Bab 5

"Menjadi istri nggak perlu terlalu pintar, yang penting nurut sama suami."

"Mama salah, istri pintar itu bagus. Dengan begitu bisa membantu suami untuk mencapai impian, kedudukan, dan lain sebagainya."

"Halah! Kamu bilang begitu karena kamu merasa kalau lebih kaya, lebih tinggi kedudukan dari Teddy'kan?"

"Nggak, Ma. Bukan begitu maksudku."

"Dengarkan aku Victoria, kamu boleh jadi anak orang kaya dengan segudang uang. Tapi kamu nggak sekaya kmu pikir. Perkebunan kalian nggak seluas yang kami pikir. Terus merugi karena tidak ada yang becus mengurusnya. Semenjak kakekmu mati, anakku bekerja siang malam untuk perkebunan, tapi apa hasilnya Victoria? Orang-orang menganggapnya benalu karena menikahimu!"

"Maa, aku tahu suamiku bekerja keras."

"Kamu tahu tapi kamu diam saja melihat dia direndahkan? Orang-orang selalu bilang Victoria tangguh dan pintar, sayang sekali dapat suami bodoh. Sialan! Kalau tahu akan seperti ini, aku nggak akan membiarkan kalian menikah!"

Ucapan mertunya sangat menyakitkan bagi Victoria padahal cintanya pada Teddy sangat tulus. Awalnya ia tidak ada minat untuk menikah, hanya ingin hidup sendiri merawat kakeknya yang sakit-sakitan. Hingga akhirnya bertemu Teddy yang merupakan manajer baru di perkebunan. Laki-laki muda yang tampan, sopan, dan sangat perhatian. Merayu, mengejar, dan memberikan seluruh kasih sayang untuk Victoria, hingga akhirnya luluh dan keduanya sepakat menikah. Si kakek senang bukan kepalang melihat cucu tunggalnya akan menikah.

Pernikahan mewah dilakukan dengan Victoria membiayai semuanya karena Teddy memang tidak kaya. Ia tidak keberatan asalkan kakeknya bahagia dan semua dilakukan juga untuk suaminya. Seminggu setelah menikah sang kakek meninggal. Dalam kedukaan Teddy membawa adik dan mamanya untuk tinggal di rumah mereka dengan beragam alasan salah satunya rumah terlalu besar dan terlalu sepi. Victoria tidak keberatan, justru merasa senang karena selama ini hidupnya sepi. Satu hal yang tidak diketahui Victoria adalah kedatangan mertua dan iparnya adalah awal dari masalah. Setelah itu ia merasa terasing dan tersisihkan di rumahnya sendiri.

"Victoria, kamu harusnya mengalah. Bagaimanapun juga Talia masih kecil. Masa sama adikku nggak mau ngalah?"

Teddy selalu membentak setiap kali Victoria mengadukan sikap adiknya yang semena-mena. Sembarangan masuk ke kamar, mengacak-acak barangnya, dan juga membuat banyak pelayan tidak nyaman dengan sikapnya. Sama mama yang bernama Maia pun tidak kalah kurang ajar. Merusak semua tatanan rumah tangga yang selama ini dipegang teguh keluarga Victoria dan mengubah menjadi aturan sendiri.

"Kami tahu kalau kami ini orang miskin Victoria. Tidak sekaya kalian, tapi aku bisa mengurus pelayan yang ada di sini. Semuanya pemalas dan tukang bantah. Persis kayak kamu. Padahal kamu menantuku tapi sama sekali tidak ada rasa hormat padakuu!"

Pertengkaran mereka selalu diakhiri dengan Maia atau Talia menangis, padahal mereka yang membuat ulah. Ujung-ujungnya Victoria yang akan disalahkan oleh Teddy. Selama beberapa bulan menikah, Victoria sama sekali tidak pernah bahagia.

"Miss, sudah bangun?" Suara Nita membuat Victoria yang memejam membuka mata. Tubuhnya bersimbah keringat, ingatan tentang rumah tangganya menyeruak dan membawa duka yang tak kalah hebat.

"Nita, aku lapar."

"Iya, Miss. Saya akan ambilkan sarapan. Maaf, harus sarapan sendirian karena semua orang pergi."

"Kemana mereka?"

"Kurang tahu, Miss."

Menggunakan kesempatan saat semua orang pergi, Isabela memanggil pelayan senior di rumah ini dan bertanya tentang keadaan keluarga, hubungan, serta informasi dasar. Ia bilang, otaknya terganggu karena kecelakaan dan membuatnya banyak kehilangan ingatan. Pelayan tidak curiga, bercerita dengan serius tentang Isabela.

"Miss Isabela adalah anak dari istri kedua Tuan Antoni. Istri pertama beliau meninggal tanpa anak. Tuan Antoni menemukan Miss Isabela dari lima tahun lalu tapi baru membawa ke rumah ini setelah istri pertama meninggal. Nyonya Putri adalah adik dari Tuan Antoni."

Victoria mengangguk kecil. "Bagaimana dengan ibuku?"

"Sudah meninggal juga Miss."

"Begitu ternyata. Jadi, aku nggak punya saudara satu pun?"

"Ada satu anak angkat Tuan Antoni, namanya Tuan Orion, tapi saat ini sedang di luar negeri untuk mengurus bisnis. Tuan Orion tidak tahu kalau Miss Isabela kecelakaan. Karena setiap kali bertanya pada Nyonya Putri akan dijawab kalau Miss sedang belajar, bepergian dengan Tuan Sebastian dan banyak lagi."

Pelayan menunjukkan satu per satu foto dari anggota keluarga dari mulai Antoni dengan dua istrinya, termasuk juga Orion. Seorang laki-laki berkacamata yang terlihat tenang dan pendiam. Tidak tahu bagaimana aslinya. Semoga suatu saat bertemu dengan Orion tidak seburuk yang lainnya.

Victoria mengira-ngira bagaimana perasaan Orion, sebagai anak angkat yang harusnya mewarisi semuanya lalu mendadak disingkirkan karena kedatangan Isabela. Jujur saja kalau menjadi Orion pasti juga tidak terima. Victoria melihat kalau semua orang punya motif untuk membunuh Isabela membuatnya kebingungan harus memusatkan perhatian pada siapa.

"Bagaimana dengan Sebastian? Kenapa dia menjadi tunanganku?"

Pelayan tersenyum malu. "Sebelum Tuan meninggal, beliau membuat perjanjian kerja dengan Tuan Sebastian. Sebagai imbalan atas transaksi itu adalah pertunangan antara Miss Isabela dan Tuan Sebastian."

Sebuah pertunangan tanpa cinta, Sebastian bisa jadi tertekan dan tidak ingin terlibat dalam hubungan yang rumit dengan Isabela. Masalah perasaan bisa menjadi motif juga, tapi terlalu berlebihan kalau Sebastian harus membunuh Isabela. Bukankah menunggu hingga menikah baru membunuh lebih bagus? Dengan begitu harta warisan akan jatuh di tangannya? Vitoria menggila, merasa kalau semua orang tidak ada yang benar di matanya.

Selesai sarapan ia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman untuk melatih kakinya. Mengernyit karena panas yang menyinari. Suasana taman yang teduh dengan banyak tanaman mengingatkannya akan perkebunan anggur miliknya. Entah bagaimana siatuasinya sekarang setelah menjadi milik Teddy.

"Teddy, ternyata sikapmu yang baik dan manis hanya pura-pura saja." Memikirkan suaminya, hati Victoria menjadi sangat sedih. Ia tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Teddy adalah cinta pertamanya dan laki-laki yang juga menikamnya amat dalam. "Apakah kamu ingin membunuhku demi warisan, Teddy?"

Pandangan Victoria memburam karena air mata yang mendadak menetes. Menyadari kesakitan dalam dada karena suaminya. Ia menyipit saat ada bayangan mendekat, menutupi mata dengan telapak tangan dan sosok itu menjadi jelas.

"Isabela, sedang apa kamu?"

Sebastian muncul dalam balutan kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku dan celana abu-bau. Wajahnya yang tampan mengernyit ke arah Victoria. Dibandingkan Teddy yang tampan dengan wajah bersih dan klimis, Sebastian justru sebaliknya. Bertubuh tinggi dengan badan gempal dan bulu halus menumbuhi rahang. Bukan jenis tampan seperti model melainkan seperti mafia.

"Berjemur," jawab Victoria menurunkan tangannya. "Di rumah sedang tidak ada orang."

Melangkah cepat untuk berdiri di depan Victoria, Sebastian mengamati dengan bola mata abu-abu yang memancar tajam.

"Aku datang untuk melihatmu."

"Oh, aku baik-baik saja. Sudah sarapan, dan sekarang sedang berlatih jalan."

"Bagus, kamu nggak malas demi kesembuhan."

Victoria menutupi kepalanya yang baru ditumbuhi rambut dengan kain tipis yang dililitkan ke leher. Melihat penampilan Sebastian yang rapi dengan rambut lebat, membuat rasa percaya dirinya menurun. Padahal bukan dirinya yang menjadi tunangan Sebastian melainkan Isabela.

"Sudah semestinya bukan? Kalau bukan aku yang usaha, orang lain nggak akan bisa."

"Pikiran yang bagus. Apa kamu sudah mengingat detil tertentu setelah kembali ke rumah ini?"

Victoria menggeleng. "Nggak, tapi aku hanya tahu satu hal penting kalau kita bertunangan karena permintaan papaku. Sebastian, kenapa kamu setuju padahal aku yakin di luar sana banyak yang menyukaimu?"

Bukan menjawab pertanyaan Victoria, Sebastian justru menggeleng dan terlihat bingung. Mengamati Victioria dari atas ke bawah dengan pandangan bertanya.

"Kamu berubah Isabela."

Victoria terbelalak. "Apa?"

"Cara bicaramu berubah. Isabela nggak pernah seberani ini bicara denganku apalagi sampai mengangkat wajah dan mengajukan pertanyaan. Kamu sungguh-sungguh berubah."

Angin bertiup agak kencang, menerbangkan kain yang menutupi kepala Victoria dan jatuh di kaki Sebastian.
.
.
Di Karyakarsa update bab terbaru hari ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top