Bola apa bukan?
Bola menggelinding ke kakiku, entah sudah keberapa kali Anto mengambilnya dari dalam gang sempit di depan lapangan sepak bola yang kami tempati ini. Gang sempit yang katanya menyimpan banyak cerita horror. Tapi aku sih masa bodo aja. Toh aku pulang gak lewat situ.
Semburat jingga keemasan sudah bertahta sejak Anto keluar dari gang itu. Dia baru saja mengambil bola kami yang nyasar ke sana. Tidak perduli dengan hari yang semakin redup, latihan futsal tetap berjalan. Seminggu lagi akan ada pertandingan bola.
"To, udahan yuk. Gak enak nih. Udah senja." Leo yang datang dari depan gawang berlari menghampiri aku dan Anto.
"Serem tau," sambungnya lagi seraya menyeka keringat. Yang lain berdatangan.
"Cemen lu ah! Gue gak takut sama hantu. Sini hantunya kalau ada!" Anto sok berani. Dia menepuk-nepuk dadanya seperti pemberani yang siap berperang dengan setan.
Aku menatap Anto yang sedang merunduk mengambil bola. Lalu melemparnya ke tangan Leo. "Lu kalau takut silakan pergi. Gue masih mau latihan, ya kan bro?" tanyanya padaku sambil menepuk pundakku.
"Yaudah. Gue duluan. Kalian ikut Anto apa gue?" tanya Leo pada kawanan kami yang lainnya. Semua tampak setuju dengan Leon. Mereka pulang.
Bugh!
Aku terhenyak ketika bunyi gedebug dari pantulan bola yang mengenai kepala Anto. Pria yang tingginya sebahuku itu mengaduh, mengelus kepalanya. Dia memungut bola itu lalu mengapitnya di antara dua ketiaknya. Sambil berlari, ia menjauh padaku. Bersiap memberi tendangan.
"Nto, itu bola datang dari mana?" tanyaku.
"Dari dalam gang sana tuh." Jawabnya enteng sambil menunjuk ke arah gang sempit itu dengan dagunya. Aku menaikkan sebelah alisku. Aku merasakan bulu kudukku merinding. Ku tatap gang sempit di ujung lapangan. Mama bilang ada hantu kepala di sana. Gak lucu kalau bola yang di dekat kaki Anto adalah hantu itu.
"AAAAAAAAAAAA...." Anto berteriak lalu berlari meninggalkanku.
"Bolanya ada mulut sama mata." Gak lucu. Itu hantu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top