Istri Baik 01
***
Tanganku terampil mengaduk nasi yang ada di wajan. Mencampurkannya dengan bumbu yang sudah kutumis sebelumnya. Aroma bawang bercampur cabe dan kecap menyeruak memenuhi dapur kami.
"Wangi banget, Mama masak nasi goreng?" Suamiku tiba-tiba sudah berada di dapur dengan pakaian kerjanya.
"Iya, nasi goreng spesial," jawabku dengan ceria.
Dua malaikat kecilku datang menghampiri.
"Mama, Dani lapar."
"Dina juga lapal."
"Ayo kita tunggu nasi goreng spesial buatan mama di meja makan!" Suamiku menggendong putri kecil kami dan menuntun si sulung menuju meja makan.
Kutaruh nasi goreng di wadah cantik yang kupunya lalu kufoto dengan ponselku.
Kukirim foto nasi goreng itu beserta caption "Sarapan dulu, Yank". Satu detik kemudian sebuah pesan masuk menjawab kiriman fotoku tadi.
[Aku sarapan agak siang, pengen bareng kamu.]
Tanpa banyak kata kukirim emoticon love untuknya. Lalu segera kubawa nasi goreng itu untuk sarapan di meja makan bersama suami dan anak-anakku.
***
"Papa berangkat dulu, Mama baik-baik di rumah ya." Suamiku berpamitan, aku mencium punggung tangannya dan ia mencium keningku. Anak-anakku juga mencium punggung tangannya. Sebuah ritual keluarga harmonis yang kami lakukan setiap pagi.
Selepas suamiku berangkat ke kantor, kuhampiri Mba Sari, ART kami yang sudah 4 tahun bekerja di sini. Ia datang jam 7 pagi lalu pulang jam 12 siang. Karena keterbatasan dana yang kami miliki, suamiku hanya bisa membayar ART yang pulang hari. Ia ingin aku fokus pada anak-anak, sehingga urusan cucian dan bersih-bersih rumah dikerjakan oleh Mba Sari.
"Mba, nanti aku mau pergi sebentar. Titip anak-anak ya. Paling sejamlah aku perginya, mau cari keperluan sehari-hari."
"Iya, Bu."
Mba Sari memang ART yang baik, selalu patuh dan tak pernah ikut campur urusan kami.
Kurapikan pakaianku, jilbab segi empat kupasang rapi menutupi aurat. Tiap kali keluar rumah aku selalu menutup aurat, dan tidak pernah memakai pakaian ketat. Itu pesan suamiku yang selalu aku patuhi.
Parfum beraroma lembut kusemprotkan di pergelangan tangan dan sekitar ketiak.
"Mama, mau ke mana? Dani ikut!" Si sulung merengek melihatku sudah rapi.
"Dani di rumah dulu ya, mama mau ke pasar. Nanti Dani mama belikan oleh-oleh."
"Jajanan ya, Ma?" Dina ikut nimbrung.
"Iya, nanti mama belikan kalian jajanan yang kalian suka. Sekarang kalian di rumah dulu ya. Yang anteng sama Mba Sari."
Setelah mencium kedua buah hatiku, kakiku melangkah keluar rumah. Di depan pagar sudah menunggu ojek online yang kupesan.
Aku turun dari ojol di depan sebuah apartemen. Satpam yang sudah mengenalku mengangguk. Segera kumasuki lift menuju ke lantai 10.
Acces card yang kubawa membuatku bebas memasuki unit apartemen ini. Apartemen milik Tristan, mantan pacarku di SMA dulu.
Grep.
Baru saja kututup pintu, lengan Tristan sudah melingkar di perutku. Ciuman lembutnya di tengkukku yang walau tertutup jilbab membuatku merinding.
Kulepas tangan kekar Tristan lalu membalikkan tubuh. "Katanya mau sarapan bareng?"
"Aku mau sarapan kamu." Mata Tristan memancarkan gairah.
Aku tahu apa yang ia inginkan karena aku pun menginginkannya. Bibir kami bertemu dan saling melumat lalu melebur bersama menyalurkan nafsu yang haram dilakukan oleh pasangan yang belum menikah.
Tristan selalu bisa memberiku kepuasan yang tak lagi bisa diberikan oleh suamiku.
***
Krucuk.
Perut keroncongan Tristan berbunyi.
Kulepas pelukan Tristan. "Tuh kan laper, makan dulu."
"Sekarang aku mau makan, kan udah makan kamu." Tristan mengecupku.
Segera aku bangkit dari ranjang yang acak-acakan, kupunguti pakaianku yang bertebaran akibat kegiatan kami yang begitu panas sejak di depan pintu tadi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top