Berteman Sepi

Lenganku mulai lunglai. Terikat dengan bekas suntikan di lengan kiri. Ikatan itu sudah bertengger manis sejak tadi, saat aku sengaja mencakar seorang suster.

Ruanganku senyap sekali. Hanya ada bunyi dengkuranku jika tidur, atau helaan napasku ketika lelah. Atau suara gumamanku ketika mati kebosanan.

Di luar suara tawa, lari-larian para pasien yang kabur membuatku ingin lepas. Aku juga ingin kabur juga. Menertawakan para penjaga berbaju putih bersih itu. Mereka tak pernah mengizinkanku keluar ke tempat ramai. Atau keluar ke taman rumah sakit sekadar refreshing.

"Ayo kejar aku..." suara pasien perempuan tengah berlari di dekat ruanganku. Aku berdiri, mengintip dari balik celah yang berbentuk jeruji besi.

Mirip penjara.

"Hei, ke sini. Dia lari ke kamar mandi. Cepat nanti kabur!" Suara para suster berbaju putih berlarian menuju kamar mandi umum. Mereka biasanya mengejar lelaki yang selalu membawa boneka beruang teddy.

Lalu dilain sisi ada dua suster perempuan yang tengah menarik tangan perempuan lain. Perempuan itu berteriak-teriak, memanggil nama seseorang. Kemudian menangis, kadang temanku membisikkan untuk melenyapkan suara perempuan itu agar aku bisa tidur nyenyak.

"Hei kau!" perempuan lain berlarian dengan gembira. Muka mereka kucel. Tapi mereka tidak diikat dan diisolasi macam diriku. Ada apa sebenarnya? Yang gila kan mereka, bukan aku?

Aku menyandarkan badanku ke dinding, menatap temanku yang tengah duduk manis. Bunyi gesekan dari kursi roda, teriakan bahkan bunyi derap kaki mereka menghiasi sepiku, malam ini.

Aku kesepian.

Aku lelah.

Aku tidak punya teman lagi.

Ke mana mereka yang katanya peduli?

Kenapa mereka lari dariku?

"Mereka bahagia di luar sana." Tidak, di luaran sana terlalu ramai untuk dikatakan bahagia. Mereka sama sepertiku, tapi berbeda. Aku waras. Mereka gila.

"Bagaimana caranya kabur dari kesepian ini? Aku muak dengan keramaian di luar sana. Berisik."

Aku menanti jawaban temanku. Dia selalu punya ide brilliant untuk membuatku senang.

"Lenyapkan." Haruskah dengan cara itu lagi?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top