yang ia miliki, dia bisa kuat menghadapi segalanya ke depannya.
*
Gapita berjalan dengan pelan, berniat mengejutkan Janaka yang sedang sibuk menjawab panggilan di ponsel pria itu sendiri.
"Apa? Aku nggak bisa dateng sekarang, Tys. Nggak bisa dadakan."
Gapita tiba-tiba saja menghentikan langkahnya karena mendengar nama perempuan yang disebut singkat.
"Iya, nggak bisa."
"..."
"Atyssa... please. Kamu nggak bisa seenaknya begini. Kamu harus segera jujur ke keluarga kamu dan konsultasi dengan baik—"
Terdengar helaan napas berat Janaka begitu ucapannya disela oleh seseorang di seberang.
"Iya, aku memang akan bantu kamu. Aku jelas peduli, ya ampun Tyssa!"
Lalu panggilan terputus itu membuat Janaka memanggil sebentar nama 'Atyssa' yang baru kali ini Gapita dengar.
Gapita termenung, dia tidak mengerti apa yang harus dirinya lakukan saat kecurigaan menyapa. Bagaimanapun Pita percaya pada Naka sebagai suaminya.
"Ya ampun, Pi?? Kamu—kamu dari tadi di sini???"
Memasang wajah cerianya kembali, Gapita berusaha untuk mendekatkan diri pada Janaka. Mengamit lengan pria itu dan mengecup pipi Janaka. Tidak menjawab sama sekali mengenai pertanyaan Naka.
"Pi?"
"Mulai sekarang aku udah boleh pamer kalo aku punya kamu sebagai suami, kan?" tanya Pita dengan percaya diri.
Pria itu mengangguk gugup sekaligus kebingungan. "Bo—leh. Jelas boleh. Kamu emang istriku."
Gapita tersenyum dengan lebar. Dia akan menjadi istri posesif dan sedikit licik untuk membuat Janaka hanya memikirkan dirinya seorang saja dan anak mereka.
Dalam pikiran Pita, jika memang ada pihak yang ingin masuk dalam rumah tangganya yang sedang kembali berusaha, maka Pita akan berusaha membuang kemungkinan yang terjadi untuk rusak.
"Boleh nggak kita makan seafood? Aku lagi pengen lobster sama kepiting, Naka."
Mood Naka yang semula hancur karena Tyssa, kini kembali membaik karena Gapita yang terlihat manis dengan gaya manjanya.
Disentuhnya permukaan perut Gapita dan berganti mengecup pipi perempuan itu. "Boleh. Kamu yang tentukan, tapi jangan kebanyakan nanti baby boo kita kekenyangan sampe sakit perut."
"Baby boo?" tanya Pita.
"He'em. Baby boo. Mulai sekarang panggilannya baby boo." Janaka menatap istrinya. "Suka nggak sama panggilannya?"
Bukan Gapita jika tidak mengangguk dengan semangat menggebu.
"Kita berangkat, ya cari makan." Kata Janaka.
"Iya."
Jadi, rencana Gapita setelah semua ini adalah mengakusisi Janaka sampai menjadi miliknya seutuhnya. Jika tak kunjung bisa... mungkin Gapita yang harus mundur dengan sadar diri sepenuhnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top