Rasaku yang Tertahan
"Cut!"
Aku bingung dengan lelaki ini, ia baik namun kadang menyebalkan. Aku benci dengannya.
****
Namaku Prilly Latuconsina. aku sedang beristirahat di tempat shooting, tengah memakan cemilan sambil terus latihan untuk scene selanjutnya yang akan di shoot. Tidak hanya ada aku disana, ada Jessica Mila, Kevin Julio, Dahlia Poland dan satu lagi; Aliando.
Iya Aliando. Dia menjadi lawan mainku di project sinetron kali ini. Aku berperan sebagai Sisi yang digambarkan sebagai gadis cantik yang menyukai Digo dan Digo inilah yang diperankan oleh Aliando.
Ali, itulah panggilannya di lokasi shooting. Aku sering menyebut namanya itu untuk latihan sebelum take. Kadang kita hanya berlatih berdua, tak jarang pula pemain-pemain yang lain ikut untuk berlatih bersama. Di sela waktu shooting pun, aku dan Ali kerap kali beristirahat berdua, bercanda, ataupun melayani penggemar Digo dan Sisi yang datang langsung ke lokasi shooting.
Menjadi Sisi yang menyukai Digo bukan hal yang mudah bagiku. Itu adalah sebuah tantangan. Karena, yang aku rasakan sesungguhnya itu adalah aku menyukai Ali yan
g asli. Tidak dalam Digo-Sisi, tapi sebagai Prilly pun aku menyukainya. Bahkan yang lebih parahnya, aku mencintainya.
Aku yakin, penyebab utamanya perasaan itu datang adalah seringnya aku dan Ali mendapatkan take romantis. Tidak untuk beberapa kali, tapi sudah banyak take dengan adegan-adegan romantis di dalamnya.
Jujur. Menjadi pemain profesional sangat sulit. Tiap kali ada adegan yang bersama dengan Ali, itu membuat aku gugup. Kerap kali, kurasakan degub hati yang sangat kuat dan membuat keringatku mengalir pada sekujur tubuhku. Tapi, selalu ku tutupi itu dengan hasil take yang memuaskan sutradara. Itu harus selalu aku pertahankan.
Akan tetapi, lama kelamaan perasaan itu menjadi-jadi. Sudah berapa kali kami di gosipkan dekat 'lah, cinlok 'lah, bahkan yang parah itu adalah mengira aku dan Ali berpacaran.
Itu pasti semua ulah fans Ali dan dicampur dengan ulah fansku juga. Mereka banyak membuat account-account instagram yang mengepost foto kita berdua. Ada juga yang membuat halaman di facebook untuk membuat cerbung, cerpen, ataupun cerita-cerita fanfiction buatan mereka.
Mungkin saja perasaanku tidak akan tumbuh menjadi-jadi apabila fansku dan mungkin fans Ali juga biasa-biasa saja. Atau juga, adegan-adegan yang mengambil pemain Digo-Sisi saja, itu tidak romantis. Atau yang lebih baiknya, Digo itu diperankan oleh orang selain Ali yang pernah menjadi lawan mainku dan aku tidak merasakan apa-apa ketika bersamanya. Pasti semuanya berjalan dengan lancar, tidak ada hambatan apapun yang salah satunya hambatan yang terasa hingga hati. Ah aku benci dia!
Sekarang, lupakan soal perasaanku kepada Ali. Sebentar lagi bagian take Digo-Sisi. Harus kupersiapkan mentalku agar tidak terlihat "baper" dihadapan Ali dan dihadapan semua orang yang melihatnya juga.
"Pril!"
Aku menoleh dan mendapati Ali yang memanggilku. Aku datangi dia dengan langkah yang santai, tapi hati berdegup kencang.
"Ada apa?" kataku.
"Gue tadi udah latihan take bagian ini." Dia menunjuk teks naskah, "Gue harap tatapan mata lo liat dalem-dalem ke mata si Digo ini, biar fans suka ama akting kita," lanjutnya.
"Oh, gitu. Oke Li," ucapku.
Ah! Sungguh benci. Demi fans, dia mengharapkan aku untuk melakukan hal yang sebenarnya aku tidak suka. Menatap saja aku sudah tidak kuat, apalagi take romantis yang lainnya? Benar-benar menyebalkan.
"Prilly, Ali! Scene bagian kalian," ucap Ricky salah satu teman project-ku di sinetron ini. Dan aku malas bagian scene ini, sungguh benar-benar malas.
"Action!"
****
Aku pernah memikirkannya. Jika aku mencintainya, apakah dia mencintai aku juga? Apa dia memiliki perasaan yang sama kepadaku? Bisa jadi iya, karena dia kadang memaksa aku untuk melakukan lebih dalam sebuah scene yang romantis seperti saat itu. Bisa jadi tidak juga, karena hal yang kemarin ia paksa itu hanya untuk memantapkan adegannya saja.
Sungguh itu yang paling menyebalkan, ia kadang membuat aku tersipu, kadang juga membuat aku kesal sekaligus bingung seperti kemarin itu.
Hari cepat berlalu. Pagi ini aku pergi ke lokasi shooting karena mendapatkan take lagi. Dan pastinya bertemu dengan Ali. Ada yang ingin ku katakan kepadanya soal perasaanku ini, dan semoga saja ia pun memiliki perasaan yang sama. Mungkin dan semoga saja.
Berpakaian sederhana namun full make up itu yang sering aku lakukan saat menuju lokasi shooting, dengan supir pribadi yang aku miliki, kira-kira dalam beberapa menit aku sampai di lokasi shooting.
Dan akhirnya sampai juga di lokasi shooting, dimana terdapat manusia yang bernama Aliando Syarief itu. Ia tengah berkumpul dengan anak-anak lainnya seperti Kevin Julio yang memerani Tristan, Michelle Joan sebagai Liora, dan Dicky sebagai Yasha, dan Dahlia Poland sebagai Thea. Pada naskah dijelaskan kalau Mereka (temasuk Ali yang menjadi Digo) adalah bangsa vampir pada keluarga Agra.
Aku bisa menebak. Dari mereka memegang teks, lalu memasang wajah serius, itu pasti sedang latihan sebelum shooting dan pasti shooting tentang adegan yang ada pada keluarga mereka. Mereka begitu rajin untuk latihan, aku yang awalnya berniat untuk mendatangi Ali, memundurkan niat untuk mendatanginya. Ia sedang serius dan mungkin saja tidak ingin diganggu.
"Prilly!" Ada yang memanggilku. Dari suaranya, aku yakin itu adalah Jessica Mila. Ia diceritakan sebagai Nayla sahabat terdekat Sisi pada naskah.
"Iya, ada apa?" tanyaku sambil mendatanginya.
"Lo tahu nggak? Katanya pak sutradara bakal ngasih pengumuman khusus," ucapnya.
Wajahku kebingungan. Aku mencoba mengingat ada kejadian apa hingga ada pengumuman khusus seperti ini? Biasanya pengumumannya 'kan bisa disampaikan via chatting grup.
"Apa ya? Gue nggak inget apa pengumumannya," kataku menyipitkan mata.
"Gue juga nggak tahu sih." Ia mengulas senyum polos.
"Lah, ngapain nanya gue. Lo aja yang dari tadi disini nggak tahu, apalagi gue yang baru datang," kataku dengan nada agak meninggi.
"Iya deh iya maaf, hehe," ucapnya menggaruk kepalanya yang aku yakini itu tidak gatal.
"Gue ke tempat artis dulu ya, ganti baju buat take nih," kataku, "Dah!" lanjut aku sambil melambaikan tangan kepada Mila.
Setelah mengganti baju, aku shooting hingga selesai, lalu pulang ketika malam tiba.
****
Esoknya, aku beranikan diri untuk mencoba membicarakan perasaanku kepada Ali. Seperti biasa, dengan antaran supir pribadiku, pagi ini aku menuju lokasi shooting lagi.
Aku sampai ke lokasi shooting, namun ada yang berbeda pada hari ini. Semua tidak dalam keadaan akan shooting. Mereka seperti kameramen, properti, dan lain sebagainya itu tidak sedang dalam biasanya. Bahkan para aktor pun semua seperti itu.
Para aktor sedang berkumpul. Aku mendatangi mereka. Terdapat lengkap semua disitu. Mulai dari Ricky Harun hingga para pemain keluarga Agra dan Jessica Mila. Belum sempat aku menyapa mereka, Ali telah melihatku duluan. Dia berdiri dan memanggilku.
"Pril, gue mau nyeritain sesuatu," ujarnya.
Aku hanya mengangguk diam. Yang lain melihat Ali yang berdiri dan berjalan menuju padaku.
"Ikut gue!" ajaknya kepadaku.
Aku hanya mengikuti langkah kakinya. Aku dibelakangnya hanya bisa terdiam. Ku mencoba menebak apa yang dipikirkan oleh Ali dan apa yang akan dikatakan oleh Ali.
"Udah disini aja," ucapnya berhenti lalu menoleh kepadaku.
"Lo mau ngomongin apa?" tanyaku, "Gue juga mau ngomong ke lo," lanjutku.
"Gue dulu ya," katanya.
Ia menarik nafas panjang. Kuharap aku mendapat obrolan yang menyatakan bahwa dia suka kepadaku. Aku harap. Aku sangat mengharapkannya. Dadaku mulai berdegub kencang.
"Gue cuman mau ngomong, hmmm," ujarnya.
"Apaan? Yang jelas dong," kataku.
"Jadi, katanya..." Ali mulai bercerita panjang lebar.
Aku mengangguk tanda mengerti. Memahami tiap kata yang keluar dari mulut Ali. Menyatukannya menjadi sebuah kalimat lalu narasi, dan ternyata bukan yang aku harapkan tadi. Nyatanya, kabar bahagia sekaligus kabar buruk bagiku.
"Maka dari itu, kita nggak akan se-project bareng lagi. Dan gue doakan lo sukses terus, Pril," ujarnya.
Ya, aku mendapatkan kabar bahwa pak sutradara akan memberhentikan sinetron kita ini. Mungkin yang kemarin di katakan Mila itu benar, soal pengumuman yang akan diberikan oleh pak sutradara.
Kabar baiknya, aku mungkin tidak akan merasakan lagi yang namanya cinta diam-diam, tersiksa oleh keadaan shooting yang mengaharuskan aku melakukan adegan romantis dengannya, ataupun berusaha untuk menjelaskan kepada Ali bahwa aku mencintainya. Itu semua akan hilang dalam beberapa hari ketika sinetron kita diberhentikan.
Sedangkan, kabar buruknya ialah ketika aku dan Ali tidak bersama lagi, mungkin itu akan sulit melupakan kenangan-kenangan yang pernah kami lakukan saat shooting. Itu akan hilang dalam ingatanku dan mungkin akan hilang juga diingatan Ali.
"Woi, malah ngelamun!" sentak Ali dengan naga tinggi dihadapanku.
"Eh iya, sorry," kataku, "Lo juga semoga sukses ya, ketemu lagi ama gue di top aktor deh entar, hehehe," kataku menepuk pundaknya.
"Iya, haha." Ali mengulas senyumnya yang sangat enak dipandang untukku. "Terus, tadi lo mau ngomong apa?" tanyanya kepadaku.
Aku mungkin akan mengurungkan niatku untuk mengatakannya. Karena aku berfikir, sebentar lagi pun aku akan jarang bertemu dengannya. Dan lambat laun perasaan itu hilang. Aku sangat yakin itu.
Dengan senyum polos aku berkata, "Ah nggak kok gajadi. Awalnya gue mau nanya soal yang tadi juga. Gue penasaran kemaren Mila ngomong gitu ke gue, cuman kurang jelas aja," ujarku.
"Oh gitu, iya deh," katanya.
Dari jauh, Dicky melihat kami dan memanggil kami. Katanya pengumuman yang tadi Ali bilang akan dijelaskan pada rapat dan semuanya diharap masuk untuk mengikuti rapat.
Baik aku maupun Ali hanya mengangguk. Kami berdua jalan beriringan menuju tempat rapat yang diberitahu oleh Dicky tadi.
Sambil berjalan, aku merasa hatiku ini sangat lega. Tapi, ada dibagian dalam hatiku juga rasa sedih karena Ali akan hilang. Entahlah. Aku hanya bisa menikmati kejadian ini dan mengambil manfaatnya bagiku.
Mungkin setelah sinetron ini tidak ada, aku bisa melepas kesengsaraanku saat bekerja disini. Dan aku harap, itu membuat aku menjadi bahan latihan lagi untuk menjadi pemain profesional yang tak akan pernah memiliki perasaan terhadap lawan mainku.
Akhirnya...
-Tamat-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top