2.4 ; Janaka
Masam dari wajah Naka membuat Pita terheran melihatnya. Suaminya tak pernah memasang wajah ceria setelah bekerja, tapi juga tak pernah berlebihan kesal seperti sekarang ini. Bagaimana menjelaskannya? Gapita tak paham apa yang mendera hingga Janaka membanting pintu dengan keras, sampai membuat Gapita berjengit terkejut.
Tetap menyapa pria kesukaannya itu, Gapita segera mengambil tindakan dengan mengurus Naka yang begitu kelam. Dia memerhatikan Janaka yang tidak mengeluarkan sepatah kata seperti biasanya, dimana akan ada saja protes yang pria itu layangkan padanya.
Gapita tak mau mengulangi kesalahan. Tadi pagi, entah bagaimana Pita mengacau dalam memasak. Janaka yang memang tidak mau memahami bahwa masakan yang sehari-hari dia makan dengan benar adalah buatan Gapita. Namun, tadi pagi malah mengacau hingga membuat nasi goreng gosong. Pikiran Gapita kacau sekali, dia akui itu. Terjadilah kemarahan Janaka dan mengatai Pita tak bisa memasak.
Sore ini, masakan sudah siap. Tak masalah bagi Gapita jika pria itu mengira masakannya dibuat oleh asisten rumah tangga mereka yang terpenting Naka tidak marah lagi.
"Mau mandi dulu?" tanya Pita dengan nada pelan.
"Hm." Pria itu mengangguki.
Tak biasanya Janaka akan menimpali dengan santai. Ditengah rasa lelahnya, dia pasti akan mengomentari apapun dengan nada sinis dan marah.
"Oke. Aku siapin air hangat dulu."
Semuanya memang lebih Gapita tata. Setidaknya dia sudah mandi, merapikan diri dan menata tampilannya dengan anggun begitu Janaka pulang.
Pita begitu fokus mengurus air hangat untuk suaminya sampai tak sadar jika Naka sudah berada di sana. Berjengit terkejut ketika pria itu mengeluarkan suara.
"Kamu masih ingat Kandaru Toga?"
Gapita semakin terkejut dengan pertanyaan suaminya.
"Kamu... tahu Kandaru?" balas Gapita bertanya.
"Aku tanya, nggak mungkin aku nggak tahu. Kusebut nama lengkapnya, apa masih perlu kamu tanyain aku tahu atau nggak?"
Pita akhirnya menemukan Naka yang ketus kembali. Dia merasakan suhu air hangat yang disiapkannya untuk Naka. Sedangkan Naka ternyata malah sudah membuka celana pendeknya hingga hanya tersisa celana dalam saja begitu Pita berbalik dan sontak menahan napas.
Sudah tahu bagaimana bentuk luar dalam suaminya saja Pita masih salah tingkah. Sudah akan memiliki satu anak dia masih saja memerah mendapati ketelanjangan suaminya sendiri.
Pria itu berjalan mendekat ke arah Pita. Sengaja berdiri di depan perempuan yang kini menundukkan kepala.
"Aku tanya ke kamu dan belum juga kamu beri jawaban." Kata Naka.
"Soal Kandaru?"
Janaka mengangkat bahunya. "Apalagi?"
"Aku masih inget, kok. Kandaru... dulu, sering main ke rumah." Dengan nada yang terdengar sama sekali tak melupa, Naka menatap wajah Pita dengan tegas. "Dia... aku, punya cerita dulu. Cuma nggak lanjut karena dia keburu pindah. Oh, lagian aku juga udah nikah sama kamu dan—"
"Kamu masih suka orang itu?" tanya Janaka dengan raut datar.
"Hah??? Nggaklah, Ka."
Mereka saling tatap. Berhenti saling melempar ucapan sejenak. Entah bagaimana tapi Gapita bisa merasakan suaminya sedang kesal.
"Kamu... kenapa tanya soal Kandaru?" Pita memutuskan bertanya lebih dulu.
"Karena aku ketemu orangnya." Janaka bisa melihat mata Pita membelalak. "Kenapa? Kamu baru sadar masih suka sama dia?" cecar Janaka lagi.
"Naka, udah aku bilang—"
"Terserah kamu mau suka atau nggak. Aku nggak peduli!"
Lalu, pria itu menarik kain terakhir yang melekat pada tubuh bagian bawahnya. Tak peduli bahwa wajah Pita semakin memerah sebelum buru-buru meninggalkan kamar mandi karena semakin salah tingkah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top