Part 34 - Make The Boss Happy 1
Nic memandang langit yang gelap dari jendela bus saat perjalanan pulang. Turun dari bus, ia melangkah dengan gontai karena lelah berkeliling.
Sampai saat ini ia belum menemukan kos yang lebih murah dan layak dihuni. Kebanyakan diantaranya sudah penuh. Saat ada yang kosong, tempat itu tidak memiliki fasilitas kamar mandi dalam. Dan kamar mandi bersama yang tersedia jauh dari kata bersih.
Belum sampai di depan rumah kos, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Nic mengira itu dari Daniel atau Miranda karena hanya dua orang itu saja yang biasa mengusik kehidupannya melalui ponsel.
Ternyata bukan. Itu line dari Pak Warno. Pak Warno memakai hampir seluruh medsos seperti line, WA, instagram, askfm, snapchat, dan lain-lain. Entah untuk apa.
W4rn0_balajaer : Berita penting
Ev : Berita apa, Pak?
W4rn0_balajaer : Belum tahu? Ini kesempatanmu. Ada seleksi pemilihan artis.
Ev : Aku bukan ingin menjadi artis
W4rn0_balajaer: Mereka juga mencari orang yang berbakat musik
Ev : Serius?
W4rn0_balajaer : Baca saja ini. Aku ss dari instagram anak divisi casting. Makanya punya instagram, biar updet.
Pak Warno mengirimkan gambar brosur. Meski cuek ternyata Pak Warno peduli padanya. Nic agak terharu sekaligus merasa bersalah.
Nic membaca isi dari brosur itu baik-baik. Memang benar kata Pak Warno, ada seleksi pemilihan bakat artis dan penata musik. Berita itu membuatnya bersemangat seketika. Ini adalah sebuah petunjuk dan bisa saja ini adalah jalan yang ditakdirkan bagi Nic.
Tapi...ia masih menjadi asisten Daniel...
Nic ingat pria itu pernah mengatakan akan memberinya kesempatan menjadi salah satu tim penata musik. Syaratnya hanya dengan membuat pria itu senang.
Ia memiringkan kepala dan berpikir.
Membuat Daniel senang ya?
Rasanya hal itu tidak sulit. Besok ia harus mulai mengingatkan Daniel lagi akan janjinya.
Nic melanjutkan pulang sambil melompat-lompat kecil dan bersiul-siul. Sepertinya rasa lelah itu sudah hilang.
***
Ponselnya berbunyi.
Daniel tidak membuka mata dan meraba-raba mencari ponsel yang biasa ia jatuhkan di kasur sembarangan sebelum tidur.
Sesudah mendapatkannya, ia membuka sebelah mata dan pasti ia bermimpi karena nama yang tertera di ponsel adalah Evelyn. Apa dunia kiamat? Daniel menggeser layar ponsel.
"Ya?"
"Pak, ini Evelyn."
"Ya. Ya. Aku tahu Evelyn. Apa kau terkena musibah atau sesuatu?"
"Tidak, Pak. Kenapa anda bertanya seperti itu?"
"Kau menghubungiku."
"Apa aku tidak boleh menghubungi anda?"
"Tentu saja boleh...jika pada jam yang wajar. Ini jam tiga pagi, Evelyn."
"..."
Terdengar jeda beberapa saat sebelum Evelyn menjawab,
"Maaf, Pak."
Dan gadis itu memutuskan teleponnya. Daniel menatap ponsel sambil mengernyit.
Tiga jam kemudian...
"Ada apa, Evelyn?" Daniel menerima panggilannya lagi.
"Apa anda sudah bangun tidur, Pak?"
"Kalau aku masih tidur, aku tidak mungkin berbicara denganmu."
"Maksudku apa anda sebenarnya masih tidur dan terbangun karena panggilanku ini?"
"Sebenarnya iya."
"..."
"Maaf, Pak."
Evelyn memutuskan teleponnya lagi. Alis Daniel semakin bertaut karena kebingungan.
Satu jam kemudian...
Evelyn tidak meneleponnya lagi.
Daniel tidak melanjutkan tidurnya karena ia sudah terbangun. Kebiasaannya jika sudah terbangun ia pasti tidak bisa tidur lagi. Evelyn berhasil mengobrak-abrik jam tidurnya. Akhirnya ia yang memutuskan menelepon Evelyn saat sarapan karena penasaran.
"Ya, Pak."
Evelyn langsung menerima panggilannya di dering kedua. Sungguh mengejutkan. Biasanya Daniel harus bersusah payah meneleponnya dulu hingga terputus berkali-kali.
"Memangnya ada apa?"
"Apa?"
"Kau meneleponku terus sejak tadi. Ada masalah?"
"Tidak, Pak. Aku hanya berinisiatif menelepon anda sebelum ditelepon."
"..." Daniel terdiam sebentar karena mencerna ucapan Evelyn yang agak sulit dipercaya.
"Apa anda memerlukanku hari ini?"
"Tidak."
"Coba diingat-ingat lagi, Pak. Siapa tahu anda perlu."
"Absolutely no. Aku sudah ada rencana akan memancing hari ini bersama Budi."
"Aku ingin ikut memancing."
"Tidak usah. Kalau memancing yang ada dalam pikiranmu adalah duduk di kolam pemancingan, kau salah. Aku memancing di tengah laut."
"Memancing di tengah Samudera Pasifik atau Bermuda pun tidak masalah, Pak. Aku bisa membantu anda. Meski perempuan, aku ahli dalam memancing."
"Tidak...Tunggu, kau bisa memancing?" Daniel seketika ingat bahwa ia dan Budi tidak bisa memancing. Tahun lalu ia bersama Budi dan Rayhan membawa pulang ikan teri setelah memancing selama enam jam. Tapi Daniel sangat bangga atas pencapaiannya. Ia masih menyimpan fotonya bersama ikan teri itu.
"Bisa. Dulu aku dan Stevan sering memancing ikan lele di sungai dekat rumah."
"Perfect! Kalau begitu kau boleh ikut."
"Terimakasih, Pak!!" Evelyn terdengar gembira.
"Evelyn, aku ingin bertanya lagi."
"Iya, Pak."
"Katakan padaku jika kemarin kau mendapat kecelakaan kecil seperti terpeleset di kamar mandi lalu kau terjatuh dan kepalamu membentur lantai. Aku bersedia membawamu ke rumah sakit..."
"Tidak, Pak. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menyenangkan anda." sela Evelyn sebelum Daniel menyelesaikan ucapannya.
Daniel tercengang. "Wow. Benarkah?"
"Benar."
"Kupikir kau hanya merindukanku karena aku sudah tidak meneleponmu dua hari." goda Daniel.
"Apa anda akan senang jika aku mengatakan seperti itu?"
"Coba saja."
"..."
Daniel hampir tertawa. Sebentar lagi anak pemarah itu pasti akan menjawab dengan kata-kata go to hell, in your dream atau langsung menutup teleponnya dengan kesal.
"Aku merindukan anda, Pak."
What the hell!
Evelyn mengucapkannya sedatar robot operator tapi Daniel langsung tersedak sarapannya. Sebenarnya ada apa dengan Evelyn?! Apa gadis itu keracunan antiseptik or something?
***
"Selamat pagi, Pak."
Daniel kembali harus tercengang karena Evelyn tersenyum padanya saat memasuki mobil meski tidak tersenyum lebar seperti dulu. Hanya tersenyum simpul saja. Ia sampai mematung di tempat selama beberapa detik sebelum tersadar. Untung saja Daniel memakai kacamata hitam sehingga tidak terlalu terlihat.
"Anda tidak memakai sopir hari ini,"
Evelyn menatap ke sekeliling mobilnya. Daniel memerhatikan hari ini Evelyn memakai celana pendek dan kemeja putih bermotif bunga-bunga orange. Bunga-bunga ya? Sebenarnya ia tidak salah kostum, hanya saja tidak sesuai dengan kepribadian Evelyn selama ini yang datar seperti zombie. Ada sesuatu yang salah. Evelyn terlalu ceria.
"Tapi aku senang. Ini pertama kalinya aku menaiki Lamborghini. Kupikir seumur hidup aku hanya akan bisa melihatnya melintas di jalan saja!"
"Sebenarnya ini Aston Martin." ralat Daniel.
Evelyn langsung terlihat kecewa. "Oh."
"Kemana hilangnya aroma antiseptikmu? Hari ini aku tidak menciumnya."
"Anda pernah bilang tidak suka pada bau rumah sakit di mobil anda, Pak. Jadi aku tidak memakainya."
"Apa aku pernah bilang tidak suka?" Daniel mengingat-ingat.
"Anda selalu mengeluh seperti itu," Evelyn mengangguk-angguk. "Sekarang aku sadar sering tidak menanggapi keluhan anda secara serius."
"Begitu, ya?"
"Ya, pak." Evelyn mengangguk-angguk lagi dengan mantap.
🌸🌸🌸
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top