Me, Just Say Goodbye

Baby i'm so lonely so lonely

Baby i'm so lonely so lonely

Naneun honja issneun geosman gatayo

Geuraedo neoege ti naegi silheo

Naneun honja chamneun ge deo iksukhae

Nal ihaehaejwo

Nal naebeoryeo dwo

(Lonely - Jonghyun ft. Taeyeon)

****

Ini benar-benar akan menjadi yang terakhir kalinya.

Iris mata hitam gelapnya menatap nanar pintu di hadapannya. Padahal mudah sekali bagi tangannya untuk membuka gagang pintu itu dan berjalan masuk, namun suara-suara dalam hati mencegahnya.

Di balik pintu itu, penggemarnya sudah menunggu. Mereka terduduk manis di jajaran bangku penonton, mereka yang akan meneriakkan namanya ketika melihat dirinya memasuki panggung. Menunggu bibirnya melantunkan lirik pertama dengan suara merdunya.

Orang itu—Jonghyun, sama sekali tidak menyangka terowongan hidupnya akan ia rancang sendiri. Perjalanan kariernya akan berakhir di sini, ini persembahan terakhirnya untuk para penggemar yang selalu mendukungnya. Baginya, para penggemar bukan sekadar penggemar yang harus ia hibur dan mendapatkan uang dari hasil kerjanya. Mereka seperti dorongan yang terus membuatnya menuliskan lagu ungkapan hatinya ketika gejala itu menyerang.

Ia mencintai para penggemar, seperti para penggemar mencintai dirinya. Jonghyun ingin sekali mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka. Namun kalau dipikir-pikir, lebih baik ia ucapkan dalam hati saja. Bukan apa-apa, hanya saja sudah terlalu banyak 'terima kasih' yang keluar dari mulutnya.

Jonghyun memasang senyum pilu. Konsernya yang bertajuk 'Inspired' semoga bisa memberikan kesan yang membekas terutama bagi dirinya sendiri. Ia harus menikmati konser ini, membiarkannya terlena bersama alunan musik, menghayati setiap liriknya. Biarkan dirinya kembali bernostalgia mendengar dan menyanyikan lagu-lagunya. Lagu-lagu penyemangatnya.

itu sangat cukup untuk menjadi obat penenangnya, membuatnya merasa senang. Meski tak dapat dipungkiri ia juga akan merasa sedih secara bersamaan, tapi hei ... siapa peduli? Ia tidak akan memperlihatkan rasa sedihnya.

Jonghyun di atas panggung adalah Jonghyun yang penggemar kenal di layar. Bagaimanapun, tidak boleh ada yang tahu suasana hatinya—yang terkadang buruk. Cukup biarkan ia sendiri, Jonghyun tidak ingin menjadi beban. Mungkin akan terkesan aneh jika ada yang mengetahui ia ingin waktu berjalan lambat. Orang itu ingin tetap seperti ini, selamanya.

"Jonghyun-ssi. Anda harus masuk ke panggung sekarang juga," ucap salah satu staf panggung perempuan. Rambutnya yang keriting panjang diikat ke atas, membuat penampilannya menjadi terfokus ke titik wajah bulatnya.

Terlihat menggemaskan, namun tetap cantik.

"Sebentar lagi," jawab Jonghyun sambil tersenyum.

"Tuan ada masalah?" tanya staf itu. "Apa perlengkapannya ada yang rusak? Mic?"

Jonghyun menggeleng. Ah terima kasih sudah mengkhawatirkannya, masalahnya tidak sesederhana itu. "Aku tidak apa-apa, aku hanya sedang menyiapkan salam perpisahan."

Staf perempuan itu memasang muka bingung dan pasti akan bertanya lebih lanjut jika Jonghyun tidak segera membuka gagang pintu dan melangkah ke dalamnya. Memasuki terowongan gelap yang mengantarkannya pada panggung. Suara teriakan para penggemarnya mulai menyambutnya dan menggema di telinganya. Andai ia bisa terus mendengar suara yang pasti dirindukannya setelah ini.

Jonghyun sudah berdiri di tengah panggung. Tempatnya berdiri sekarang, persembahan terakhirnya.

Ia mendekatkan mic ke bibir merah mudanya.

"Maaf aku sedikit terlambat," katanya memulai, "maafkan aku. Aku sedang mempersiapkan sesuatu agar konser ini berjalan mulus. Aku ingin ... kalian menikmati ini."

Lelaki tampan itu tersenyum hangat sembari memandangi para penggemarnya. Meski wajah-wajah mereka tampak buram karena posisinya yang agak jauh, Jonghyun bisa merasakan aura mereka. Ia ingin menangis, tapi tidak bisa. Ia tidak boleh menangis di sini, ia harus tampak tegar. Ia bisa, bagaimanapun juga ini salam perpisahan.

Alunan musik pun mulai terdengar. Jonghyun sedikit kaget, namun ia hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Bibirnya terangkat, lantunan suara merdunya keluar. Bermainlah bersama musik dan suara para penggemar.

Lupakan semuanya dan nikmati ini.

ⓙⓞⓝⓖⓗⓨⓤⓝ

Dunia musik bermusik sudah ia selami sejak masa SMA-nya dulu. Jonghyun beserta kawan-kawannya membuat band magang. Mereka akan tampil jika ada acara di sekolah atau numpang manggung di cafe. Jonghyun tidak menyangka akan semakin mencintai dunia musik, awalnya ia menganggap bermusik hanyalah hobi. Syukur-syukur suaranya dapat menghibur orang.

Dan mungkin, di sanalah letak kesalahan terbesar dalam hidupnya. Namun kita tidak pernah tahu, seperti apa masa depan itu. Jalan kesuksesanmu tak lama kemudian bisa saja mengiris hatimu, membuatmu tertekan dan merasa lelah. Padahal dulu, kau begitu menyenanginya. Terlalu bersemangat untuk menggapainya.

Masa depan itu seperti awan. Bergerak perlahan tapi pasti.

Jika saja dulu Jonghyun tidak bergabung dengan SM Entertainment, ia tidak akan merasa tertekan seperti ini. Banyak yang telah mengguncang semangatnya, membuatnya goyah dan runtuh. Jonghyun lelah menghadapi dirinya sendiri dan orang lain, ia ingin semuanya segera berakhir.

Ia ingin beristirahat, setidaknya dapat tidur untuk selamanya.

Namun jika dulu ia tidak bergabung dengan agensi itu, mendapatkan posisi sebagai lead vocal di Shinee, maju bersama Shinne, hidupnya mungkin terasa lebih hampa. Sungguh miris, tidak ada keajaiban apa-apa dalam setiap hembusan napasnya.

Jonghyun tidak akan mengenal sosok Onew, Minho, Key, dan Taemin. Mereka yang telah membuat harinya berwarna, ceria seakan tanpa beban. Bayangkan saja jika ia tidak pernah bertemu mereka, ia tidak akan menjadi Jonghyun yang sekarang.

Dan, ia tidak akan mengenal sosok para penggemar. Yang terkadang bisa membuatnya senang dan runtuh secara bersamaan. Meski Jonghyun tidak begitu mengenal mereka lebih dekat, ia akui selalu menunggu sapaan mereka.

Tidak hanya Shinee dan para penggemar, teman-temannya di dunia musik sungguhlah hebat. Baik sesama agensi maupun bukan. Seperti keluarga, yang terkadang ada manis dan pahitnya saat menjalani semuanya secara beriringan.

Kalau begitu, kenapa semuanya harus berakhir? Jonghyun punya mereka, dan mereka punya Jonghyun. Bertahun-tahun mereka saling kenal dan saling mendukung satu sama lain, apalagi yang ia tunggu? Ia bisa mempercayakan semuanya, ia bisa berbagi kisah kelamnya. Lalu kembali tertawa—melupakan semuanya karena bebannya sedikit terangkat.

Nyatanya, tidak semudah itu.

Terkadang selalu ada pintu penghalang yang selalu membatasi kita dengan orang lain. Kau ingin menggenggam mereka, bersandar di pundak mereka, namun ... tidak bisa. Kau menganggap bisa mengatasinya sendiri, kau tidak ingin menjadi beban untuk mereka. Lambat laun, kau terbiasa dengan ini.

Itu begitu... menyedihkan.

Dan Jonghyun ... merasakan hal itu. Ada sesuatu yang tidak bisa kita bagi dengan orang lain. Hanya kita yang tahu, jika orang lain tahu mungkin suasananya akan berbeda. Entah merasa canggung ketika bertemu, saling diam, atau mereka menjauh—yang malah membuatmu semakin tertekan.

Dari sekian banyaknya teman yang kau punya, hanya sedikit yang bisa kau percayai seutuhnya. Tidak semua orang yang kau anggap teman adalah temanmu. Teman yang dapat kau percayai seutuhnya.

Jonghyun memandang keluar jendela apartemennya. Kepalanya terasa begitu pening, ia sedang menunggu waktu yang tepat. Oh bukan, Jonghyun sedang menikmati detik-detik terakhir hidupnya. Keputusannya sudah bulat, ia tidak akan berubah pikiran. Ini jalan yang Jonghyun inginkan.

Matanya terpejam. Kenangan demi kenangan menghias isi kepalanya. Jonghyun tersenyum mengingatnya, ia mengingat lebih dalam lagi. Banyak yang telah ia lalui, kenangan itu sangat indah. Dan ... tidak ada yang perlu disesali meski dulu ia sendiri ingin mengubahnya. Karena ... karena ....

"Apa pun yang terjadi, kita akan selalu bersama. Iya 'kan?"

Air matanya merembes. Jonghyun mengingat bagaimana Minho mengatakan itu dengan begitu semangat bersama teman-temannya yang lain. Jonghyun ingat suara mereka saat itu, bagaimana mereka menanggapi perkataan Minho, dan ... berakhir menjadi sebuah janji manis. Janji tak terduga dan tak pernah terpikirkan sebelumnya.

"Oke, kalau aku hiatus kalian juga hiatus," tanggap Onew disusul riuh tawa yang lain.

"Perpisahan memang akan terjadi. Tapi selama Shinee masih ada, kuharap kita bisa terus bersama," kata Taemin bijak. "Setuju? Ayo kita berjanji."

"Ya aku berjanji," kata Minho dan Onew berbarengan. Mereka saling lirik, kemudian tertawa bersama. Melontarkan kalimat konyol seperti mereka berjodoh atau sehati.

Key berdeham, membuat suasana kembali serius. "Tentu, aku janji," ucapnya.

Jonghyun kala itu hanya bisa tersenyum, ia mendengarkan obrolan ringan teman-temannya dengan baik. Ia sama sekali tidak menyangka jika janji itu akan ia langgar sekarang.

"Iya, aku janji dan kita berjanji."

Itu suaranya, dengan polosnya ia mengatakan itu.

"Ayo kita merayakannya!" ajak Minho, seperti biasa ia selalu saja bersemangat.

Jonghyun ingat, setelah menyepakati janji tak terduga itu, mereka makan bersama di rumah Minho. Di halaman belakang rumah Minho yang luas. Pesta Barbeque, yang berujung pada pesta seru-seruan. Karena setelah membakar barbeque dan memakannya bersama, mereka bermain banyak games yang membuat mereka lelah.

Dan akhirnya mereka ketiduran di rumah Minho. Jonghyun menggelengkan kepalanya, itu sangat lucu. Ia tidak dapat menahan tawanya. Mengingat bagaimana Onew berteriak kalang kabut ketika bangun, bagaimana Minho dengan baiknya membuatkan sarapan, bagaimana Taemin dengan malunya meminta makanan lebih, dan bagaimana Key yang selalu bisa mencairkan suasana.

Konyolnya lagi, bukannya pulang ke rumah masing-masing, mereka malah membuat lagu. Memikirkan nadanya dan menuliskan lirikya. Setelah selesai—meski masih sedikit kacau, mereka menyanyikan lagu pendek ciptakan mereka itu. Secara berulang-ulang, mereka keasyikan dan kembali lupa waktu.

Saat itu, rasanya benar-benar bahagia. Jonghyun telah menghabiskan banyak waktu bersama, bersama mereka, bersama Shinee. Terlalu banyak kenangan manis yang harus dilupakan.

Ia ingin kembali melihat wajah mereka. Bernyanyi bersama di panggung, lalu kembali seperti dulu. Menghabiskan banyak waktu seperti kala itu, sebelum mereka benar-benar berpisah.

Tapi ayolah, semuanya akan berakhir di sini. Janjinya cukup sampai di sini. Perjalanan bermusiknya sudah selesai. Salam perpisahannya sudah ia ucapkan. Dan hidupnya akan berakhir sekarang juga.

Jonghyun mulai membakar briket batu bara yang sudah lama ia siapkan. Menutup jendela apartemennya dan menunggu asapnya mengepul. Lalu mengunci diri, membiarkan udara kotor itu merenggut nyawanya.

Beberapa menit berlalu, ia mulai merasa pusing, matanyaberkunang-kunang, dan sesak di tubuhnya sudah tidak dapat ia tahan lagi. Danuntuk kali terakhir, Jonghyun tersenyum sambil membayangkan wajah-wajah mereka.Ya, mereka.    

-Tamat-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top