Bab 20
Victoria menghitung aset, pemasukan, serta pengeluaran dari PT. Elang Express. Sekarang ini perusahaan atas namanya, meskipun secara nyata adalah milik Isabela. Ia bertanggung jawab agar perusahaan tidak merugi. Ia juga sudah mempelajari proposal dari Teddy, ingin menolak dengan angka kerja sama yang ditawarkan karena untungnya kecil sekali tapi teringat kalau itu adalah perkebunannya.
Selama bekerja pikirannya tertuju pada sang kakek. Berpikir bagaimana caranya mengeluarkan kakeknya dari cengkeraman mereka. Tidak mungkin ia mendadak datang ke sana dan meminta ijin merasa si kakek. Pasti dirinya dianggap tidak waras. Orang luar tapi ikut campur masalah keluarga mereka. Ia tidak mungkin bercerita pada Sebastian karena ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Satu dianggap gila dan mengada-ada, kedua dituntut ke pengadilan karena dianggap mencuri identitas orang lain. Memang Sebastian memperlakukannya dengan baik dan mesra, itu karena namanya Isabela dan bukan Victoria.
"Isabela!"
Victoria menoleh pada Putri yang datang dengan senyum terkembang. Kecurigaan muncul dari dalam hatinya karena tidak biasanya perempuan itu bersikap ramah. Apa yang terjadi sebenarnya?
"Kamu sedang sibuk?"
Putri menatap tumpukan dokumen, kalkulator, serta laptop yang terbuka dan menunjukkan angka-angka. Dalam hati merasa sangat heran karena Isabela yang duduk di balik meja bukan lagi gadis yang dikenalnya. Mulai kapan Isabela berubah jadi perempuan pintar dengan angka, paham cara kerja perusahaan, dan juga perhitungan?
"Ada apa?" Victoria bertanya sambil lalu.
Putri tersenyum, menarik kursi dan duduk di depan Victoria. Memikirkan kata-kata terbaik untuk diucapkan agar tidak timbul salah sangka. Ia benci melakukan ini tapi terpaksa karena keadaan mendesak.
"Aku ingin meminta uang operasional rumah. Kamu memberikannya setahun yang lalu dan sudah habis. Waktunya untuk membayar tagihan dan membeli beberapa barang yang rusak. Beberapa tempat juga perlu direnovasi karena sudah bobrok dan usang. Seperti atap samping, dapur, dan—"
Victoria mengangkat tangan, menatap lekat-lekat pada Putri. Mengambi catatan dari dalam laci dan mengulurkan di depan Putri.
"Biaya operasional rumah sudah diambli dari semenjak aku belum kecelakaan. Bahkan saat aku terbaring di ranjang rumah sakit kalian juga mengambil uang dari perusahaan dengan alasan untuk biaya operasional. Kenapa masih kurang?"
Putri menghela napas, wajahnya menunjukkan kekesalan yang nyata. Ia tidak suka diintimidasi seperti ini tapi terpaksa harus mengalah demi uang.
"Kamu kecelakaan sudah setahun lalu, wajar kalau uang operasional sudah habis."
"Memang, tapi uang sebelumnya baru berjalan enam bulan! Kenapa sudah minta lagi?"
"Itu karena ada badai, rumah rusak dan perlu diperbaiki. Kamu mana ngerti hal begini? Bagaimana pun rumah ini peninggalkan orang tuamu, sudah semestinya dirawat!"
"Memang harus dirawat tapi bukan berarti menghamburkan uang."
"Oh, kamu mau rumahmu ambruk? Rumahmu hancur karena badai kamu nggak peduli? Anak macam apa kamu? Nggak mau perbaiki rumah sendiri, hah?"
"Nggak usah tanya aku anak macam apa. Yang sekarang aku lakukan adalah menyelamatkan perusahaan."
"Halah, aku tahu kamu nggak percaya sama Josep dan pamanmu'kan? Kamu ingin mengambil alih semua dari mereka."
Victoria tersenyum kecil dengan, mengambil dokumen yang lain dan mulai menghitung. Malas berurusan dengan Putri yang sedang ingin merengek. Ia tidak akan memberikan uang lagi apalagi yang diminta dalam jumlah banyak. Saat Isabela kecelakaan, Josep dan sang papa banyak menggunakan uang untuk hal yang tidak diketahui kegunaannya.
"Ambil alih dari mereka? Bibi lupa kalau semua aset milikku?"
"Isabelaa, Josep dan Paman membantumu."
"Memang, tapi juga membantu mereka sendiri. Dengan uang dari perusahaanku mereka bisa menambah modal untuk usaha sendiri. Jangan dikira aku nggak tahu. Semua tertulis di sini, Bibi!" Victoria menepuk tumpukan dokumen dengan tatapan tajam tertuju pada Putri. "Aku punya tim audit, mereka semua sedang bekerja keras untuk membantuku mencari celah pendanaan. Bibi datang mendadak untuk meminta uang? Yang benar saja?"
"Kamu tetap tidak ingin memberikan? Kamu ingin rumah ini ambruk? Kamu lihat sendiri teras belakang seperti apa?"
Victoria ingin sekali melempar tumpukan dokumen ke muka Putri. Ia bekerja keras siang dan malam untuk membuat catatan dan pembukuan yang sehat. Menjaga agar keuangan tetap stabil karena ekpansi usaha yang dilakukan Antony sebelum meninggal membuat perusahaan induk kocar-kacir. Semestinya ada orang yang membantunya mengatasi semua masalah, berbagi pendapat untuk saling menguatkan. Yang terjadi justru kebalikkanya, Josep atau Halland menambah kesulitan untuknya.
"Isabelaa! Kamu dengar tidak? Kenapa kamu keras kepala dan menyulitkan kami! Gadis kampung sepertimu mana ngerti mengurus rumah!"
Tok-tok-tok!
Terdengar ketukan di pintu, Sebastian muncul, menatap tenang pada Putri yang baru saja berteriak.
"Apakah sedang ada perkelahian di sini?"
Putri serta merta tersenyum saat melihat Sebastian. Wajahnya yang semula marah menjadi penuh keramahan.
"Sebastian, kami sedang mengobrol."
"Bisa aku masuk?"
"Tentu saja. Silakan masuk dan bantu aku bicara dengan Isabela yang keras kepala. Dia menuduhku menggunakan dana operasional rumah padahal yang aku gunakan semuanya untuk kebutuhannya. Kakakku dulu, selalu menuruti apa pun yang aku katakan karena dia percaya padaku! Isabela tidak seperti papanya!"
Sebastian menatap Victoria yang menunduk di atas dokumen. Menghampiri perempuan itu dan mengecup puncak kepalanya. Merasakan bahu Victoria menegang karena sentuhannya.
"Bibi nggak usaha kuatir. Aku akan bicara dengan tunanganku."
"Benarkah? Baiklah kalau begitu. Aku keluar dulu dan membiarkan kalian bicara."
Victoria menghela napas panjang, menatap Sebastian lekat-lekat. Rasa lelah menderanya karena mengobrol dan berdebat dengan Putri yang tidak mau mengalah.
"Jangan bilang kamu mau membela bibiku, Sayang?"
Sebastian duduk di kursi yang semula ditempati Putri. Menangkupkan kedua tangan di atas lutut.
"Dia minta uang berapa?"
Victoria menunjukkan catatannya. "Uang sudah pernah ditransfer untuk dua tahun. Bahkan saat aku sedang sekarat, ada dana lain yang diminta atas penggunaan yang sama. Uang yang harusnya bisa untuk tiga tahun, mereka minta lagi padahal baru dua tahun setengah. Kemana uang yang semestinya masih bisa untuk setengah tahun tersisa?"
Sebastian membaca catatan lalu tersenyum. "Banyak ternyata."
"Memang! Mereka mengeruk uang perusahaan. Belum lagi Josep dan Paman Halland. Ya Tuhan, rasanya otakku ingin meledak!"
Sebastian bangkit, berdiri di belakang dan memijat pundak Victoria. "Pejamkan matamu, biarkan aku membuatmu rileks."
"Tapi—"
"Sayang, bahu dan ototmu terlalu tegang."
Victoria menghela napas panjang, memejam untuk merasakan bahunya dipijat perlahan dan ketegangan seketika mereda. Jemari Sebastian bergerak perlahan, lembut, tapi penuh tekanan di bahunya. Kemarahannya perlahan mencair dan mereda.
"Kenapa tanganmu enak sekali?"
"Bukan hanya tanganku yang enak, semua yang ada padaku enaak. Nggak percaya?"
"Percaya kok, kamu memang hebat."
Sejujurnya pujian Victoria bukan omong kosong, memang Sebastian sangat pandai dalam semau hal. Bukan hanya soal pekerjaan tapi juga mengerti caranya menangani manusia. Ia harus banyak belajar dari Sebastian kalau tidak ingin terjebak dalam lumpur masalah.
"Kamu ingin tahu saranku buat masalah ini?"
Victoria mengangguk. "Boleh, coba utarakan, Sayang."
"Berikan setengah."
"Apa? Mana mungkin?"
Sebastian menunduk, berbisik di telinga Victoria dengan sangat lembut. Napasnya yang hangat menyapu leher dan pipi Victoria, menimbulkan gelenyar yang aneh.
"Jangan marah, kamu harus pikirkan ke depannya. Kalau sekarang kamu menolak, Paman dan Bibimu akan menggunakan masalah ini untuk menentangmu. Ingat, mereka masih punya kuasa atas dirimu karena statusmu belum menikah. Bisa dikatakan mereka walimu. Jalan tengah adalah memberi setengah."
Victoria menoleh, ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi karena Sebastian mengecup bibirnya. Terdengar deheman di pintu, Julia muncul dengan satu alis terangkat.
"Makan malam sudah siap!"
.
.
Versi lengkap tersedia di Karyakarsa dan playbook.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top