Part 38 - Mistery of you
Setelah kejadian bersama Daniel tadi siang, Nic berkeliling hingga sore tanpa arah dan tujuan. Ia juga mematikan ponselnya agar tidak mendapat gangguan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam saat ia tiba di jalan menuju kos.
Nic merasa lega, sedikit.
Pikirannya masih terngiang-ngiang tentang apa yang Daniel katakan. Nic dendam padanya. Ia hanya manusia biasa, bukan malaikat ataupun tokoh protagonis dalam cerita yang tidak memiliki sifat jahat dan tercela. Ingin rasanya Nic membuktikan bahwa ia mampu menggapai apa yang pria itu anggap remeh. Daniel akan menyesal pernah menolaknya. Dan ia yang akan memohon-mohon pada Nic, bukan sebaliknya.
Tapi itu jelas tidak akan terjadi sekarang. Mustahil. Ini adalah dunia nyata, bukan Cinderella. Tidak akan ada ibu peri yang datang ke hadapanmu dan mewujudkannya dalam satu malam.
Nic harus bersabar dulu untuk bisa segera pergi. Daniel sudah membelenggunya dengan utang yang tidak akan pernah lunas jika Nic tidak melakukan sesuatu. Nic bisa saja kabur, tapi ia bukan orang semacam itu. Besok ia akan membayar utang itu semampunya dengan sisa uang yang ia miliki serta ponsel pemberian Daniel. Dan setiap bulan ia akan memaksa Daniel menerima pembayarannya. Nic akan bertahan meski ia hanya akan makan sekali sehari dan tidur di tempat kumuh demi lunasnya utang itu. Itu rencana awal yang bisa ia pikirkan.
Hal kedua adalah karir musiknya. Pada masa kini banyak yang merintis karirnya secara independen di youtube. Mungkin itu bisa jadi alternatif untuknya. Tapi Nic tidak punya alat musik serta peralatan yang memadai. Dan alat musik bernada bukan barang murah. Alat musik ritmis semacam drum mungkin bisa saja digantikan dengan barang-barang rumahan seperti yang pernah Nic lihat di internet, tapi tidak dengan alat musik melodis. Ia juga bisa menyewa studio untuk berlatih, tapi tidak setiap hari. Nic bisa bangkrut.
Tadi ia sempat merencanakan pergi kepada kakek Daniel dan menawarkan diri sebagai penata musik di sana. Tidak ada salahnya mencoba. Meski tidak setenar Faye setidaknya ia bisa mendapat pekerjaan yang diidamkan. Siapa tahu malah ia menemukan jalan di tempat itu. Tapi Nic agak pesimis karena jelas itu sulit dilakukan. Meski kenal dengan kakek Daniel, Nic tidak memiliki kontak pria tua itu. Dan meski memiliki kontaknya sekalipun, belum tentu pria sepenting itu akan mau repot menemui Nic yang bukan siapa-siapa. Kemungkinan terburuk juga ia akan menolak Nic, sama seperti Daniel. Beginilah sulitnya menjadi orang miskin. Segala rencanamu terkendala oleh tidak adanya uang dan koneksi.
Tapi ia tidak akan menyerah.
Nic tahu mewujudkan semua rencana itu tidak semudah membalik telapak tangan, tidak semudah yang dipikirkan, dan mungkin harus berdarah-darah lagi saat dijalani.
"Akhirnya kau pulang juga. Sudah berbulan-bulan kami mencarimu dan ternyata benar kau ada di sini."
Langkah Nic terhenti. Seorang pria berpakaian preman yang tidak ia kenal menghadangnya. Dan jelas tadi ia berbicara pada Nic karena tidak ada orang lain di sana. Jalan menuju kosnya memang dekat tapi agak sepi.
"Kau siapa?" Nic mulai waspada. Ia mundur selangkah dan mengambil ancang-ancang untuk lari.
Pria itu menyeringai, "Jelas kau tidak kenal denganku karena kau tidak pernah perhatian pada orang lain di sekitarmu. Tapi apa kau kenal dengan nama Raina?"
Oh, Tuhan! Mereka anak buah Raina! Raina sudah menemukan keberadaannya! Cobaan macam apa ini, semua kesialannya jatuh di hari yang sama?!
Tanpa menunggu apa-apa lagi, Nic segera berbalik untuk berlari dan berteriak. Tapi sebelum ia sempat melakukannya seorang lagi membekap Nic tepat setelah ia berbalik. Ternyata orang itu tidak sendiri. Mereka menjalankan aksinya berdua.
"Mencari dan menangkapmu sebenarnya adalah pekerjaan yang tidak penting. Tapi mau bagaimana lagi. Raina perlu menangkapmu untuk memberi pelajaran pada semua pelacur-pelacur di sana bahwa tidak akan ada yang bisa kabur darinya."
Nic meronta-ronta sekuat tenaga. Ia tidak ingin dibawa kembali ke rumah bordil. Lebih baik ia mati sekarang dibandingkan harus kesana lagi.
***
"Maaf, anda tidak jadi makan, Tuan?" tanya kepala pelayan restoran.
Daniel menatap makanan di meja yang masih utuh. Biasanya setiap marah sekalipun Evelyn akan tetap memakan makanannya lalu wanita itu kembali jinak. Tapi kali ini sepertinya Daniel sudah benar-benar membuatnya marah.
Setelah memastikan Evelyn naik ke bus dengan selamat, ia kembali lagi ke restoran untuk membayar makanan yang tidak jadi ia makan. Tadi ia hanya melempar dompetnya kepada mereka dan mengejar Evelyn ke lift. Entah kenapa ia tidak peduli apapun lagi selain ketakutan bahwa Evelyn akan menghilang.
Tapi Evelyn sudah mengatakan ia tidak akan pergi sebelum melunasi utangnya. Daniel agak lega mendengar itu meski hanya untuk sementara. Ia sudah mengenal watak Evelyn. Wanita itu mudah marah tapi juga mudah melupakan. Pelan-pelan ia akan membuat Evelyn melupakan semua ini. Nanti. Dan sepertinya kali ini ia harus agak berusaha lebih keras karena jelas kemarahan Evelyn yang sekarang berbeda dibanding yang sebelum-sebelumnya.
Daniel sebenarnya khawatir Evelyn pulang sendiri tadi. Ia harus berusaha keras untuk membuat dirinya melarang wanita itu dan memaksanya mengantar pulang. Daniel mencoba meneleponnya tapi tidak tersambung. Pasti Evelyn mematikan ponselnya. Baiklah, Daniel tidak akan mengganggu privasinya dulu, untuk sementara.
Hanya saja pikirannya semakin kacau balau saat melihat keberadaan Evelyn di malam hari. Posisi wanita itu berada di klub! Untuk apa ia ada di sana? Evelyn tidak mungkin mencari pekerjaan di klub lagi bukan? Atau yang lebih parah anak itu mabuk-mabukan di klub. Evelyn tidak boleh mabuk. Ia mengerikan saat mabuk. Daniel ingat saat Evelyn mabuk di rumah Zachary dan Miranda beberapa bulan lalu.
Flashback.
Setelah pingsan selama beberapa detik, Evelyn memang berlari ke ruang tengah lalu bernyanyi dan menari dengan riang meski tidak tersenyum. Awalnya Daniel tertawa-tawa menyaksikan hal itu, tapi tidak setelah Evelyn berlari ke arah orang-orang yang sedang berdansa dan menggoda teman-teman Zachary seperti penari striptease. Daniel langsung menariknya pulang. Sepanjang perjalanan menuju mobil, Evelyn menaiki punggungnya seperti koala dan terpaksa Daniel menggendongnya. Untung saja Evelyn wanita kecil yang ringan, kalau tidak Daniel sudah tergoda menceburkannya ke kolam. Di dalam mobil, Evelyn kembali pingsan dan karena Daniel merasa cemas ia mencoba membangunkan dengan menepuk-nepuk bahu Evelyn sambil memanggil nama gadis itu.
Dan yang terjadi selanjutnya lebih mengerikan. Daniel tidak pernah menceritakan detailnya pada Evelyn karena ia pasti akan malu mendengar kenyataan yang terjadi. Evelyn saat itu mendadak duduk menaiki pangkuannya di mobil sehingga wajah mereka berhadapan. Daniel mengerutkan kening karena bingung lalu tiba-tiba Evelyn menamparnya dan mencengkeram kerah kemejanya sambil mengguncang-guncang Daniel ke depan dan ke belakang. "Siapa yang kaupanggil Evelyn?! Namaku Nicole! N-i-c-o-l-e! Kaudengar!! Namaku Nicole!"
Flashback selesai.
Evelyn benar-benar tidak boleh mabuk lagi! Daniel segera mengambil ponsel dan menghubunginya. Terdengar nada sambung. Berarti Evelyn sudah mengaktifkan ponselnya kembali.
"Ya, Pak." terdengar suara Evelyn menyahut pelan.
"Sedang apa kau di klub?" tanya Daniel.
"Tidak apa, Pak. Aku bersama teman."
"Pulanglah, Evelyn."
"Sebentar lagi."
"Baiklah. Kalau satu jam lagi kau masih ada di sana aku yang akan menjemputmu sendiri."
"Iya, Pak." sahut Evelyn lagi.
Daniel mengakhiri panggilannya dengan cemas. Ia merasa Evelyn masih dalam keadaan sadar meski terdengar agak aneh karena ia menjawab dengan tenang seperti seorang anak penurut.
***
Pagi harinya Daniel benar-benar merasa khawatir.
Ia tidak bisa melacak keberadaan Evelyn. Tidak ada yang bisa menghapus alat pelacak itu kecuali ia seorang tekhnisi handal. Nyatanya sekarang Evelyn berhasil tidak terdeteksi oleh alat pelacak itu.
Dan setelah mencari ke tempat tinggal wanita itu, tetangga kos Evelyn mengatakan mereka tidak melihatnya sejak kemarin malam.
Daniel langsung ke kantor dengan harapan Evelyn sudah ada di sana dan kekhawatirannya ini terlalu berlebihan. Kemarin Evelyn sudah mengatakan tidak akan pergi, meski ia ingin. Pikirannya jadi terfokus pada kata 'ingin pergi'. Bisa saja Evelyn berubah pikiran semalam dan memang pergi seperti yang ditakutkannya. Hanya saja Daniel sudah bisa mengantisipasi jika Evelyn memang pergi.
Dan ternyata dugaannya tepat. Evelyn memang benar-benar pergi.
Lebih tepatnya kabur.
Daniel mengetahui kenyataan itu setelah ia tidak menemukan Evelyn dan menyuruh semua orang-orang mencari Evelyn di setiap sudut kantornya yang sangat luas tersebut, tapi tidak menemukannya.
Ia tidak menduga Evelyn berubah menjadi begitu pintar dalam sehari.
Bagaimana bisa?
Daniel hanya tertawa mendapati kenyataan itu. Ia sudah meremehkan Evelyn.
Tapi ia tidak begitu khawatir. Daniel pasti akan menemukan Evelyn cepat atau lambat. Ia langsung menghubungi HRD dan meminta menyerahkan data pribadi Evelyn kepada detektif yang biasa dipakainya untuk menyelidiki sesuatu.
***
Keesokan harinya...
"Selamat pagi, Pak."
Sekretaris CEOnya yang juga kadang-kadang menjadi sekretaris Daniel memasuki ruangan saat Daniel baru saja tiba di sana.
"Ada berita untukku?" Daniel bertanya dengan antusias.
Sekretarisnya mengangguk. "Ada beberapa, Pak. Yang pertama kakek anda sudah menyetujui perpindahan Faye kemari. Nanti akan ada pengacara yang akan membawakan surat perjanjiannya untuk anda."
Daniel menaikkan alis. "Itu berita gembira. Setidaknya hari ini dimulai dengan berita yang bagus. Aku senang mendengarnya."
Sekretarisnya ikut tersenyum lalu bergegas keluar ruangan, tapi ia berbalik sekejap. "Ada satu lagi, Pak. Bagian HRD mengatakan bahwa ia sudah mengirim pesan pada Bapak, tapi sepertinya Bapak belum membacanya."
Daniel memang belum mengecek karena ia mengendarai mobil sendiri tadi. Ia langsung merogoh ponselnya. Berita dari HRD berarti itu adalah berita tentang Evelyn.
Dan betapa terkejutnya ia saat melihat apa yang tertera di pesan itu.
Pak, ada berita dari detektif yang kita sewa. Mereka mengatakan Evelyn Diandra sudah meninggal.
Meninggal? Meninggal?!
Evelyn...meninggal...?
Bagaimana bisa?
Daniel sampai gemetar menutup ponselnya. Ia tidak bisa langsung mempercayai hal itu. Detektif itu pasti salah orang! Evelyn masih ada bersamanya dua hari lalu. Dan ia masih baik-baik saja.
Dengan tidak sabar ia menunggu bagian HRD mengangkat panggilannya, karena Daniel langsung menghubungi mereka.
"Kalian pasti salah memberikan informasi pada detektif itu. Evelyn tidak mungkin meninggal." ujar Daniel sebelum orang yang mengangkat panggilannya mengucapkan salam.
"Evelyn Diandra, Pak?" tanya karyawan bagian HRD itu.
"Siapa lagi?!" bentak Daniel. Ia tidak percaya dirinya spontan membentak orang. Selama ini ia selalu bisa mengendalikan diri.
"Iya, dia..." Daniel mengulangi dengan nada yang lebih tenang. "Tolong bawakan berkas dan laporannya kemari. Aku ingin melihat."
Tidak sampai lima menit kemudian, sekretarisnya sudah membawakan apa yang ia minta.
Daniel membuka berkas itu dengan tidak sabar.
Evelyn memang sudah meninggal.
Daniel menatap salinan catatan kepolisian dan foto sebuah makam. Hanya saja matanya menangkap tanggal kematian wanita itu.
Evelyn sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Daniel semakin kebingungan mengetahuinya.
Ia kembali mengobrak-abrik berkas lamaran Evelyn.
Kenyataan yang ia temukan sungguh tidak terduga lagi. Selama ini ia tidak pernah meneliti data-data diri Evelyn karena menurut Daniel itu tidak penting. Tapi ia sudah bersama Evelyn selama berbulan-bulan...setiap harinya...sehingga ia begitu hafal dengan wajah gadis itu.
Dan foto di ijazah itu bukan Evelyn.
Lebih tepatnya lagi selama ini ia tidak bersama Evelyn Diandra tapi orang lain!
🌸🌸🌸
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top