Chapter 7


Sally pov

Bagaimana caraku untuk menghentikan monster ini untuk tak terus menarik tanganku? Apa yang sebenarnya ia rencanakan? Dia tidak bermaksud untuk melukai Alice kan? Ayo Sally berfikir! Temukan cara untuk kabur dari tempat berbahaya ini!

Duk

Awww...

Kepala ku membentur tubuhnya dan seketika aku menatapnya, ia masih mengembangkan senyumnya. Ku rasa senyum penuh kepalsuan itu sudah menjadi bagian dari diri monster ini untuk memikat para gadis, dasar brengsek!

"Apa yang kau fikirkan? Sampai kau tidak tahu kalau aku berhenti berjalan." Ia mencondongkan wajahnya dengan jarak beberapa inci pada wajah ku. Monster ini senang sekali memberiku kejutan dan bermain-main dengan detak jantungku, SIALAN!

Aku mundur beberapa langkah dan menatapnya tajam namun sampai hitungan ke tiga monster ini menarik tanganku lagi dan membawaku kedalam sebuah kamar?

"SHIT, Lepaskan aku!" Pekik ku. Sally kau sungguh bodoh! Seharusnya kau tidak pernah datang kemari. ALICE DATANGLAH!

"Menyesali sesuatu? Aku memang memperlihatkan dua sisi seorang vampire di kota ini nona. Pertama—kami tidak akan berbahaya jika berada disekelilingmu karena kami terikat dengan perjanjian, jadi jangan pernah mencurigai kami." Sialan, apa dia akan terus berbicara omong kosong ini? Apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan?

BRUG

"What the hell?" Monster ini menjatuhkan tubuh ku pada tempat tidur king size miliknya. Ia menyeringai dan matanya tiba-tiba berubah menjadi merah, tak lupa taring itu juga. WHAT? Apa dia ingin memangsaku?

"Kedua—Aku tidak suka seseorang berlaku tidak sopan kepada kaum bangsawan seperti kami." Ekspresinya berubah dingin dan...Dia dengan kecepatannya sudah berada dihadapanku. Meraih tubuhku dan membaringkan dengan kasar. Ia berada di atas tubuhku dengan topangan kedua tanganya, taring yang masih menjulang keluar dari bibirnya dan tatapan dengan mata merah yang mengerikan. Oh My God, seharusnya aku sudah terbiasa dengan semua ini? Tapi...tanpa Alice atau siapapun yang melindungku? Aku tidak bisa ini sungguh mengerikan, lebih mengerikan dari yang ku bayangkan.

"Saudaramu itu, sepertinya meremehkan kami. Aku ingin lihat sejauh mana keberaniannya." Ia menyeringai lagi dengan tatapannya yang masih tetap mengerikan. Aku menutup mataku saat ia berusaha mendekat, aku dapat merasakan hembusan nafasnya mengenai pipiku. Apa dia benar-benar akan membunuhku?

"Keluarlah sampai kapan kau akan menyembunyikan gadis itu? Berhentilah bertingkah seperti anak kecil Jaehyun-ah!" Entah sejak kapan pintu itu terbuka? Aku tidak mendengar sama sekali. Disana aku melihat sosok yang tak asing, aku pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya dan Alice? Ya, tidak salah lagi itu Alice. Akhirnya dia datang juga, perasaan lega itu membanjiri hatiku.

"Alice!" Teriakku dengan lirih. Aku dapat menangkap ekspresi kekhawatirannya. Dengan tergesa-gesa ia datang mendekat. Tapi ekspresinya berubah marah ketika ia menangkap sosok Jaehyun yang berada disampingku.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA?" Ku mohon Alice, kau harus bisa mengontrol emosimu. Aku melihatnya dengan cemas, aku tidak mau kejadian waktu di dalam taksi itu terulang kembali. Kini ia meraih kerah baju Jaehyun dan mengangkatnya? Alice! Ini lebih menakutkan, apa kekuatan tanganmu meningkat?

"Lihatlah, benar yang ku katakan bukan? Dia bukan manusia." What? Bukan manusia? Apa yang sebenarnya monster ini katakan?

"KAU? BRENGSEK!" Ku rasa dia memang seharusnya diam. Tidak mungkin dia akan melemparkannya kan?

BRUGG

Ya dia melemparkannya pada dinding, bahkan itu sampai menciptakan lubang. Alice semakin tidak terkontrol dan perkataan monster itu benar-benar membuatku bimbang, apa benar Alice bukanlah manusia? Lalu apa dia? Vampire, tidak mungkin!

"Wow kekuatanmu sungguh lumayan penyihir hitam. Ini menakjubkan, dikalangan seorang hunter seorang penyihir hitam hadir? Katakan! Apa kau sengaja menjadi penyusup atau kau memang ingin menunjukkan bahwa generasi penyihir hitam masih ada?" WHAT? PENYIHIR HITAM? ALICE? Bagaimana mungkin?

"Kalau begitu, mari kita buktikan seberapa besar kekuatanmu." Aku melihat kesungguhan dari ucapan monster itu tapi tidak mungkin saudariku adalah penyihir, bagaimana bisa ini terjadi? Aku tiba-tiba merasa ketakutan. Aku sedikit tahu tentang penyihir hitam.

"Berhentilah kalian semua! Apa kalian tidak tahu? Kalian berdua sudah membuat kekacauan besar!" Pria yang tadi bersama Alice.

"Aku hanya membantumu untuk mengetahui siapa dia hyung." Hyung? Apa mereka bersaudara? Ah...Apa dia Lee Taeyong?

"Berhenti terus mengumpati kami. Kau juga gadis bodoh yang tidak pernah menggunakan otakmu dengan jernih. Sebentar lagi Appa dan Eomma akan datang, bagaimana kau bisa mengatasi ini Jaehyun-ah." WHAT? Dia berbicara dengan siapa? Alice? Bahkan Alice tidak mengatakan apapun? Apa dia membaca pikirannya? Tapi...tidak mungkin Hunter memiliki kekuatan proteksi diri yang kuat dari seorang vampire bahkan itu jika vampire original seperti mereka. Aku melihat Alice terlihat kesal menatapnya, mereka seolah berkomunikasi dalam diam. Ya Tuhan, ada berapa macam makhluk aneh disekelilingku? Mereka benar-benar mengerikan!

Alice berjalan kemari? Tapi...kenapa aku merasa takut? Setiap langkah kakinya membuatku harus waspada sepenuhnya. Apakah aku mulai meragukannya?

"Sally ini aku Alice..." Entah mengapa hatiku mengatakan bahwa aku harus menghindarinya. Memori dimana ia membanting Jaehyun tanpa  belas kasihan terus mengiang diotakku, padahal sudah seringkali ia membunuh vampire dihadapanku tetapi kali ini? Aku--aku tidak bisa menerimanya.

"Tidak! Bagaimana bisa...Alice aku tahu kau kuat tapi membantingnya? Kau-kau siapa sebenarnya?" Alice yang ku kenal tidak akan seperti ini, kekuatannya?

"Sally, apa yang kau katakan?" Semakin ia mendekat, semakin aku meringkuk ketakutan. Aku tidak tahu siapa yang harus ku percaya?

"Sally..." Lirihnya, aku tahu dia kecewa kepadaku, namun mengetahui bahwa ia bukanlah manusia? A-aku tidak bisa menerima itu.

"Kau tahu bukan? Kalau kadang-kadang ini terjadi kepadaku." Aku menangis karena kali ini aku tidak bisa mempercayai ini lagi, tidak bisa!

"Kenapa kalian semua membuatku takut?" Ya semua yang ada disini? Kenapa dari semua makhluk yang mengerikan—kenapa harus Alice? Why?

"Sally..." Tidak! Kau bukanlah Aliceku!

"Meskipun kau takut padaku, setidaknya aku tidak pernah berbohong kepadamu tentang jati diriku baby." Aku menutup kedua telingaku berharap semua ini hanya halusinasiku.

"Siapa yang menyembunyikan jadi diri hah? Aku benar-benar tidak tahu tentang kekuatan ini." Kapan semua ini akan berakhir? Aku tidak mau mendengar apapun sekarang!

"Benarkah? Kau pasti berbohong? Kau sengaja mendekati gadis ini agar kau bisa menjadikannya tumbal untuk kekuatan yang lebih besar bukan?" Aku hanya mampu memandang mereka bergantian. Alice, aku melihat amarah di kedua bola matanya.

"APA KAU GILA? BAGAIMANA BISA KAU BERFIKIR SEPERTI ITU HAH?" Alice mengarahkan tangannya untuk menyerang monster itu dan pria yang bersamanya berusaha untuk menghalanginya.

"Jangan lakukan apapun!" Tatapnya bingas, ku mohon hentikan semua ini!

"Berhenti terus memerintahku! Kau juga harus enyah."

BLAAARRR

Aku melihat Alice mendorong tubuhnya cukup keras hingga keluar pintu dan menciptakan beberapa lubang pada lantai. Benarkan dia Alice?

"Sekarang giliranmu!" Ia mengarahkan seranganya pada Jaehyun. Ku mohon jangan lakukan itu Alice. Kau membuatku semakin takut kepadamu!

BUG

BUG

BUG

Aku menutup mataku karena aku tak sanggup untuk melihatnya dan menerima kenyataan bahwa saudariku itu bukanlah manusia. Sampai ketika aku mendengarkan suara seseorang disini


"Penyihir kecil, aku tidak tahu kalau kau datang begitu cepat." Aku menajamkan penglihatanku untuk melihat sosok pria yang kini meraih tubuh Alice, siapa pria berpostur tinggi itu?


"Endor..." Endor? Jadi itu namanya? Apa dia juga seorang vampire?

"Jadi gadis ini yang membuat kekacauan?" Ada pria paruh baya yang juga datang, ia terlihat sama dengan pria yang datang bersama Alice.

"Kau yakin dia? Dia adalah gadis mungil dan cantik." Seseorang wanita berjalan di belakang pria itu menatap Alice dengan kasihan dan ketika kami beradu pandang. "Gadis Blood sacred yang malang? Ku rasa mereka berdua sudah melalui banyak hal bersama, Jaehyun-ah berhenti berbuat ulah nak." Nak? Jadi ia anaknya? Pantas wajahnya mirip?

"Appa, dia adalah penyihir hitam. Dia berbahaya Eomma." Alice! aku melihatnya semakin lemah dibawah kuasa pria bertudung itu.

"Endor...Jangan sampai kau melukainya! Aku akan menghukummu jika kau melakukan itu." What? Pria itu ingin melukainya?


"Jangan lukai Alice ku mohon, dia hanya berusaha melindungiku." Entah mengapa? Meskipun kini aku meragukannya? Aku-aku tetap tak bisa melihatnya terluka, tidak bisa!


Sally pov end

Mata Alice terbuka tatkala sebuah sinar mentari melewati cela-cela lubang halus dalam sebuah ruangan. Alice mengerjab-ngerjabkan matanya beberapa kali untuk membuat matanya terbuka sepenuhnya. Tangannya bergerak untuk menutupi matanya dari silau cahaya matahari. Alice mulai menelurusi isi ruangan lewat pandangannya. Ia tertegun dengan ruangan yang terlihat begitu luas dan ornamen yang sama seperti yang ia lihat kemarin. Kemarin? Sally!

Mengingat nama itu Alice beranjak bangun dengan tergopong-gopong menuju pintu kokoh yang berada beberapa meter dihadapannya. Alice berusaha membukanya namun nihil, pintu itu seolah tak membiarkan Alice untuk membukanya. Gadis itu berusaha dengan segala cara salah satunya adalah dengan kekuatannya. Element air, udara, api dan tanah sudah ia kerahkan meskipun keadaannya saat ini sangat lemah.

BRUG

Alice terpental beberapa meter dari pintu, seolah-olah ada sebuah kekuatan yang melenyapkan semua sihirnya. Keadaannya terlihat menyedihkan sampai ketika seseorang membuka pintu itu. Pria dengan perawakan tinggi nan tegap masih dengan memakai tudung datang menghampirinya di ikuti seorang wanita yang seperti ia kenal.

"Pintu ini telah disegel dengan mantra pelindung, kau tidak akan bisa keluar dari sini." Ucap pria itu yang membuat Alice hanya mampu mendesah. Pria itu mengangkat tubuh Alice yang begitu lemah untuk ia baringkan lagi diatas kasur.

"Kenapa aku di kurung?" Tanya Alice dengan nada suara yang terdengar begitu lemah.

"Dia masih tidak mengerti juga?" Tanya wanita itu kepada pria bertudung.

"Maria kau harus menjaganya dan jangan membuat kekacauan dengan kecerobohanmu. Ingat! Gadis ini adalah penyihir hitam, kau sangat tahu seberapa berbahayanya dia bukan?" Ucap pria itu sembari menatap Alice dalam. "Bahkan dia bisa menghancurkan kota ini dengan mudah jika ia bisa segera menyempurnakan kekuatannya. Sangat penting kau menjaga emosinya, dia tidak akan mudah untuk dikendalikan jika ia sedang emosi." Lagi, pria paruh baya itu menghela nafas.

"Iya Ayah, aku tahu." Kata wanita itu sambil menghela nafas kesal.

"Jangan sampai klan penyihir tahu tentang keberadaannya. Kau sangat tahu apa yang akan terjadi bukan? Kita sedang berusaha menjadikan ia berada di pihak kita. Kalau sampai keberadaannya diketahui klan penyihir? Dia akan menjadi bahan rebutan!" ucap pria itu panjang lebar dan gadis bernama Maria itu merasa jengah.

"Sebegitu pentingkah dia?" Tanya Maria yang merasa ucapan ayahnya itu terlalu berlebihan.

"Ya, dia sangat penting! Gadis ini mampu menghancurkan semua tatanan yang sudah kita ikuti selama ratusan tahun. Haruskah Ayah mengulangi perkataan Ayah lagi? Mengertilah! Kalau sampai dia jatuh ketangan Klan vampire yang haus akan kekuasaan? Gadis ini akan benar-benar dimanfaatkan oleh mereka untuk menguasai semuanya."

"Tapi Ayah..."

"Jangan membantah! Jaga dia dan ini adalah salah satu ujian bagimu. Kalau kau bisa melakukannya, kau akan mendapatkan beberapa buku mantra baru dariku." Ucap pria sambil meninggalkan mereka berdua begitu saja.

Alice masih sadar sepenuhnya dan mendengarkan semua percakapan antara anak dan Ayah itu. Ia beradu pandang dengan wanita yang bernama Maria.

"Aku benar-benar tidak menyukaimu." Ucapnya sambil menyilangkan kedua tangannya sembari mondar-mandir didepan Alice. Meneliti setiap inci tubuh gadis itu. Alice terlihat enggan untuk mengatakan sesuatu, ia lebih memilih memejamkan matanya.

"Aku akan memberikan penawaran kepadamu." Seketika mata Alice terbuka dan menatap lurus pada wanita penyihir itu sepenuhnya.

"Penawaran?". Tanya Alice dengan penuh minat dan wanita itu mengangguk yakin.

"Aku akan membebaskanmu dari tempat ini." Ucapnya dengan seringaiannya, Alice hanya tersenyum mendengarkan penawaran wanita itu. Ia bukan tidak tahu bahwa penawaran yang diberikan wanita ini tidaklah cuma-cuma.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Alice yang disambut pekikan tawa nyaring oleh wanita bernama Maria yang terlihat begitu licik.

"Jauhi tuan muda Taeyong." Ucap Maria dengan serius membuat bibir lemah Alice terangkat. Alice bisa menyimpulan bahwa wanita ini menyukai Taeyong.

"Why?" Alice hanya mengulur waktu untuk bermain-main dengan penyihir wanita yang merasa seolah-olah dirinya paling pintar. Alice masih menatap lurus Maria yang tiba-tiba terlihat salah tingkah membuat Alice merasa geli.

"Kau menyukainya?" Ucap Alice pada akhirnya. Ia tersenyum, ia merasa mendapatkan sebuah mainan baru. Alice merasa bisa memanfaatkan wanita ini untuk pergi dari tempat ini.

"A-aku? Tentu saja tidak." Jawab wanita itu dengan terbata-bata.

"Sudahlah, itu nampak begitu jelas diwajahmu. Jadi, kau akan membantuku keluar dari sini?" Tanya Alice dan wanita itu mengangguk.

"Asal kau memenuhi permintaanku itu." Katanya dengan dingin.

"Tentu, kau tak perlu meragukanku." Ucap Alice

"Baiklah, apa yang harus ku lakukan untukmu?" Kata Maria dengan wajah lebih bersahabat. Alice mengedarkan pandangannya pada sekitar dan matanya terfokus pada sebuah buku dengan sedikit kekuatannya yang tersisa ia mengarahkan tangannya pada buku itu dan membawa buku itu dihadapannya.

"Kau bisa memberikan pesan ini kepada temanku degan sihirmu bukan?" Tanya Alice dan Maria pun mengangguk mengerti maksud dari apa yang dikatakan oleh Alice.

"Jadi lakukan sekarang!" Perintah Alice dengan ekspresi seriusnya.

"Tapi kau harus tepati janjimu." Ulangnya membuat Alice harus mengangguk dengan kesal. Kesal, karena alasan wanita ini adalah sesuatu yang konyol. Ketika wanita itu mulai membaca mantranya, Alice berdiri dan berusaha mengelilingi ruangan itu. Matanya menyipit ketika ia menatap sebuah lukisan? Wanita dengan baju hitam dan tatapan seolah beradu pandang dengan Alice. Alice merasakan lukisan ini sungguh berbeda dari lukisan yang lainnya. Seperti lukisan hidup, bahkan bibir wanita dalam lukisan itu seolah mengembangkan senyum padanya.

"Siapa kau?" Tanya Alice pada lukisan itu. Alice mulai merasakan energi kuat yang berasal dari lukisan itu. Ya, Alice melihat sebuah cahaya keluar dari lukisan itu dan...Sosok wanita dalam lukisan itu keluar menjadi sosok manusia dengan rambut emas, mata biru lengkap dengan baju yang ia kenakan.

"Nenek..." Ucap wanita yang bernama Maria. Wanita yang Maria panggil nenek itu tersenyum sementara Alice tercengang melihat keanehan yang seperti delusi ini.

"Tetaplah disitu..." Perintah wanita yang Maria sebut seperti Nenek namun wajahnya yang terlihat dipertengahan usia seolah panggilan Nenek itu tidak pantas untuknya. Wanita tua itu mendekati Alice yang masih terdiam ditempatnya.

"Jadi kau kah itu, penyihir hitam terakhir. Aku sudah menunggumu." Ucapnya dengan senyum menawan. Sungguh wanita ini seperti tokoh putri dalam abad romawi kuno sangat berbeda jauh dengan cucunya Maria yang terlihat begitu licik.

"Why? Apa karena kau ingin membunuhku?" Tanya Alice dengan sinis. Wanita tua itu terkekeh.

"Jaga ucapanmu! Dia nenek ku!" Ucap Maria tak terima dengan perlakuan tak sopan dari Alice.

"Aku? Mana mungkin roh sepertiku bisa membunuhmu? Lihatlah, aku bukan manusia lagi nak dan tidak akan ada yang mampu membunuhmu. Kau hanya perlu mengontrol emosimu agar kau tetap bisa mengendalikan semuanya." Ucapnya sembari menyentuh pipi Alice setelah itu menghilang dengan gemaan yang terdengar begitu nyaring.

"Kontrol emosimu nak." Alice tercengang, Maria? Apa lagi? Dia sungguh terkejut.

"Apa kau tahu? Aku sudah melakukan berbagai ritual untuk membangunkan roh nenek dan membantu kita untuk menyelesaikan beberapa urusan kami, tapi semuanya cara tidak pernah berhasil, kau? Bahkan hanya melihatnya dengan tatapan kosongmu itu...mampu membuatnya bangkit?" Maria mendesah, antara bingung dan kesal. "Siapa sebenarnya dirimu?" Maria menatap tajam Alice dan Alice yang sudah sadar dari lamunannya malah mengalihkan topic.

"Kau sudah mengirimkan pesannya?" Alice masih memandangi lukisan dengan gambar wanita yang merupakan nenek Maria. Lukisan itu seolah menggiringnya untuk mendekat dan menyentuhnya dan...

BLARRRR...

Sebuah ledakan memenuhi ruangan, Maria terpental sementara Alice berhasil menghindar dengan terbang melayang menjauh. Sebuah cahaya menyilaukan membuat Alice harus melindungi matanya dengan tangannya sementara Maria tergeletak lemas bersandar pada tembok.

"Apa itu?" Ucap Maria dengan nafas tersengal-sengal dan Alice hanya mampu menggeleng. Karena penasaran gadis itu memutuskan untuk mendekatinya. Benda itu terlihat semakin jelas ketika pias cahayanya mulai meredup.

"Kau tidak boleh menyentuhnya! Itu milik kami!" Teriak Maria membuat Alice berhenti, sadar akan posisinya. Ia hanya tawanan dirumah ini dan jika ia melakukan satu kesalahan saja mungkin dia tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini.

Dengan tertatih Maria menghampiri cahaya yang masih memiliki kilau itu, namun ketika Maria berusaha untuk menyentuh cahaya itu—sesuatu membuatnya harus terpental untuk kedua kalinya.

BRUG

Keduanya cukup terkejut dengan apa yang terjadi? Terutama Maria, ia adalah salah satu garis keturunan neneknya tetapi mengapa ia tidak bisa memegang sesuatu yang bercahaya yang hampir mirip seperti buku mantra itu, kenapa?

"Jadi? Apa aku boleh menyentuhnya? Aku hanya penasaran dengan isinya. Kau tidak perlu khawatir karena aku akan tetap memegang janjiku untuk tidak membuat keributan disini." Maria berusaha untuk menelusuri kesungguhan Alice lewat matanya.

"Baiklah, jika kau bisa melakukannya." Ucap Maria dengan ragu.

Alice menginjakkan kakinya di lantai, kemudian berjalan mendekati cahaya yang cukup menyilaukan itu. Dan dengan mudah Alice dapat meraih benda yang menyerupai buku mantra. Alice memicingkan matanya ketika ia melihat tulisan 'Penyihir Hitam'

"Ada apa?" tanya Maria yang berhasil berdiri disamping Alice sembari menatap apa yang baru saja Alice baca.

"Penyihir hitam?" Ucapnya dengan tanda tanya besar, kemudian ia meraih buku itu dan apa yang terjadi? Maria melepasnya ketika ia merasakan api menjalar pada tangannya.

"Arggghhhh." Alice terlihat bingung melihat tingkah Maria.

"Why?" Tanya Alice.

"Kau—Apa kau sengaja melakukannya?" Maria terlihat begitu marah.

"Apa maksudmu? Kenapa dengan tanganmu?" Alice melihat tangan Maria melepuh.

"Kau mengeluarkan elemen api? Apa kau berniat mengambil buku mantra itu?" Tuduh Maria membuat Alice kesal.

"Apa kau sedang bercanda? Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan membuat keributan disini! Cukup keluarkan aku dan aku tidak berminat untuk barang rongsokan milik nenek moyangmu ini!" Alice melemparkan buku mantra itu kearah Maria namun buku itu melayang-layang dan mengikuti langkah Alice yang hendak kembali membaringkan tubuhnya.

BUK...BUK...BUK...

Buku mantra itu seolah membenturkan dirinya tepat diatas kepala Alice. Seketika Alice mengumpat karena kesakitan.

"SHIT! apa buku ini gila? Aw..." Gadis itu melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Maria cukup tercengang dengan apa yang terjadi.

"Hai, kenapa kau hanya diam saja? Apa kau tak melihat, buku ini benar-benar gila. Enyahkan dia dari hadapanku. Aw..."

BUK...BUK...BUK...

Buku itu tak mau menyerah terus membenturkan dirinya pada kepala Alice membuat Alice benar-benar begitu marah. Alice berusaha menangkap buku matra itu namun beberapa kali luput darinya.

BRUG

Suara Alice ketika jatuh ke lantai, Maria tertawa melihat tingkah laku konyol Alice membuat gadis itu semakin geram.

"Hi, apa menurutmu ini lucu? Bantu aku...Buku ini cukup menyebalkan!" Ucap Alice.

"Aku tidak yakin bahwa dirimu adalah penyihir hitam yang begitu ditakuti dikalangan penyihir. Kau benar-benar terlihat menyedihkan sekarang! Ah—kau benar-benar konyol." Maria tertawa lagi membuat Alice melayangkan beberapa lilin kehadapan Maria. Wanita itu dengan sigap menampikkan serangan lilin dari Alice.

"Haruskah aku membakar buku mantra ini?" Tanya Alice ketika ia berhasil mendapatkan buku itu namun beberapa tulisan muncul begitu saja di kertas mata itu.

'Yours' Seketika Alice melebarkan matanya. Maria penasaran melihat Alice terdiam seketika seolah melihat sesuatu.

"Wae?" Tanya Maria datang mendekati Alice dan matanya pun melebar membaca tulisan itu.

"Ini sangat tidak masuk akal, kau pegang buku itu dan jangan berusaha untuk mengambilnya. Aku akan memanggil Ayah." Ucap Maria sembari berjalan meninggalkan Alice.

"Tungguh, bagaimana dengan kesepakatan kita? Bukannya kau sudah berjanji untuk mengeluarkanku dari tempat ini?" Tanya Alice.

"Kau pikir itu mudah? Aku harus waktu yang tepat, diluar masih banyak orang dan aku tidak bisa melakukan itu untuk sekarang, jadi bersabarlah!" Ucapnya dengan kesal. Alice hanya mampu mendesah memandangi punggung Maria yang menghilang dibalik pintu. Kini hanya tinggal dirinya disebuah kamar cukup besar dan lapang, senyap dan sepi. Alice sangat tidak menyukai sepi sampai ia memandangi buku entah berisi apa didalamnya.

Alice membuka halaman pertama dan disana ia melihat beberapa gambar seperti sebuah rangkaian cerita dan anehnya tidak ada tulisannya disana. Alice meraba gambar tersebut dan seketika lintasan-lintasa kejadian itu hadir dalam fikiran Alice menyerupai sebuah ingatan tentang masa lalu.

Seseorang gadis kecil dengan dress warna putih, rambut caramel dan mata biru terlihat menyunggingkan senyuman yang menyerupai dengan seringaian. Beberapa detik berikutnya penampilannya berubah rambut caramel itu berubah hitam, mata birunya juga berubah hitam dan juga baju itu berubah menjadi hitam pula. Gadis itu berjalan berlahan sembari melayangkan beberapa kali tatapannya pada bangunan dan beberapa manusia yang melintas dihadapannya. Ia berusaha menghancurkannya, apapun yang ia lihat hanya dengan gerakan mata.

Tempat yang nampak seperti perkampungan itu hancur lebur. Beberapa orang yang kesal dengan ulahnya datang mengepungnya, berusaha untuk menyerang gadis itu. Beberapa kali usaha mereka gagal hingga akhirnya seseorang datang menjebaknya dengan jala yang sudah di cuci dengan air suci. Warga perkampungan itu membawanya berbondong-bondong pada sebuah kayu besar ditengah-tengah perkampungan. Semua warga yang tersisa mengelilingi gadis itu dengan membawa lilin dan membacakan sebuah doa yang dapat memunculkan percikan api mengitari gadis kecil itu. Gadis kecil itu menjerit ketika api itu mulai menjalar keseluruh tubuhnya.

"Arrgggghhhh...Ingat! Mom akan datang dan mengutuk kalian semua!" Pekiknya dengan nada kesakitan yang teramat.

"Alice..." Alice mendongakkan kepalanya menatap sosok jangkung dihadapannya dengan sedikit kesadaran, pikirannya masih berada di dimensi kejadian yang nampak seperti sebuah masa lalu. Alice terlihat begitu syok dan tanpa sadar air matanya menetes. Sosok jangkung itu bersongkok menyamakan posisinya dengan posisi Alice yang duduk di atas tempat tidur sampai ia bisa memandang wajah gadis itu.

"Wae?" Tanyanya penasaran dengan tatapan kosong dan ekspresi kesedihan yang nampak diwajah Alice. Namun Alice masih tetap diam.

"Alice..." Panggilnya lagi yang seketika membuat Alice sadar sepenuhnya. Alice mengusap wajahnya yang dibasahi oleh air mata.

"Bagaimana keadaan Sally?" Hal pertama yang keluar dari mulut Sally membuat sosok dihadapannya ini mendesah.

"Hm...Lihatlah bahkan keadaannya tak lebih baik darinya. Kenapa kau harus mengkhawatirkan seseorang yang bahkan sudah menolakmu." Ucapnya dengan mengulurkan sebuah sapu tangan warna putih. Alice hanya menatap sapu tangan itu, namun tak bermaksud untuk mengambilnya. Dengan kesal sosok itu menyekakan sapu tangan putih kewajah Alice.

"Katakan? Kenapa kau melakukan ini kepadaku Lee Taeyong?" Tanya Alice yang seketika membuat mata Taeyong melebar kemudian senyum tulus itu mengembang dari bibirnya.

"Ini pertama kalinya kau memanggil namaku." Ucapnya membuat Alice terdiam. Kenapa memanggil sebuah nama saja begitu membuat monster ini senang? Alice tidak mengerti!

"Apa yang kau lihat dari buku ini?" Tanya Taeyong yang sebenarnya pria itu cukup tahu apa yang difikirkan gadis itu. Alice menggeleng tak mengerti, biasanya setiap kali mereka bersama hanya akan ada sebuah perdebatan, namun kali ini mereka saling diam. Alice dengan pemikirannya dan Taeyong masih setia memandangi Alice.

"Itu seperti kejadian di masa lalu. Sungguh, aku tidak pernah membayangkan semua ini akan terjadi. Menjadi seorang Hunter kemudian terjadi hal-hal aneh dan dijuluki sebagai seorang penyihir." Alice mendesah "Aku tidak tahu seberapa misteriusnya diriku sampai aku merasa diriku mengerikan, bahkan Sally pun tak mau melihatku lagi. Apa kau tahu dari awal siapa diriku?" Tanya Alice dengan nada getir. Taeyong terdiam, ia merasakan seberapa sedihnya gadis dihadapannya ini sekarang. Taeyong menggeleng dengan hati-hati.

"Ani, aku tidak tahu siapa dirimu hanya saja aku memang merasakan sesuatu yang aneh. Energi yang besar dalam tubuhmu dan keterikatan kita, itu benar-benar membuatku frustasi." Ucap Taeyong sambil mengacak rambutnya.

"Bukankah ini konyol? Saudaramu lebih tahu siapa diriku dari pada kau? Apa kalian sedang memerankan sebuah drama sekarang?" Tanya Alice dengan semua ketidakpercayaannya kepada keluarga Lee. Prinsip hidup Alice adalah jangan mudah mempercayai siapapun dengan mudah terutama para monster itu! Seketika ekspresi Taeyong mengeras, tatapan yang tadinya lembut menjadi dingin.

"Bahkan sampai detik ini kau tidak berusaha untuk mempercayaiku Alice!" Ucapnya membuat Alice tersenyum.

"Sampai kapanpun aku tidak bisa mempercayai monster seperti kalian! Aku tahu kenapa kalian berusaha bersikap lembut kepadaku? Karena aku memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk keluarga kalian bukan?" Alice mendekatkan mukanya pada muka Taeyong.

"Sampai mati pun aku tidak akan mau menjadi budak kalian!" Taeyong menyeringai seolah ia tak merasa terpengaruh dengan kata-kata kasar itu. Ia malah semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Alice membuat Alice seketika memundurkan tubuhnya. 

"Wae?" Tanya Taeyong ketika dengan mudah ia menarik tubuh Alice untuk mendekat. Gadis itu terlihat gugup dan kesal bersamaan.

"Jangan macam-macam atau kau akan mendapatkan serangan sihir dariku." Ancam Alice yang membuat Taeyong tertawa geli.

"Jika itu kemarin memang aku tidak bisa menghindar dari seranganmu tapi tidak untuk kedua kalinya. Ingat! Aku bisa membaca pikiranmu nona." Ucapnya sambil menyeringai yang entah membuat keberanian Alice semakin menciut, bahkan monster yang sialan tampannya ini tidak berhenti untuk membuat wajahnya terus mendekat kewajah Alice membuat gadis itu harus memejamkan matanya. Antara takut, bingung harus bereaksi apa.

~Chu

"Kena kau!" Bisik Taeyong membuat Alice seketika membuka matanya dan ekspresinya terlihat syock ketika Taeyong masih menempelkan bibirnya pada bibir Alice namun tidak melumatnya bahkan tatapan Taeyong seolah mengejeknya. Alice berusaha berontak namun Taeyong dengang kekuatannya yang tak terkalahkan masih bisa menguasai Alice.

"Kalau kau terus memberontak, aku akan melumat bibirmu." Ancam Taeyong yang sudah melepaskan bibirnya dari bibir Alice.

"SHIT! KAU...BERANINYA KAU." Teriak Alice sambil mendorong tubuh Taeyong dengan kekuatannya membuat Taeyong terpental dan mengenai sebuah meja namun tak membuat monster itu meringis kesakitan, Taeyong malah tertawa yang kini memperhatikan ekspresi wajah Alice yang terlihat begitu malu. Alice tidak terima ciuman pertamanya diambil oleh seorang monster sialan seperti Taeyong.

"Seperti inikah ekspresi malumu? Sungguh menggemaskan." Taeyong tak berhenti untuk terus menggoda Alice.

"Enyahlah dari hadapanku sebelum kesabaranku habis." Ucap Alice sambil berjalan sejauh mungkin dari monster itu. Alice tidak siap mendapatkan serangan bentuk apapun dari Taeyong.

"Tentu, aku sudah mendapatkan first kiss dari seorang Alicea Aston, seorang Hunter dan juga penyihir hitam yang cukup ditakuti. Sungguh aku merasa terhormat nona." Ucap Taeyong sambil membungkukkan badannya seperti seorang pelayan ala barat yang membuat Alice begitu geram.

"ENYAHLAH KAU!!!"

BLUSH

Alice benar-benar mendorong tubuh Taeyong keluar dari kamar yang mengurungnya dengan kekuatan penuh. Entah Taeyong terluka atau tidak karena membentur sesuatu, ALice tidak peduli lagi. Ia malah sibuk mengipasi wajahnya dengan tangannya.

"Bagaimana ada monster selicik mereka!" Omel Alice sambil memejamkan matanya yang merasa begitu malu dan konyol.


-Tbc-

Annyeong ^^

Ku balik lagi dengan chapter selanjutnya semoga kalian suka ya

Entah ini feelnya dapet apa enggak...terima kasih buat yang masih mau baca ff abal-abal buatan gua..Jika kalian masih tertarik baca tolong vote sama komennya kalau bisa ^^

Sekian terima uang hahaha...Gumawu ^^



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top