Go follow ✔✔✔
Untuk memenuhi janji and biar dapat 1K ya...target yg nggak muluk kan 😂😂😂
Seorang gadis berumur 17 tahun sedang bermain-main di dalam hutan. Menggerak-gerakkan tangan mungilnya membuat beberapa angin mengumpul menjadi gulungan kecil dengan pasir yang berada didalamnya, menambahkan beberapa air yang entah berasal dari mana? Sedikit petir dan api, bersatu menjadi satu kesatuan yang mampu melumpuhakan seseorang penyihir berkekuatan besar mungkin.
"Ryujin!" Panggil seseorang yang membuat gadis itu mendengus.
"Wae?" Tanyanya tanpa menoleh.
"Cepat hentikan syihirmu sebelum bibi menyadarinya." Pria itu memperingatkannya.
"Jangan bercanda! Eomma dan Appa sedang pergi ke Amerika untuk menemui paman Mark, jadi mana mungkin mereka berada disini." Elak Ryujin.
"Mereka sudah kembali bersama Paman Mark dan bibi Aline tentunya dengan sepupu kecil kita Lily." Ketika Ryujin merasa sosok dibelakangnya kali ini serius, Ryujin segera menghentikan aksi diam-diamnya yang berhasil membangkitkan kekuatannya tanpa diketahui oleh siapapun.
"Benarkah? Ah, kenapa cepat sekali? Aku masih harus melakukan sesuatu untuk menguasai sepenuhnya kekuatan itu." Helaan nafas itu keluar begitu saja membuat pria disampingnya tersenyum.
"Kau bisa mempelajarinyan, kapan pun kamu mau. Aku akan selaku mengawasi keadaan disekitar agar kau tak ketahuan." Ryujin menatap lekat pria disampingnya ini sebelum memeluknya sambil menepuk bahunya beberapa kali membuat jantung pria itu ingin melompat keluar.
"Aigo, kau memang saudara terbaik ku Lee Jeno. Kelak, aku akan membalas semua kebaikanmu." Guman Ryujin membuat Jeno tersenyum, ia melepaskan pelukan gadis itu sebelum akhirnya menyeretnya pergi.
---***---
Seluruh keluarga Lee sedang berkumpul diruang tengah, tepatnya ruang keluarga mereka tanpa Jeno dan Ryujin tentunya.
"Sesungguhnya aku masih merindukan Appa dan Eomma." Lirih Mark yang memang saat kejadian ia tak berada disini, ia meneruskan sekolahnya di Amerika. Disampingnya Aline sudah bersandar, mereka kelihatan sangat romantis hanya dengan duduk bersama seperti ini.
"Aku mendengarmu sempat hilang." Kata Taeyong.
"Ya, terjadi pembasmian vampire besar-besaran di sana dan aku harus bersembunyi ditengah hutan tanpa fasilitas apapun bersama Aline dan akhirnya kami memilih untuk menetap disana karena aku juga tidak ingin membuat Aline yang mengandung saat itu juga mendapatkan bahaya. Maafkan aku hyung, karena hal itu aku tak bisa menghubungi kalian." Kata Mark penuh penyesalan. Lily yang merupakan anak Mark dan Aline hanya berbeda 2 tahun dengan Ryujin, kini gadis itu terlihat antusias kedua paman dan bibinya.
"Gwanchana yang pasti kau sudah selamat dan bisa berkumpul dengan kami disini." Kata Jaehyun yang terlihat sangat menyukuri kehadiran Mark ditengah-tengah keluarga mereka sekarang. Adik kecil yang cukup ia sayangi selama ini.
"Sekarang kalian bisa menempati Castil milikmu Mark, ku harap kau tidak akan memiliki pemikiran ingin kembali ke Amerika." Kata Taeyong membuat Mark seketika menggeleng dan mengulumkan senyumnya.
"Tidak hyung, aku merasa disinilah rumah ku dan aku selalu merindukan saat-saat kebersamaan dengan kalian." Akui Mark dengan Jujur membuat Taeyong dan Jaehyun mengangguk mengerti.
"Lily, apa kau senang berada disini?" Sally bertanya kepada sosok gadis dengan pipi cubby dan mata indah berwarna biru yang sepertinya ia peroleh dari Aline.
"Em...Yeah Aunt." Jawab Lily yang sepertinya sedikit kesusahan untuk berbahasa korea meskipun Dad dan Momnya sudah mengajarinya semenjak kecil.
Lee Lily | Putri Mark & Aline
"Lihatlah, gaya bicaranya angkuh sepertimu Sally." Goda Alice membuat bibir Sally mengerucut.
"Itu bukan angkuh tapi keanggunan dari pada dirimu yang kasar seperti preman." Balas Sally membuat Alice mendengus.
"Sudahlah, apa kalian tidak malu terus bercekcok seperti ini?" Keluh Jaehyun yang membuat Mark dan Aline tertawa geli.
"Lihatlah, kalian sudah memiliki putra-putri yang beranjak remaja dan satu keponakan pastinya." Jaehyun tak berhenti mengomeli istri dan kakak iparnya ini.
"Mereka selalu melakukan hal semacam ini setiap hari." Kali ini Taeyong angkat bicara untuk menjawab semua pertanyaan yang muncul dikepala Mark dan Aline. Kekuatan membaca fikirannya masih ada sampai sekarang.
"Dan kau hanya diam menontonnya seperti pertunjukkan." Cibir Jaehyun membuat Taeyong tertawa.
"Hahaha...Ya, bahkan anak-anak mengajakku bertaruh siapa yang akan menang dalam percecokan ini dan aku selalu berakhir dengan membawa mereka berdua ketaman hiburan." Akui Taeyong membuat Mark tak henti-hentinya tertawa.
"Shit! Aku tidak pernah berfikir bahwa keluarga di korea semengasyikan ini." Pekik Mark dengan tawa yang masih tertahan.
"Honey, kau tidak boleh berkata-kata kasar didepan anak-anak!" Aline memperingatkan Mark, membuat vampire tampan itu segera membekap mulutnya sendiri sementara yang lain sudah merasa geli melihat pemandangan Mark--adik kecilnya ini mempertontonkan keluarga kecil nan manis dihadapan mereka.
"APPAAAAAAAAAAAAAA...." Sebuah suara terdengar dari luar dan beberapa detik kemudian seorang gadis berlari memeluk Taeyong. Alice hanya menggelengkan kepalanya, Sally terlihat gemas dan Jaehyun hanya tertawa melihatnya berbeda dengan mereka Mark, Aline dan Lily tentunya merasa penasaran bercampur keterkejutan saat melihat sosok gadis yang memeluk Taeyong.
"Dia putri kami, Ryujin." Kata Taeyong yang sudah melepaskan pelukan Ryujin dan menyuruh putrinya ini duduk disebelah Alice tapi anehnya gadis itu malah memilih duduk disebelah Sally dan Alice merasa biasa saja dengan semua itu.
Lee Ryujin | Putri Taeyong x Alice
"Sangat cantik sepertimu eonni." Puji Aline yang sebenarnya ia tujukan kepada Alice.
"Thanks..." Balas Sally membuat Aline sedikit kebingungan tapi kedua eomma itu tak mempedulikannya.
Beberapa detik kemudian mereka sudah menemukan sosok Jeno berjalan mendekat, berbeda dengan Ryujin yang selalu heboh dan berisik Jeno terlihat tenang dan santai. Ia terus mengulumkan senyumnya, bahkan berhenti dan memberikan penghormatannya.
"Hai paman Mark dan bibi Aline. Aku Lee Jeno." Sapanya membuat semua orang cukup kagum dengan keramahan dan juga karismatik yang dimiliki oleh remaja ini.
Lee Jeno | Putra Jaehyun dan Sally
"Wow, kenapa aku merasa dia lebih mirip Taeyong hyung." Komentar Mark membuat Taeyong tertawa sementara Jaehyun mendengus dan lagi-lagi itu tak cukup mengganggu Alice dan Sally.
"Dia memang putraku, kemari nak." Kali ini Alice menyuruh Jeno untuk duduk disampingnya dan Jeno langsung menurutinya tanpa banyak bertanya.
"Hello, ada apa ini sebenarnya? Apa kalian bertukar anak?" Mark bertanya dengan wajah ketidak mengertiannya.
"Tidak, hanya saja kami sudah saling merasa seperti mereka berdua anak kami dan sepertinya kami juga akan melakukan hal yang sama kepada Lily. Bagaimana? Apa kau mengizinkannya?" Taeyong bertanya para Mark dan dijawab anggukan cepat dan senyum cerah dari bibirnya.
"Bagaimana denganmu Aline?" Sally bertanya.
"Tentu saja eonni, aku akan sangat menyukainya." Jawab Aline dengan antusias, sepertinya sikap Lily yang selalu tertarik kepada apapun, ia peroleh dari eommanya.
"Aku akan sangat senang memiliki 2 putri dan mengajari mereka cara menjadi wanita anggun." Ucap Sally sambil melirik Alice dan sepertinya Alice tau Sally menyindirnya.
"Hahaha, kau menyindirku? Aku memang tidak bisa mendidik Ryujin untuk menjadi gadis sepenuhnya tapi aku akan mendidik Jeno untuk menjadi pria terkuat. Namun kau juga harus ingat, darah ku mengalir pada Ryujin, sekeras apapun kau mencoba merubahnya? Itu tidak akan mudah!" Balas Alice dan mereka memang tak pernah berhenti untuk bercekcok.
"Hm...Kita lihat saja, aku akan merubah Ryujin menjadi gadis yang akan dipuja banyak pria." Sombong Sally yang lagi-lagi membuat Jaehyun menghala nafas sementara Taeyong, Jeno dan Ryujin nampak berbisik-bisik. Mungkin, mereka sudah memulai taruhan untuk memilih pemenang percecokan ini yang terkadang memiliki hasil yang random.
"Ya, aku akan menunggunya." Balas Alice memandang kesal Sally.
---***---
Pagi ini, Ryujin sudah bergabung dengan kedua orang tuanya untuk makan bersama. Jika kalian tau Humpire dengan separuh darah penyihir hitam sepertinya juga membutuhkan asupan makanan yang sama seperti manusia dan kenyataan itu juga harus dialami Alice. Taeyong hanya duduk menemani dua wanita kesayangannya ini sambil meminum santai darah segar yang ada didalam gelasnya.
"Appa akan mengantarku?" Tanya Ryujin yang melahap dengan cepat makanannya.
"Pelan sayang, kau akan tersendat." Taeyong memperingatkan putrinya ini.
"Appamu sangat sibuk, eomma juga. Lebih baik kau pergi bersama Paman Jaehyun dan Jeno." Jawab Alice membuat Ryujin seketika kehilangan semangat.
"Wae? Kenapa kau tak melanjutkan makanmu?" Tanya Taeyong.
"Kapan kalian tidak sibuk? Aku ingin sekali-kali kalian mengantarku kesekolah bersama." Aku Ryujin membuat Alice menghentikan makannya dan saling bertukar pandang dengan Taeyong.
"Jadi kau menginginkan itu?" Alice bertanya dan langsung dijawab dengan anggukan oleh Ryujin, gadis itu seketika terlihat antusias.
"Sangat mudah, kita hanya perlu berteleport dan..."
Dan benar saja Ryujin sudah duduk dibangku kelasnya, lengkap dengan tasnya sementara Taeyong dan Alice berdiri dihadapannya.
"Bukan dengan cara seperti ini?" Ryujin merengek, ia hanya ingin diantarkan kesekolah seperti layaknya manusia normal dengan menggunakan mobil tentunya. Melihat hal itu membuat Alice maju dan mencubit pipi putrinya ini dengan gemas.
"Dengar, eomma dan appamu sangat sibuk hari ini. Jika kau ingin meminta kami melakukan hal normal seperti manusia, kami tidak bisa melakukannya. Seperti yang kau lihat sendiri, Appamu seorang vampire dan eommamu adalah penyihir dan kau, adalah perpaduan dari kami. Keinginan menjadi manusia normal, sepertinya kami tidak bisa mewujudkan itu sayang." Kata Alice dengan ekspresi merasa bersalahnya dan Ryujin nampak sangat kecewa.
Kini giliran Taeyong yang maju. Ia duduk dibangku sebelah Ryujin dan mulai membelai kepala putrinya ini. "Hm mungkin nanti, jika Appa dan Eomma mengatur ulang jadwal pekerjaan dan melakukan apa yang kau inginkan." Taeyong berusaha menghibur putrinya ini membuat Ryujin kembali bersemangat.
"Benarkah?" Tanya Ryujin dengan mata bahagianya dan Taeyong membalasnya dengan mengangguk. "Gomawo Appa!" Ryujin langsung memeluk Appanya dengan sayang dan Alice hanya menghela nafas.
"Sayang, kami harus pergi." Pamit Taeyong dan Ryujin mengangguk, memandangi kedua orang tuannya yang kini telah menghilang. Meninggalkan Ryujin dengan muka cemberutnya.
Alice dan Taeyong sudah berada didalam kamar mereka. Wanita itu duduk sambil menghela nafas sementara Taeyong menyiapkan tas kerjanya.
"Kau seharusnya tidak harus menjanjikan sesuatu yang mustahil untuk kita lakukan. Jangan terus membuatnya kecewa." Keluh Alice dan Taeyong kini duduk disampingnya, meraih tangan istri tercintanya ini.
"Aku tidak tega melihatnya kecewa seperti itu." Akui Taeyong. "Dan juga sepertinya aku akan mengurangi sedikit pekerjaan, apalagi sekarang ada Mark. Kurasa aku, Jaehyun dan Mark akan bisa menghandel semuanya jadi kau tidak perlu terus-terusan membantuku." Kata Taeyong membuat Alice berfikir.
"Benarkah? Kau yakin tidak butuh bantuanku lagi?" Tanya Alice dan Taeyong mengangguk, menarik Alice kedalam dekapannya.
"Mulai sekarang rawatlah putrimu dengan baik. Meskipun Sally sudah sangat membantunya tetapi ia masih mengharapkan dirimu dari pada siapapun. Dia 80% mirip dirimu!" Ungkap Taeyong membuat Alice tersenyum, ia melepaskan pelukan Taeyong dan memandang lekat wajah tampan vampire yang sudah memiliki putri yang beranjak dewasa ini. Ia menyusuri wajah suaminya itu dengan jari lentiknya.
"Jika kau yang meminta ku untuk melakukan itu. Tentu saja, aku akan melakukannya." Jawab Alice membuat Taeyong senang dan mengecup singkat bibir Alice.
"Hanya ciuman singkat?" Tanya Alice yang sepertinya sedang menggoda suaminya ini. Taeyong tertawa dengan pertanyaan Alice.
"Percayalah, pekerjaan ku akan kacau jika kau terus merayuku." Ucap Taeyong yang hampir seperti memohon membuat Alice tertawa.
"Baiklah, kau boleh pergi sekarang tapi nanti malam kau milikku!" Kata Alice dan Taeyong pun mengangguk sebelum akhirnya ia memilih mencium pipi Alice.
"Aku mencintaimu." Bisiknya pada telinga Alice membuat wanita itu tersenyum bahagia.
---***---
Sally sedang sibuk menyirami tanaman didepan kamarnya. Entah semenjak kapan hobinya beralih menjadi pecinta tanaman. Sebenarnya awalnya, ia menginginkan Ryujin untuk melatih gadis itu menjadi wanita anggun tapi Ryujin yang memang sangat mirip dengan Alice selalu saja memiliki segudang banyak alasan untuk menolak ajakan Sally.
"Yeobo, kemaja putihku dimana?" Terdengar teriakan dari dalam kamar yang segera membuat Sally mendengus.
"Mencari sesuatu yang mudah saja kau tidak bisa." Keluh Sally sambil berjalan masuk dan membawa kemeja putih, menyerahkannya pada Jaehyun.
"Kenapa kau harus buru-buru?" Sally bertanya.
"Ada rapat mendadak, Taeyong hyung harus ke pulau Jeju sekarang dan akulah yang harus menggantikannya rapat." Jawab Jaehyun.
"Kalau saja kau selalu tepat waktu pergi kekantor, mungkin kau tidak akan terlambat seperti ini. Kenapa kau sangat tidak disiplin?" Omel Sally yang membuat Jaehyun segera menyerangnya dengan ciuman cepat.
"Hei..." Sally memekik kaget dan kesal.
"Jangan banyak bicara atau aku bisa menyerangmu dengan hal lain yang kupastikan kau tidak akan bisa pergi dari tempat tidur." Kata Jaehyun dengan santai membuat Sally memutar bola matanya.
"Dasar! Berhenti main-main. Kalau sampai Jeno melihat kita bagaimana? Ah, kau benar-benar kekanakan!" Sally beranjak pergi membuat Jaehyun memandanginya.
"Kau mau kemana?" Tanya Jaehyun.
"Mengatar Jeno, Ryujin sepertinya sudah diantar oleh Alice dan Taeyong. Ah, aku sangat ingin mempunyai kekuatan teleport seperti mereka." Sally tak henti-hentinya mengeluh membuat Jaehyun tersenyum geli.
---***---
Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu tapi Ryujin masih saja menekuk wajahnya memandang papan tulis malas. Ia tak menggubris ucapan teman-temannya yang mengajak dirinya untuk pergi kekantin.
"Kau yakin akan disini? Kantin sedang heboh dengan acara pernyataan cinta Kim Hana kepada Jeno Sunbae." Kata teman wanitanya itu yang sepertinya berusaha menarik perhatian Ryujin.
"Biarkan saja, aku tidak peduli. Lagi pula, aku sudah tau jawabannya." Guman Ryujin yang dapat di dengar oleh temannya.
"Hah? Kau serius?" Jisol kembali duduk disamping Ryujin, merasa tertarik dengan dugaan temannya ini.
"Lihat saja, sebentar lagi akan ada berita penolakan." Balas Ryujin yang kini menjatuhkan kepalanya pada meja.
"Kenapa kau seyakin itu?" Jisol masih penasaran.
"Karena Jeno hanya ingin membelikan aku ice cream kekantin."
"Hah?" Jisol bertambah tidak mengerti dengan jawaban ambigu dari Ryujin, tapi rasa penasaran itu hilang saat mata Jisol menangkap sosok Jeno yang berjalan mendekati mereka.
"Je-Jeno sunbae." Jisol tergagap dan merasa kegugupan menyeruak masuk dalam dirinya. Bagaimana tidak? Sosok yang barusahan ia bicarakan dengan Ryujin sudah berada dihadapannya mengembangkan senyum manis tapi mematikan itu kepadanya.
"Ryujin-ah, ini ice permintaanmu." Ryujin mengangkat kepalanya dan segera meraih ice cream itu dari tangan Jeno, melahapnya santai sementara Jeno terus memperhatikannya. Jisol? Jelas merasa bingung dengan mereka berdua dan juga hubungan yang dimiliki diantara keduanya.
"Mood mu masih buruk?" Bahkan Jeno mendekat dan membenarkan rambut Ryujin yang berantakan membuat Jisol shock.
"Iya...Sampai aku ingin mengeluarkan badai." Balas Ryujin membuat Jeno terkekeh dan Jisol seolah mengalami serangan jantung. Dia adalah penggemar berat sunbaenya yang satu ini dan ia tidak pernah melihat senyum itu sampai detik ini. Jeno biasanya menunjukkan tatapan datar dan dingin kepada siapapun tapi hari ini, dihadapan Ryujin teman sekelasnya dan tidak masuk dalam kategori siswi populer atau cantik? Jeno tak merasa ragu menunjukkan sisi lembutnya, Jisol merasa bahwa ini seperti mimpi.
"Kalau moodmu tak seburuk ini, mungkin kau juga tidak akan mengekspos hubungan kita dihadapan temanmu dan memaksaku untuk membelikan ice cream." Kata Jeno sambil melirik Jisol yang menggaruk kepalanya yang tak gatal membuat Ryujin juga menyadari kehadiran temannya ini yang semenjak tadi ia abaikan.
"Ah dia Jisol, teman ku. Aku dan Jeno adalah pasangan dan akan menikah jika kita sudah dewasa nanti. Kami dijodohkan semenjak kecil oleh orang tua kami, tapi kau tau sendiri kan? Penggemar Jeno hampir mirip seperti sesaeng fans, aku tidak ingin membuang waktu ku untuk menghadapi mereka dan jadilah seperti sekarang." Cerecos Ryujin yang seketika membuat mulut Jisol menganga dengan mata membulat sempurna sementara Jeno sangat berusaha menahan tawanya dan terus bersikap cool. Entah kejahilan itu berasal dari mana? Ryujin sangat suka sekali mengusili dirinya saat dirumah, Appanya, Eommanya bahkan kedua orang tuanya jadi bukan perkara sulit jika gadis dihadapannya ini sekarang menargetkan teman sebangkunya ini untuk menjadi bahan pelampiasan kekesalannya yang Jeno sendiri belum tau.
Bahkan wajah Ryujin masih saja serius membuat ekspresi keterkejutan Jisol tidak pernah berhenti. Karena merasa kasihan pada Jisol, Jeno segera menarik tangan Ryujin untuk segera pergi meninggalkan kelasnya.
"Kau kenapa sebenarnya?" Tanya Jeno sambil tertawa.
"Aku kesal pada Appa dan Eomma." Keluh Ryujin membuat Jeno mengangguk karena sudah menemukan, sesuatu yang membuat gadis ini berubah mood.
"Setelah ini apa yang kau inginkan? Aku ingin mengembalikan moodmu." Tanya Jeno, Ryujin meliriknya sekilah kemudian nampak berfikir.
"Datanglah ketempat penyiaran sekolah." Pintanya memuat Jeno mengirutkan keningnya.
"Lalu?" Jeno bertanya.
"Katakan bahwa kau hanya milikku."
"Hah?" Jeno memandang Ryujin bingung sementara gadis itu masih menunjukkan ekspresi yang sama.
"Wae? Kau tidak mau? Baiklah, jangan temui aku lagi." Kata Ryujin yang kini berjalan meninggalkan Jeno.
"Eh tunggu, kenapa kau seperti ini? Kau sudah cukup tau bahwa aku hanya memandangmu kan? Ryujin..." Jeno mengejar Ryujin dan berhasil menarik tangannya.
"Aku menyukaimu sangat, jadi aku tidak akan pernah peduli kepada siapapun kecuali dirimu. Kita hanya akan menunggu menjadi dewasa dan menikah. Bukankah itu yang selalu eomma bilang kepada kita?" Ya, pada akhirnya Sally dan Alice berjanji untuk membuat kedua anaknya ini menikah.
Pernikahan darah murni itu yang akan menjadi takdir dua remaja ini. Taeyong dan Jaehyun pun juga sudah menyetujui keinginan istrinya dan itu juga disetujui oleh Ryujin dan Jeno.
"Ya, tapi aku tidak tau jika nanti kau bertemu dengan seseorang yang membuat jantungmu berdebar bagaimana?" Tanya Ryujin membuat Jeno tertawa, mengacak rambut gadis dihadapannya ini dengan cepat.
"Hahaha, tentu saja tidak akan ada yang bisa menandingi sehebat debaran saat aku bersamamu." Rayu Jeno yang membuat pipi Ryujin merona, ia membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Jeno. Ryujin memang seperti itu, jika ia malu gadis itu akan segera menyembunyikan wajahnya.
---***---
Mobil marcedes benz milik Sally sudah terparkir didepan gerbang sekolah Ryujin dan Jeno, menunggu kedua anak itu keluar dari sana dan tak lama mereka keluar, Sally pun segera melambaikan tangannya.
"Hai sayang..." Sapa Sally yang langsung memberikan pelukan kepada Ryujin dan Jeno. Sebenarnya Jeno merasa risih dengan ulah eommanya ini tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa menolaknya karena eommanya akan sedih.
"Kita akan kemana bibi?" Tanya Ryujin antusias membuat Sally dan Jeno tersenyum. Biasanya Sally memang tak langsung mengajak mereka pulang tapi berkeliling-keliling ketempat-tempat wahana bermain atau sekedar makan ice cream di cafe.
"Hm...Menjemput saudara kalian Lily." Ryujin seketika menapuk dahinya, kenapa ia sampai lupa dengan saudarinya itu.
"Ayo anak-anak masuk!" Pinta Sally yang membuat keduanya segera masuk.
Ryujin duduk dibangku pengemudi bersama Sally sementara Jeno dibelakang, memandangi ponselnya dengan serius. Semua orang cukup tau, apa yang membuat tangan Jeno sangat sibuk saat menyentuh layar handphonenya itu. Jeno penggemar berat game dan ia akan melakukan itu dibanyak waktu.
Perjalanan menuju sekolah Lily yang memang masih menduduki Junior High Shcool tak terlalu jauh, mereka hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai dan disana mereka sudah melihat seseorang yang kelihatan mencolok karena postur tubuhnya yang terlalu tinggi dengan kulit putih dan mata birunya yang akan menjadi pusat perhatian siapapun yang memandangnya. Lily terus mengedarkan pandangannya dengan ekspresi cemas, ia hanya menjawab sekali-kali teman-temannya tanpa mau menanggapi berlebihan.
"Jeno, bawa Lily kemari. Eomma dan Ryujin akan menunggu disini." Jeno pun harus merelakan keseruannya memainkan game dalam ponselnya. Dengan keterpaksaan ia segera keluar dan berjalan kearah Lily.
Ryujin dapat melihat kekagetan Lily saat memandang Jeno yang mendekat dan juga kehebohan teman-temannya yang kini semakin menempeli Lily.
"Astaga! Kenapa dengan anak-anak itu?" Sepertinya Sally merasa terganggu dengan teman-teman Lily yang terus menempel pada keponakannya itu, bahkan sekarang memaksa Jeno untuk berkenalan dengan mereka. Namun, Sally dan Ryujin dibuat terkejut saat Lily segera menarik Jeno pergi dari sana menunju mobil mereka.
"Kalian datang..." Sambut Sally, menunjukkan senyum termanisnya untuk keponakannya yang sangat imut ini.
"Ah Ne, Aunt." Jawab Lily masih terbata-bata dengan aksen barat dan korea yang kacau.
"Kenapa dengan temanmu?" Ryujin bertanya dan Lily menggeleng seolah merasa pusing, menyandarkan kepalanya pada kursi mobil.
"Apa semua gadis korea seberisik itu?" Dengan susah payah Lily menyampaikan keluhannya membuat Sally dan Ryujin terbahak sementara Jeno hanya tersenyum.
"Itu karena kau cantik sayang, mangkanya mereka mau berteman denganmu." Kata Sally yang membuat Lily menghela nafas lagi.
"Besok, aku tidak mau Jeno oppa menjemput ku. Cukup bibi atau Ryujin eonni, mereka akan lebih gila lagi." Keluhnya lagi membuat semuanya tertawa.
"Tentu, aku akan melindungimu Lily!" Kata Ryujin dengan gaya premannya.
---***---
Mark nampak pening dengan tumpukan berkas dihadapannya, Aline masih duduk disofa memandangi suaminya ini. Mark masih butuh penyesuaian diri untuk bekerja diperusahaan jadi ia mulai mempelajari dokumen-dokumen ini dulu dirumah.
"Apa sesulit itu?" Aline berjalan mendekati Mark dan melihat apa yang dikerjakan suaminya ini.
"Aku sudah lama tidak mempelajari ini jadi aku butuh waktu sedikit lama untuk memahaminya." Mark mengela nafas lelah.
"Tidak masalah honey, kau hanya perlu untuk memahaminya kan?" Aline meraih wajah suaminya dan mengecup singkat pipi suaminya ini membuat Mark tertawa geli.
"Aku sudah sangat pusing tapi kau merayuku? Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Tanya Mark masih memandang Aline yang juga tertawa.
"Mungkin kau butuh sedikit penyemangat?" Entah apa yang sedang ditawarkan Aline kepada Mark dan respon Mark hanyalah kekehan.
"Ciuman panas atau bercinta? Aku hanya ingin itu." Balasnya yang sepertinya juga berusaha menggoda istirnya. Aline mengedarkan pandangannya, seolah mencari sesuatu dan ia menghela nafas kemudian.
"Ini jam Lily pulang sekolah, honey." Jawab Aline yang sekarang benar-benar membuat Mark tertawa keras.
"Apa kau berfikir aku menginginkan itu sekarang? Tidak sweety, aku hanya perlu memahami ini dan buatkan latte untukku." Kata Mark yang kini berdiri, mengecup dahi istrinya.
"Em...Tentu. Apapun yang kau mau." Aline memeluk Mark dan melepaskannya, meninggalkan suaminya yang masih menggeleng geli.
---***---
Malam harinya, Lily berada dikamar Ryujin. Gadis itu sedang mengguling-ngulingkan tubuhnya berusaha menyamankan dirinya berada dikamar Ryujin yang jelas membuat Ryujin heran.
"Wae? Kau kenapa?" Tanya Ryujin. Lily mendongak, terlihat gugup kemudian mendesah.
"Hai, kalian disini." Bahkan Jeno sudah bergabung bersama mereka membuat Lily semakin gugup saja.
"Kurasa jika kau berada disini, Lily tidak akan mau mengatakannya." Protes Ryujin yang seolah mengusir Jeno.
"Katakan saja Lily, jangan hiraukan aku." Balas Jeno santai, ingin rasanya Ryujin menendang Jeno yang tidak memiliki kepekaan ini.
"Ani, tidak ada yang ingin ku bicarakan." Bohong Lily, namun mata gadis itu menyatakan lain.
"Kalau kau tak mau jujur, aku tidak akan mengajakmu bermain kewahana." Ryujin mengancam membuat Lily dilema.
"Um...Baiklah. Sebenarnya tadi sekolah ada seseorang yang menyatakan perasaannya kepadaku."
"HAH? SECEPAT ITU?" Tanya Ryujin dan Jeno bersamaan. Kemudian mereka saling melirik dan tertawa.
"Why? Aku bingung harus menjawab apa? Sementara aku baru sekolah sehari dan tak mengenalnya juga." Terang Lily.
"Apa kau menyukainya?" Jeno memicingkan matanya yang sudah sipit itu, seolah ia mulai berusaha menggoda dongsaengnya ini.
"Entahlah..." Lily menjatuhkan tubuhnya lagi dan berguling-guling seperti tadi membuat Ryujin dan Jeno semakin gemas.
"Ku pikir kalau kau menyukainya, tidak salahnya kalau kau menerimanya." Saran Ryujin membuat Lily berhenti mengguling-gulingkan tubuhnya. Ia menatap Ryujin dan Jeno bergantian, kedua remaja itu mengangguk bersamaan.
"Anak-anak, waktunya makan malam." Biasanya Sally yang muncul untuk menyuruh mereka makan malam tapi kali ini Alice? Ini seperti kejutan untuk Ryujin.
"Eomma!" Pekik Ryujin yang nampak begitu bahagia.
"Ya, eomma sudah memasakan masakan kesukaan mu, Jeno dan kurasa bibi juga harus tau apa makanan kesukaan Lily?" Tanya Alice, yang kini memandang Lily membuat gadis kecil itu langsung bangun.
"Aku suka apapun itu aunt." Balas Lily yang kini mengekori Alice bersama Ryujin dan Jeno dibelakangnya.
"Apa Appa juga pulang?" Ryujin bertanya, membuat Alice menoleh dan mengangguk.
"Ya, Appamu menggunakan transportasi alternatifnya." Gurau Alice membuat Jeno dan Ryujin tertawa sementara Lily yang tak mengerti hanya diam. Taeyong memang selalu menggunakan teleportnya untuk keadaan darurat.
Disinilah mereka diruang makan yang besar dengan tempat duduk yang tertata. Sepertinya mulai sekarang mereka akan sering makan malam bersama. Taeyong sudah duduk berada di ujung tengah meja makan sementara Alice dan Ryujin berada disamping kiri dan kanan. Kemudian Jaehyun, Sally dan Jeno berada di sebelah kiri bersama Ryujin. Keluarga Mark, Aline dan Lily berada disebelah kanan bersama Alice.
Disamping mereka sibuk memakan makanan, tak jarang juga mereka bercakap-cakap. Para suami dengan obrolan seputar bisnis, kemudian beralih pada pertandingan bisbol, liga eropa, motor gp dan para istri dengan resep masakan, fasion dan cerita anak-anak.
Seperti itulah keharmonisan keluarga besar klan Lee yang merupakan vampire bangsawan. Mereka tetap mempertahankan komitmen untuk bersama dalam banyak perbedaan karena perbedaan itu bukan penghalang untuk kita menjadi satu.
-END 2-
Hi...aku punya janji buat bikin epilog ya 😂
Entah kenapa feel lagi bagus sama FF ini jadinya aku bikin semoga memuaskan kalian...Yg cari Mark uda ada disini dengan keromansahan yg bikin ambyar pasti terutama Melocactus pesenan lo ni ri 😂😂😂
Utang aku lunas sudah 😂😂😂
Bye...tetep jadi penggemar DS ya 😉😉😉
Thanks buat semuanya 🙏🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top