Pegawai Teladan 01

Apa yang terlihat di permukaan belum tentu menunjukkan isinya. Janganlah mudah silau dengan pesona seseorang karena kita tidak tau sisi gelap yang ia miliki.

***

Edo merapikan rambutnya dengan jemari di depan cermin yang ada di dalam toilet pria. Name tag yang menggantung di dadanya pun ia atur agar terlihat rapi kembali. Meeting berjam-jam tadi terasa begitu melelahkan.

Jasnya sudah ia lepas sejak sebelum masuk ke dalam toilet. Kini ia melipat lengan kemeja panjangnya hingga sedikit di bawah siku. Rahangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus menambah kesan macho pada dirinya.

Setelah merasa sedikit segar, Edo keluar dari toilet kantornya yang ada di lantai 11.

Seorang gadis berseragam office girl menyapanya sambil menunduk. "Pak Edo."

Edo melihat Fossil yang melingkar di pergelangan tangannya. "Tunggu saya di perempatan jalan."

"Baik, Pak."

Office Girl yang bernametag Mira itu meninggalkan Edo dengan tergesa-gesa.

Edo melanjutkan langkahnya menuju ruangannya. Tiba di ruangan legal ia menduduki kursi yang di hadapannya ada meja bertuliskan Manager Legal. 5 tahun sudah Edo mengabdi pada perusahaan multinasional itu dan sudah 3 bulan ini ia menjabat sebagai manajer legal.

Edo lulusan terbaik Magister Ilmu Hukum dari universitas ternama, sosoknya sangat disegani dan dikagumi oleh banyak karyawati di kantor itu. Cerdas dan cekatan tiap kali mengurusi keperluan perusahaan, dan jasa yang membuat ia mendapat promosi menjadi manajer legal adalah saat memenangkan kasus sengketa tanah antara perusahaannya dengan warga sekitar.

Edo merapikan berkas-berkas yang ada di mejanya. Semua file-file penting milik perusahaan ia simpan di lemari khusus.

Jam kerja hampir habis, Edo telah siap meninggalkan ruangannya. Dengan tas kerja di tangannya ia melangkah penuh percaya diri.

Karyawati yang ia lewati menuduk hormat, Edo membalas dengan anggukan sambil tersenyum.  Begitu ia sedikit jauh mereka berkasak kusuk membicarakan tentang dirinya.

"Pak Edo sore gini masih wangi."

"Pesonamu Mas Edo, meleleh aku."

"Suamiable."

Begitulah para karyawati di kantornya. Bujangan berusia 30 tahun itu memesona mereka. Edo yang cerdas, ramah dan tampan mampu membuat siapa pun jatuh hati.

Sampai di parkiran kantor, Edo segera memasuki Fortuner nya. Mobil yang ia beli dari uangnya sendiri hasil dari trading saham yang merupakan usaha sambilannya.

Tas kerjanya ia taruh di kursi penumpang bagian belakang. Lalu ia menyalakan mesin mobil dan melajukannya keluar dari gedung perkantoran itu.

300 meter dari kantornya, Mira berdiri menunggu Edo. Punggung tangannya menghapus peluh yang menetes di dahinya.

"Naik!" perintah Edo pada Mira begitu mobil itu berhenti di depannya.

Mira segera naik dan duduk di samping Edo. "Kita mau ke mana, Pak?"

Mobil kembali berjalan. Tanpa menoleh ke arah Mira, Edo menjawab, "Ke dokter kandungan."

"Mau USG?" Mira bertanya.

"Menggugurkan kandunganmu." Edo menjawab dengan dingin.

"Saya gak mau, Pak. Itu membunuh namanya!"

"Anak itu harus digugurkan sebelum membesar dan merusak karir saya."

"Nggak, Pak. Saya nggak mau."

Edo tidak mengindahkan keinginan Mira, ia justru melajukan mobilnya lebih cepat. Sebuah klinik yang ada di pinggiran kota yang ia tuju. Semalam ia sudah membuat janji dengan sang dokter. Sejumlah dana telah ia siapkan untuk menggugurkan kandungan Mira.

"Pak, turunin saya sekarang! Saya gak mau bunuh anak saya sendiri." Mira mulai panik, ia menarik tangan Edo yang sedang mengemudi.

Edo menghempaskan tangan Mira. "Anak itu tidak boleh sampai lahir, karirku bisa hancur, aku bisa dikeluarkan dari trah keluarga."

"Saya akan berhenti kerja, saya akan sembunyikan anak ini. Berdosa kalau ia sampai digugurkan." Mira mengguncang tangan Edo.

"Mira! Keputusan saya sudah bulat, anak itu harus digugurkan!"

Edo tidak ingin mengambil resiko. Jika ia ketahuan menghamili Mira, karirnya yang telah ia bangun dengan susah payah bisa hancur, belum lagi jika orang tuanya tahu pasti Edo akan dibuang dari keluarganya karena telah mencoreng nama baik keluarga. Bagi Edo menggugurkan kandungan Mira adalah jalan terbaik.

"Turunkan saya! Saya nggak mau gugurin anak ini!" Mira terus saja menarik tangan Edo hingga mobil itu melaju tak terkendali.

Jalanan sore hari yang lumayan padat membuat mobil Edo beberapa kali hampir menabrak mobil lain. Pemberontakan Mira membuat Edo kesulitan mengendalikan mobilnya. Hampir saja ia menabrak sebuah truk yang ada di depannya, untung saja truk itu membuang setir ke arah trotoar. Yang Edo tidak ketahui adalah truk itu menabrak Erika yang tewas seketika begitu truk menghantam dirinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top