Bab 1
1 Januari 2025.
Bunga api tampak bermekaran. Alun-alun kota yang semula redup perlahan-lahan dihiasi oleh wajah-wajah penuh minyak dan keringat. Warna cahaya dari langit memantul ke air muka mereka. Lalu, ledakan demi ledakan diluncurkan, menandakan waktu setempat telah melewati detik pertama awal tahun.
[Maaf, lamaran Anda kami tolak.]
Di tengah keriuhan itu, seorang wanita berdiri menatap ponselnya cukup lama. Pemberitahuan yang muncul berhasil melunturkan senyum cerah sepanjang hari. Ia tiba-tiba mendapat email dari perusahaan yang ditunggu-tunggu sebulan lamanya.
"Yeeey! Selamat tahun baru, Viola!" sorak wanita di sampingnya sembari menggoyangkan lengan Viola.
Dia mengecup singkat pipi kanan Viola karena saking gembiranya melihat keindahan kembang api. Pertunjukan tengah malam menyambut tahun baru memang tidak pernah gagal. Mengukir huruf di langit menggunakan kembang api sangatlah menakjubkan.
Namun, ia menghentikan aksi hebohnya saat menyadari tatapan sayu dari si empu. Selamat apanya. Begitulah kira-kira jika diterjemahkan.
"Vi, what is wrong?" bisiknya lirih, membawa Viola ke sudut alun-alun yang agak sepi. Ia mengajak Viola duduk di salah satu kursi bernaungkan pohon kersen.
"Aku ditolak," gumamnya pelan.
"Hah?"
Viola menoleh dan memandang lekat teman seperjuangannya itu. "Lamaran magangku ditolak," jelasnya lesu.
"Apa? A-artinya aku harus putus sama Viano?" Ia menangkup wajah, cemas.
Mata Viola menyipit. "Mel?"
"Ya?" Pandangan Karamel kosong.
"Kok kamu malah fokus ke sana, sih?" Viola bertanya dengan alis bertautan.
Sebelum turun pengumuman hasil seleksi, mereka berdua sangat percaya bahwa Viola akan diterima. Saking percayanya, dia pun melontarkan sumpah apabila temannya itu gagal masuk di perusahaan tersebut, maka hubungannya dengan Viano—kakak Viola—akan berakhir.
"M-maaf, tapi—"
Viola memotong, "Teman kamu ditolak, Mel. Dan kamu lebih mementingkan hubungan tidak jelasmu sama kakakku itu? Kamu ini teman atau bukan, sih?"
Karamel menggelengkan kepala. "Vi, kamu tahu maksud aku bukan itu. Meski backstreet, aku sama Viano sudah pacaran hampir tiga tahun loh ...." Nadanya lemas.
Viola pun bangkit dari duduk. Ia berusaha mengisi paru-paru dengan udara dingin di sekitarnya. "Terserah kamulah, Mel. Aku mau pulang.."
Ia lalu berbalik meninggalkan tempat itu, mengabaikan panggilan Karamel yang semakin teredam oleh bising.
Sesampainya di depan asrama, seorang pria yang berstatus sebagai keamanan menghadang Viola. Dipandangnya wanita itu dari atas sampai bawah. Sepatu yang penuh lumpur karena pulang jalan kaki menyita perhatian. Entah apa saja yang terjadi dalam perjalanan kemari.
"Ini pelanggaran pertama, ya?"
Viola mengangguk.
Pria itu mengembuskan napas gusar, terlebih melihat kedua belah mata Viola yang sembab habis menangis.
"Maaf. Bapak sebenarnya tidak tega melarang kamu masuk kamar, tapi sekarang sudah jauh sekali dari jam malam. Pesan dari pemilik asrama, disuruh jangan kasih kunci buat penghuni yang telat pulang. Malam ini menginap di rumah temanmu saja, ya? Daripada tidur di luar."
Mendengar itu, Viola berusaha mengisi paru-paru dengan udara dingin di sekitarnya. Mau berapa kali ia mendapat permintaan maaf malam ini? Permintaan maaf teman satu-satunya saja sudah ia abaikan.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya mau tidur di luar."
"Di luar?"
"Iya, di teras."
"Aduh, jangan di luar. Bagaimana nanti kalau pas kamu tidur ada penjahat?"
Sudut bibir Viola sedikit terangkat. "Kan ada Bapak yang jaga."
"Iya juga, ya." Bapak penjaga tersebut menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi di luar dingin. Kamu tunggu dulu di sini, Bapak ambilkan selimut."
Sembari menunggu selimut, Viola merogoh saku jaketnya untuk mengecek kembali email pemberitahuan tersebut. Ia sempat berpikir, mungkin saja notifikasi tersebut hanya kejutan tahun baru.
[Maaf, lamaran Anda kami tolak.]
"Ditolak ...." Viola mengigit bibir.
Isi pesannya masih sama. Ini adalah penolakan dari perusahan yang mau membayar anak internship di tengah banyaknya perusahaan yang membuka lowongan magang dengan sistem unpaid.
Sebagai pejuang finansial, ia tetap berharap bahwa ini hanyalah prank. Ujung jarinya lantas mengeklik notifikasi lebih lanjut. Pupil mata Viola melebar saat membaca alasan mengapa dirinya ditolak.
[Alasan : Data yang diunggah tidak sesuai atau palsu]
Ia sampai mendekatkan wajah ke layar karena tak percaya.
Masalahnya bukan sebab di kriteria atau keahlian di bawah rata-rata, melainkan data yang diunggah?
Mulut Viola terbuka sempurna. Ia pun segera menghubungi layanan informasi yang tertera untuk menanyakan ulang, tetapi sebuah panggilan suara tiba-tiba masuk dan nama asing terpampang di tengah layar.
Tiara X MIPA 1.
Panggilan itu berasal teman masa sekolah menengah yang jarang sekali berinteraksi. Selain tidak dekat, mereka juga tidak pernah bertemu lagi bahkan di acara reuni. Menurut berita curi dengar, setelah lulus SMA, Tiara langsung merantau kerja.
"Ah!"
Tanpa sengaja, ia menggeser simbol telepon hijau.
"Halo, Viola," sapa lembut suara di seberang sana.
"Iya, halo?" Mau tidak mau, Viola harus mengangkatnya.
"Apa kabar? Aku dengar dari Karamel, katanya kamu ditolak magang," ucapnya penuh empati.
Viola terdiam beberapa detik. "Dia cerita apa lagi ke kamu?"
"Oh, bukan. Sepertinya kamu salah paham, Viola, justru aku yang tanya-tanya soal kesibukan semua teman seangkatan kita. Tadinya nama kamu aku lewati karena kupikir kamu sibuk kuliah."
"Terus?"
"Aku hamil besar sekarang."
Alis Viola naik sebelah. "Ah ... kalau begitu, selamat(?)"
Terdengar suara yang sedang menahan tawa di seberang sana. "Iya. Karena hamil besar, aku rencana mau ambil cuci melahirkan. Kamu bisa tolong gantikan aku jadi pengajar tidak, ya?"
"Maksud—"
"Nanti bisa buat mengisi laporan magang, kerjanya insyaallah digaji, dan jamnya bisa kamu konversikan ke SKS."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top