Chapter 6

Sally pov

Disinilah aku sekarang! Didalam castle yang terlihat classic dan megah, namun siapa sangka di dalam castle megah ini ada ruangan yang hampir menyerupai sebuah bar. Well, kalian boleh mengatakan bahwa aku seorang gadis blood sacred yang tolol, pergi untuk mengantar nyawanya ketempat dimana para vampire berkumpul—pesta para vampire. Aku benar-benar terlihat seperti gadis gila sekarang! Sejujurnya aku hanya penasaran dengan perjanjian itu—apa benar-benar mutlak? Sungguh, aku sangat terganggu dengan sikap Alice yang selalu mengkhawatirkan para vampire ini. Ah...karena sekarang mungkin ia mencariku. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa ekspresinya saat ini? Alice maafkan aku, aku hanya berusaha untuk membuktikan bahwa rasa khawatirmu itu berlebihan.

Aku memandang penghuni bar bergantian, apa yang sebenarnya ku cari? Jangan katakan moster sialan itu? Ya, kurasa aku mencarinya. Beberapa orang yang ku rasa seorang vampire menatapku penuh intimidasi. Ku rasa mereka dapat mencium bau darahku, SHIT. Kemana dia sebenarnya? Sampai detik ini pun aku masih tidak percaya, kalau aku bisa memasuki castle ini tanpa hambatan? Mengingat diluar dipenuhi dengan segerombolan penjaga vampire. Ku rasa mereka berusaha untuk menjinakkan nafsu liarnya untuk menghisap darah ku. Mereka begitu terlihat terlatih untuk mengendalikan diri mereka. Haruskah aku memberikan sebuah sanjungan untuk mereka? Selamat...Kalian berhasil untuk tidak bertindak seperti hewan liar atau makhluk buas? Menggelikan! Kemungkinan lain, ku rasa saat itu juga mereka akan langsung menancapkan taringnya pada leherku? Cukup mengerikan hanya untuk sekedar dibayangkan. Yang lebih sintingnya lagi, saat ini aku tak merasakan rasa apapun? Bahkan jika itu rasa takut.

"Apa kau mencariku?" Suara itu....Dan aku melihat seseorang yang tidak asing dengan rambut caramel yang sedikit berantakan, memakai kaos warna hitam yang terbalut dengan jacket abu-abu berbahan dasar denim, untuk pesta semegah ini? Kenapa ia terlihat begitu casual? Hm...monster ini benar-benar tak menyisahkan sedikit pesonanya, ia mengeluarkan semuanya. Lee Jaehyun, monster dengan segala pesona dan sialan begitu tampan sampai aku harus beberapa kali berusaha mengontrol mulutku untuk tidak menganga ketika menatapnya. SHIT! Dia berjalan mendekati dan berdiri di depanku dengan jarak begitu dekat. Damn it!

"Wow...Bau ini?" Seseorang muncul dari belakang Jaehyun. Seorang memakai kemeja hitam dengan wajah campuran dan logat separuh inggris. Ia menatapku dengan penuh selidik dan aku tahu ia tergiur sekarang. Ia berjalan lebih dekat dan mengendus-endus, seperti seekor anjing pelacak, menyebalkan! ku rasa ia benar-benar berusaha menyelidiku. Jaehyun masih saja menatapku dan jangan lupa—dengan senyum menawannya itu, membuatku sesak nafas. Pria yang sudah dipastikan sejenis dengannya kini berdiri disamping Jaehyun dan merangkulnya

"Apa kau ingin membuat kekacauan Jaehyun-ah?" Tanyanya dengan suara bersahabat itu, Jaehyun tersenyum penuh arti. Aku sangat tahu dari awal monster itu merencanakan sesuatu, tapi apa itu? Aku tak tahu.

"Kau tidak akan terus berdiri disitu kan? Kajja..." WHAT? Apa ini? Dia mengulurkan tangannya? Aku masih mematung dengan kebingungan.

"Tunggu dulu, aku belum tahu namanya." Celetuk pria yang berdiri disamping Jaehyun. Membuat Jaehyun menoleh dan menatapnya dengan senyum itu lagi. Ku rasa, seandainya sehari saja aku terus bersamanya—aku yakin pasti aku akan menjadi batu. Sungguh, dia membuatku gugup.

"Namanya Sally Aston, dia dari inggris." Dan seketika aku melihat senyum lebar dari pria itu.

"Hy Sally, my name is Johnny. Nice to meet you." Ucapnya dengan bahasa inggris yang fasih sambil mengulurkan tangannya.

"Ne, senang berkenalan dengan mu juga." Aku menjawabnya dengan bahasa korea, karena aku perlu banyak berlatih menggunakan bahasa ini. Dengan ragu aku mengulurkan tanganku dan tiba-tiba saja tangan dingin Jaehyun yang kini menempel pada tanganku. Seketika aku menatapnya bingung dan Johnny juga menatapnya dengan wajah tanda tanya.

"Ku rasa kau sudah cukup tahu namanya. Kau hanya perlu menyelesaikan apa yang sudah ku beritahu padamu tadi!" Jaehyun menarik tanganku untuk terus mengikutinya dan disinilah aku sekarang—ditengah-tengah kumpulan para vampire? Tidak juga—ada beberapa manusia disini. WHAT? CRAZY! Pasangan vampire dan manusia? Bagaimana mungkin? Ku pikir mereka sering kali menonton drama romace picisan antara vampire dan manusia—menggelikan!

"Apa kau akan tetap berdiri disitu? Aku tahu, semua yang kau lihat ini tidak masuk akal. Mangsa dan pemangsa? Konyol bukan? Tapi di dunia ini memang ada sisi yang seperti ini—kau perlu tahu itu." Ku pikir bukan hanya itu saja tujuannya bukan? Pasti ada niat lain? Kenapa semakin lama rasa kecurigaanku kepadanya semakin besar? Senyum yang nampaknya manis itu? Aku merasa didalamnya menampakkan seringaian jahatnya. Lee Jaehyun—apa yang sedang kau rencanakan sekarang?

"Kau tidak harus berfikir keras sampai menampakkan kerutan di wajahmu yang indah." Dia—berjalan mendekat dan tangan dinginnya mulai membelai lembut pipiku. Aku berusaha untuk menahan semua gejolak yang memberikan getaran asing pada seluruh tubuhku. SHIT! Monster ini? Ada apa dengannya?

"Singkirkan tanganmu dari wajahku." Bisikku dan kalian tahu? Kini kami menjadi pusat perhatian. Semua mata memandang kami antusias. Apa ini rencananya? Berusaha mempermalukanku?

"Wae?" Oh My God...Apa yang harus ku lakukan? Aku merasa tidak bisa bernafas. God...help me!

"Apa tujuanmu sebenarnya?" bisik ku sambil berusaha melepaskan tangannya dari wajahku tetapi ia masih saja meletakkan jari-jarinya pada wajahku. Ditengah dentuman music yang masih terus di putar dan semua kerumunan orang yang masih setia memperhatikan kami.

"Aku? Hanya ingin kau menyadari kehadiran kami yang tidak akan membahayakanmu." WHAT? Apa maksudnya sebenarnya? Aku tersenyum sinis.

"Benarkah?" Ia mengangguk. Aku sedikit menyunggingkan senyumku. "Aku akan mempercayaimu, jika mereka bertiga bisa datang kemari tanpa luka sedikit pun." Dan aku melihatnya tertawa.

"Aku tidak bisa menjanjikan apapun nona, aku hanya ingin tahu seberapa besar kemampuan mereka dan siapa dia sebenarnya?" WHAT? Apa maksud dari perkataannya.

"What do you mean?" Semua perkataanya membuat bingung.

"Kau belum tahu? Gadis yang bersamamu itu?" Apa yang ia maksud adalah Alice?

"Ada apa dengannya? Kau tidak bermaksud untuk melukainya kan?" Monster ini—ku rasa aku benar-benar harus mewaspadainya. Ia masih saja mempertahankan senyuman manisnya itu dan aku sangat terganggu oleh perkataannya tadi.

"Sebentar lagi, kita akan tahu fakta tentang gadis itu." Katanya dengan serius.

"Ingat, kalau sampai kau menyentuhnya atau melakukan sesuatu padanya...Aku akan benar-benar menghancurkanmu!" Entahlah—apa aku pantas untuk mengatakan kata-kata ini? Mengingat aku hanyalah manusia lemah yang hanya diberikan kelebihan dengan memiliki Blood Sacred. Ia tak menghiraukan perkataanku malah menarik tanganku kembali untuk mengikuti langkah kakinya meninggalkan ruangan yang menyerupai bar ini.

"Kau akan membawa ku kemana?" Tanyaku, ia tidak bergeming dengan pertanyaanku malah terus semakin erat menggenggam tanganku dan perasaan takut itu semakin menggerogotiku. Salahkan keputusanku datang kemari? Alice! Jika kau dapat membaca fikiran ku...Help me. Alice help me...

Sally pov end

Alice, Ten dan Doyoung masih berada di depan pintu castle yang megah itu. Seseorang yang mereka ketahui bernama Jhonny berada dihadapan mereka seolah menunggu ketiga orang itu mengambil keputusan.

"Jadi? Apa kalian akan masuk atau tidak?" Tanya Jhonny dengan ekspresi yang terkesan santai. Alice, Ten dan Doyoung saling melirik sebelum akhirnya Ten mengambil alih.

"Apakah kami di ijinkan untuk masuk?" Tanya Ten yang dijawab senyum simpul oleh Jhonny.

"Tentu saja, kalau tidak? Bagaimana mungkin aku bersusah payah menyambut kalian?" Ucap Jhonny kali ini dengan wajah serius yang sulit diartikan.

"Jadi? Apakah Sally ada didalam?" Celetuk Alice yang tidak sabaran membuah Ten memegang tangan gadis itu kembali seraya mememberikan kode kepadanya untuk tetap diam.

"Sally?" Johnny mengangkat satu alisnya. Seolah ia sedang berfikir, kemudian senyum di bibirnya terukir. "Gadis Blood Sacred itu?" Katanya dengan ekspresi menyebalkan membuat Alice begitu kesal.

"Dimana dia sekarang? Katakan!" Ucap Alice dengan nada tingginya. Ten semakin menggenggam tangan Alice dengan erat. Ia sangat tahu, Alice tidak akan bertahan lama dengan emosinya.

"Wow, apa ini? Apa kau marah? Ini adalah sebuah pesta...Aku tidak ingin kau mengacaukan pesta dengan amarah mu itu." Ejek Johnny membuat Alice semakin geram. Ten menatap tajam Johnny sementara Doyoung menggigit bibir bawahnya terlihat cemas.

"Jangan bermain-main dengan kami. Beri jalan kami untuk masuk atau kami akan masuk dengan paksa!" Ancam Ten yang terlihat begitu serius. Alice yang sudah sangat kesal melepaskan tangannya dari genggaman Ten dan menyerang Johnny seketika.

BRAK

Tubuh Johnny terdorong kebelakang, tidak cukup jauh. Alice hanya mendorong sedikit tangannya. Gadis itu masih berusaha mengontrol emosinya.

"Alice!" Ten memperingatkan gadis itu yang kini melangkah mendekati Johnny yang terduduk dilantah dasar castil yang terbuat dari marmer mahal itu.

"Jangan membuat keadaan bertambah buruk! Aku tidak ingin membunuh siapapun sekarang termasuk dirimu." Ucap Alice, ekspresi wajahnya begitu dingin dan tatapannya tajam. Johnny hanya tersenyum kecut memandang Alice.

"DAMN! Rupanya dugaan Jaehyun benar. Kau bukan manusia biasa." Mata Alice melebar mendengar pernyataan Johnny. Gadis itu terdiam sesaat seolah memikirkan sesuatu.

"Apa maksud dari perkataanmu hah?" Tanya Alice.

"Masuklah dan selamatkan saudarimu! Ingat, kau harus cepat." Ucap Johnny sambil menyeringai. Ia bangkit dan dengan secepat kilat menghilang menyisahkan jejak angin dengan aroma khas vampire yang menyengat.

"Ten, kita harus cepat!" Ucap Alice yang berjalan mendahului Ten.

"Alice tunggu!" Panggil Ten, namun Alice yang terlihat cemas dan kalut memilih berjalan lebih cepat dibandingkan menunggu Ten dan juga Doyoung.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di depan ruangan yang menyerupai dengan bar. Alice mengedarkan pandangannya mencari sosok Sally, namun Alice tidak menemukannya membuatnya benar-benar marah.

"KALIAN TAHU DIMANA SALLY?" Teriak Alice membuat seisi bar memperhatikannya. Namun hanya sebatas itu, kemudian mereka asyik dengan kegiatan mereka sendiri. Minum dan berdansa...

"Sudahlah, biarkan aku yang mencarinya." Ucap Ten, sebisa mungkin Ten berusaha untuk menetralisir keadaan. Ia tidak mau kekacauan terjadi lagi di dalam sini. Mengingat, Alice sudah membuat kekacauan diluar sana. Tinggal menunggu beberapa waktu lagi sebelum para pengawal vampire itu datang kemari untuk mencari ketiga penyusup ini.

"APA KALIAN TULI? DIMANA SALLY?? KALAU KALIAN TIDAK MENGATAKANNYA, AKU AKAN MENGHANCURKAN TEMPAT INI!!" Ancam Alice dengan suara lantangnya, tatapan tajam dan muka dinginnya.

Seorang berjalan mendekati Alice dengan ekspresi garangnya. Ia terlihat tidak suka dengan kebisingan yang Alice buat.

"Jangan buat kekacauan disini. Pergi dari sini! Sebelum aku melakukan sesuatu kepadamu!" Ucapnya. Alice menatap pria yang diduga seorang vampire dengan tatapan sinisnya.

"Jangan menghalangiku. Kau cukup memberitahuku dimana Sally atau kau mau semua orang akan tahu siapa kalian sebenarnya?" Bisik Alice membuat pria dihadapannya ini menatapnya geram. Ten, entah sejak kapan ia sudah diapit oleh dua orang vampire bersamaan dengan Doyoung.

"Apa kau lupa? Disini dipenuhi dengan sihir, mereka tidak akan mengingat semua kejadian yang terjadi disini." Ucap vampire pria itu lengkap dengan seringaian khasnya. Bodoh! Alice melupakan itu, Alice benar-benar sangat marah sekarang. Tidak bisakah semua orang mengizinkan ia menemui Sally?

Alice pov

Apa yang harus ku lakukan sekarang, coba katakan? Bagaimana aku bisa mengendalikan diriku jika semua orang memancing emosiku. Persetan dengan ucapan Ten yang menyuruhku untuk tidak gegabah dalam bertindak. Apakah semua orang bisa menjamin bahwa Sally akan baik-baik saja? SHIT! Aku merasa akan gila sekarang dan aku merasakan sesuatu seolah ingin keluar dalam diriku.

"Jadi? Itu tidak akan masalah jika aku menghancurkan tempat ini bukan?

"Alice!" Ten berusaha memperingatkanku lagi, entah kenapa? Sepertinya sebelum aku menemukan Sally amarahku tidak akan pernah berakhir. Dimana sebenarnya saudariku itu? Mereka tidak memangsanyakan? Semua vampire sampah ini benar-benar menyusahkan! Aku berjalan cepat dan meraih tangan monster sialan dihadapanku ini.

KRAK

Aku berhasil mematahkan tangan vampire arogan yang kini merintih menikmati rasa sakit pada tangannya.

"Arrrggghhh..." Teruslah merintih dan tunjukkan pada mereka semua, aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Aku melihat beberapa dari mereka berusaha maju untuk menyerangku. Mungkin dalam hitungan ketiga mereka menyerang ku dan Ten berusaha untuk membantuku.

BRAK

Aku sedikit mendorong tubuh Ten dengan kekuatan tanganku dan aku menatapnya seolah aku meminta maaf kepadanya. Doyoung masih menatap ku dengan khawatir dan rasa takut yang begitu besar, aku hanya mampu menghela nafas melihat ekspresinya.

"Lakukan! Kalau perlu semua orang yang ada disini—serang aku!" Tantang ku.

"Manusia sombong!" Kata salah satu dari mereka. Dengan gerakan cepat, aku sudah berada dihadapannya mencengkram kerah baju monster itu dengan seringaianku, aku menghitung mundur sembari melihat sekeliling, akan aku lemparkan kemana monster ini? Dinding itu ku rasa cukup hanya untuk membuatnya pingsan seketika.

"Kau harus bertanggung jawab dengan ucapanmu!" ucapku sambil melemparkannya pada dinding.

BRUUGG

Dinding itu runtuh seketika dan aku melihat monster itu menggeliat kesakitan ditumpukan reruntuhan dinding yang kurasa lumayan kokoh itu.

"KAU SIAPA SEBENARNYA?" Teriak monster yang tadi sempat ku patahkan tangannya. Aku berjalan mendekatinya sambil menunjukkan senyum tersinisku.

"Kau ingin tahu siapa diriku? Sayangnya, aku juga tidak tahu siapa diriku. Jadi—jika kalian semua tidak ingin berakhir sama seperti dia—kalian harus menunjukkan dimana Sally berada, mengerti?" Ucap ku lagi namun sepertinya mereka tidak mau menyerah. Aku melihat mereka bersiap-siap untuk menyerangku, aku harus menyerang mereka terlebih dahulu. Apa yang harus kulakukan sekarang? Dan suara itu muncul lagi 'elemen udara' dan aku dengan segala kekuatan yang entah seperti sesuatu yang mendesak ingin keluar didalamnya. Aku harus mengontrol kekuatan ini, setidaknya hanya untuk membuat mereka tumbang, hanya itu Alice!

Aku melihat kedua tangan ku yang terlihat berbeda, kali ini sesuatu seperti angin yang tak kasat mata namun dapat ku rasakan keluar dari kedua tangan ku dan entah dari mana udara itu seolah berkumpul seperti bola udara. Semakin lama—semakin membesar, kemudian aku mengarahkan bola itu keatas.

"Alice!" Samar-samar aku mendengarkan suara Ten tapi maaf—aku tidak harus segera menyelesaikannya sendiri. Sally hanya memiliki ku sekarang dan aku tidak punya waktu lagi untuk berdebat dengan monster sampah ini.

BLAAAARRRR

Semua penghuni yang ada di dalam ruangan ini terdorong membentur apapun yang ada di belakang mereka tak terkecuali itu Doyoung, sementara Ten masih terduduk akibat dorongan ku tadi. Aku melihat semuanya barusaha untuk bangun sampai seseorang menepuk bahuku.

"Hentikan!" Aku menoleh dan melihat sosok tak asing dihadapanku. Taeyong? Monster yang lain lagi. Oh Tuhan, aku benar-benar lelah menghadapi monster sampah ini. Meskipun aku dapat merasakan aura membunuhnya, tapi tetap saja--aku tidak ingin memperdulikannya.

"Kau sudah membuat kekacauan disini dan kau masih mengatakan kalau aku monster sampah?" Tatapan tajamnya benar-benar menusuk dan cengkramannya pada bahuku semakin kuat. SHIT! Siapa kau? Berani mengintimidasiku?

"Aku? Kau seharusnya menunjukkan rasa hormatmu kepada kaum bangsawan seperti kami." Aku hanya tersenyum kecut. BRENGSEK! Aku lupa kalau ia bisa membaca pikiran ku dan ku rasa ia akan benar-benar membunuhku sekarang! disini! Lihatlah tatapannya yang tak lepas dariku.

"Lalu mana sopan santun kalian sebagai kaum bangsawan? Dimana saudariku!" Aku melihat mengirutkan keningnya tak mengerti. Ku rasa ia benar-benar tak tahu apa yang terjadi?

"Apa yang terjadi? Dimana Jaehyun?" Tanyanya pada sosok yang entah sejak muncul dihadapan kami. Sosok yang tadi menyambut kami dengan ekspresi yang sama. Johnny, monster itu kini berdiri disamping Taeyong dan merangkulnya.

"Kau datang? Wow...Ini benar-benar sebuah kejutan." Ucapnya seolah-olah tidak terjadi apapun disini. Sungguh, aku ingin meraih tubuhnya dan mematahkan lehernya yang selalu bergerak menyebalkan itu.

"Katakan dimana Jaehyun? Ku rasa dia harus bertanggung jawab untuk semua ini. Aku tidak mau setelah Appa dan eomma tahu tentang ini. Kau jangan coba untuk membelanya." Taeyong menatap tajam Johnny. Dengan suara bassnya itu saja sudah menandakan betapa begitu berkharismanya seorang Lee Taeyong monster sialan yang katanya dari kaum bangsawan. hm... Apa yang ku lakukan? Menyanjung sekaligus mengatainya? Dan lihatlah, tatapannya semakin menajam, ku rasa monster itu benar-benar marah sekarang.

Dari pada aku mendengarkan perdebatan konyol ini, bukankah lebih baik aku gunakan untuk mencari tahu keberadaan Sally. Aku berusaha berjalan sebelum seseorang memanggilku.

"Kau tidak boleh pergi kemana pun!" SIAL! APA KAU INGIN MATI? Dia selalu bertindak seolah dia adalah tuan ku. Menyebalkan!

"Kau tidak akan bisa membunuhku." Tatapan tajamnya masih tetap sama. Kalau ku tahu semua vampire di korea semenyebalkan dirinya, aku bersumpah tidak akan menginjakkan kakiku disini!

"AKU HARUS MENCARI SAUDARIKU, APA KAU TIDAK MENGERTI!" Aku lelah menghadapinya, menghadapi semua penghuni castil aneh ini.

"Tidak! Sebelum kau mengatakan siapa dirimu sebenarnya?" KEPARAT! Kenapa semua orang berusaha menghalangiku? Apa aku harus membunuh semua orang?

"Kendalikan dirimu gadis bodoh, apa kau tidak sadar tatapanmu itu akan membakar seisi ruangan ini?" WHAT? Apa maksudnya? Dan aku melihat arah mandangannya. APA INI? Meja itu terbakar? Oleh tatapanku? Konyol! Bagaimana bisa? Padahal aku tidak mengintruksikannya sama sekali.

"Ikut aku..." Entah sejak kapan monster ini sudah berdiri dihadapanku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Disaat semua orang menunjukkan ekspresi penuh tanya dengan rasa takutnya, namun tidak dengannya. Ia meraih tanganku tanpa takut sesuatu dapat membakarnya. Aku? Entah kenapa tak mampu menolaknya, aku masih melihat tatapan Ten yang terus menatap kepergian ku bersama Taeyong. Aku berusaha mengiriminya pesan lewat tatapan ku, agar ia tidak mengkhawatirkanku.

Kami terus berjalan melewati lorong dengan kamar yang berjajar, ornament classic memenuhi sepanjang lorong sampai ketika kami berhenti di depan sebuah pintu cukup besar. Entah didalamnya kamar atau sebuah ruangan biasa? Aku tidak mengerti. Ia tiba-tiba membalikkan padannya, menatapku serius. Wajah bak tokoh komik itu masih saja menjadi andalan monster ini dan entah kenapa? setiap ia menatapku intens seperti ini membuatku kikuk dan sialanya didalam sana--detakkannya begitu cepat! Apa ini sebenarnya?

"Apa kau tahu? Kau sudah membuat kekacauan disini." Ucapnya sambil menghela nafas dan aku menangkap ekspresi kekhawatirannya. WHAT? Tidak mungkin bukan dia mengkhawatirkanku?

"Why? Sebenarnya kau mengajakku kemana? Aku hanya ingin menemukan saudariku." Aku tidak ingin terlalu lama berada disini. Sally! Aku hanya menginginkan saudariku kembali.

"BODOH! Kau tahu? Di luar sana lebih dari 100 lebih vampire dikerahkan untuk mengepungmu. Kalau sampai keluarga bangsawan lain tahu tentang ini, akan ada perang besar antara vampire dan hunter—dan akibatnya kota ini akan kacau bahkan negara ini." Katanya sambil berbalik dan membuka pintu dihadapan kami hanya dengan gerakan matanya. Aku benar-benar dapat melihat ke khawatirannya.

"Keluarlah sampai kapan kau akan menyembunyikan gadis itu? Berhentilah bertingkah seperti anak kecil Jaehyun-ah!" Jadi mereka disini? Dan benar saja, aku melihat mereka berada dalam satu tempat tidur? Apa yang monster itu lakukan pada saudariku.

"Alice!" Oh My God, teriakan Sally membuatku bergegas mendekatinya. Tetapi ekspresi Jaehyun monster sialan itu membuatku harus menghampirinya terlebih dahulu.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA?" Aku meraih kerah bajunya dan membuat tubuhnya melayang-layang di udara. Aku masih berusaha mencari tahu keadaan Sally melalui mataku. Rambut acak-acakan dan air mata? Aku melihatnya ketakutan!

"Lihatlah, benar yang ku katakan bukan? Dia bukan manusia." Apa yang monster ini maksud?

"KAU? BRENGSEK!"

BRUGG

Aku melemparkan tubuhnya sampai membentur dinding sehingga menciptakan sebuah lubang pada dinding itu. Aku sangat tahu itu tidak akan berhasil membuatnya terluka karena dia adalah vampire original dan kaum bangsawan yang berkuasa. Haruskah aku memperdulikan semua itu? Jawabannya adalah tidak! Ia sudah membuat saudariku ketakutan dan aku tidak bisa membiarkan semua ini. Tidak akan!

"Wow kekuatanmu sungguh lumayan penyihir hitam. Ini menakjubkan, dikalangan seorang hunter seorang penyihir hitam hadir? Katakan! Apa kau sengaja menjadi penyusup atau kau memang ingin menunjukkan bahwa generasi penyihir hitam masih ada?" Lee Jaehyun, seberapa besar dia tahu tentang seorang penyihir dan tebakan tentang diriku? Kenapa semua orang mengatakan bahwa aku seorang penyihir?

"Kalau begitu, mari kita buktikan seberapa besar kekuatanmu." Aku melihat seringaian jahat darinya. Dasar MONSTER SAMPAH! Selamanya mereka akan bersikap seperti SAMPAH!

"Berhentilah kalian semua! Apa kalian tidak tahu? Kalian berdua sudah membuat kekacauan besar!" oh, aku benar-benar melupakan kehadiran satu orang monster sampah lagi. Ia masih berusaha mempertahankan sikap dinginnya tapi kali ini aku tidak mau mendengarkan perkataannya.

HENTIKAN! KU BILANG HENTIKAN! Aku mendengarkan suaranya memenuhi fikiranku. Dia berusaha mempengaruhiku...Sayangnya itu tidak bisa untuk sekarang!

"Aku hanya membantumu untuk mengetahui siapa dia hyung." Alasan konyol seorang vampire sampah! Ku pikir dia cukup pintar ternyata dia hanya sekumpulan vampire tolol.

"Berhenti terus mengumpati kami. Kau juga gadis bodoh yang tidak pernah menggunakan otakmu dengan jernih. Ku bilang BERHENTI ALICE! Sebentar lagi Appa dan Eomma akan datang, bagaimana kau bisa mengatasi ini Jaehyun-ah." Hah! Apa ini? Dia seolah-olah sedang berceramah layaknya manusia. Hah! Ini sungguh sangat konyol.

Aku berjalan mendekati Sally yang masih meringkuk ditempat tidur king size itu dan apa reaksinya, ia sedikit memundurkan tubuhnya.

"Sally ini aku Alice..." Ucapku lembut.

"Tidak! Bagaimana bisa...Alice aku tahu kau kuat tapi membantingnya? Kau-kau siapa sebenarnya?" WHAT? Sally, ada apa denganmu? Kenapa kau seperti ini? Jangan katakan kau takut dengan ku? Saudarimu sendiri?

"Sally, apa yang kau katakan?" tanyaku sambil duduk dihadapannya dan ia semakin meringkuk memeluk bantal, tak berani menatapku.

"Sally..." Lirihku dan aku begitu sedih, saudariku takut dengan ku. Semua alasan ku bertahan sampai detik ini adalah dirinya, namun kenapa? Kenapa ia takut kepadaku?

"Kau tahu bukan? Kalau kadang-kadang ini terjadi kepadaku." Sally menatapku sesaat kemudian ia menangis.

"Kenapa kalian semua membuatku takut?" Lirihnya sambil mengedarkan pandangannya kepadaku, Jaehyun dan Taeyong yang seketika membuat perasaan ku hancur.

"Sally..." Panggil ku lagi, namun ia tak mau menatap ku.

"Meskipun kau takut padaku, setidaknya aku tidak pernah berbohong kepadamu tentang jati diriku baby." BRENGSEK! Monster sialan itu berusaha untuk memprovokasi Sally.

"Siapa yang menyembunyikan jadi diri hah? Aku benar-benar tidak tahu tentang kekuatan ini." Bela ku yang membuat monster itu menyeringai puas.

"Benarkah? Kau pasti berbohong? Kau sengaja mendekati gadis ini agar kau bisa menjadikannya tumbal untuk kekuatan yang lebih besar bukan?" WHAT? Omong kosong macam apa itu?

"APA KAU GILA? BAGAIMANA BISA KAU BERFIKIR SEPERTI ITU HAH?" Sepertinya aku sudah tidak bisa tinggal diam lagi. Aku mengayunkan tanganku yang sudah berisi udara, ya aku menggunakan elemen udara dan aku ingin sedikit bermain-main dengannya.

Aku mengarahkan tanganku padanya namun Taeyong sialan ini menghalangiku.

"Jangan lakukan apapun!" Cengkraman yang sama dibahuku. Aku muak denganmu dan juga dengannya--dengan semua monster sampah ini!

"Berhenti terus memerintahku! Kau juga harus enyah." Merekalah membuat semuanya menjadi kacau dan sekarang apa? Mereka semua berusaha menyalahkanku? SIALAN!

BLAAARRR

Aku mendorong tubuhnya cukup keras hingga keluar pintu dan menciptakan beberapa lubang pada lantai. Siapapun tidak berhak memerintahku!

"Sekarang giliranmu!" Ucap ku pada Monster bernama Jaehyun itu. Ia masih saja menampakkan senyum manis yang begitu menyebalkan menurutku.

Aku menyerangnya dengan bola api kecil yang sengaja ku lemparkan kepadanya seperti permainan bola salju pada musim dingin.

BUG

BUG

BUG

Ia cukup lihai untuk menghindari serangan ku, baiklah bagaimana kalau ini. Aku akan membuat bola api yang lebih besar, kali ini apa kau bisa menghindar?

"Alice! Hentikan!" Taeyong masih saja berusaha menghentikanku dengan suara bassnya dan berusaha mempengaruhi pikiranku dengan kumpulsifnya.

"Jangan menggangguku! Kalau tidak? Aku akan menyerangmu juga!" Ancamku dan seseorang tiba-tiba muncul dihadapan ku.

"Penyihir kecil, aku tidak tahu kalau kau datang begitu cepat." Ucapnya sambil memegang kedua pundakku. Pria ini memakai tudung yang ku tahu kepalanya tidak memiliki rambut dan anehnya aku merasa lemas setelah pria ini menyentuhku. Bola apiku pun lenyap dari tangan ku.

"Endor..." Jaehyun memanggil pria dihadapanku ini dengan sebutan itu. Samar-samar aku melihatnya tersenyum kearah Jaehyun dan aku melihat sepasang orang paruh baya juga datang.

"Jadi gadis ini yang membuat kekacauan?" Suara itu, ku rasa dia adalah Tn. Lee.

"Kau yakin dia? Dia adalah gadis mungil dan cantik." Aku dapat merasakan wanita ini membelai kepalaku lembut. Kemudian ia menatap Sally. "Gadis Blood sacred yang malang? Ku rasa mereka berdua sudah melalui banyak hal bersama, Jaehyun-ah berhenti berbuat ulah nak."

"Appa, dia adalah penyihir hitam. Dia berbahaya Eomma." Pandangan ku semakin kabur saja. Bahkan untuk lepas dari pria ini aku tidak bisa.

"Endor...Jangan sampai kau melukainya! Aku akan menghukummu jika kau melakukan itu." Apa yang sebenarnya monster Taeyong sialan itu katakan? Apa dia berusaha membelaku?

"Jangan lukai Alice ku mohon, dia hanya berusaha melindungiku." Sally, setidaknya aku dapat mendengarkan suaranya itu sudah cukup melegakan. Jika pada akhirnya perjuanganku berhenti disini tidak apa-apa. Aku berharap Sally bisa selamat dan menjalani kehidupannya dengan tenang.

Alice pov end

Pada akhirnya Alice jatuh pada pelukan Endor, seorang pria penyihir yang sudah hidup ribuan tahun lamanya untuk mengabdi pada keluarga Lee.

"Aku hanya bisa melakukan ini tuan. Aku tidak percaya bahwa generasi penyihir hitam masih ada dan jika kita tidak segera menyegel kekuatannya--dia akan benar-benar mengacaukan semuanya. Gadis ini masih sangat lemah, dia harus belajar bagaimana caranya mengendalikan kekuatannya dan itu butuh waktu yang lama." Ucap Endor cukup panjang.

Tn. Lee hanya mampu menghela nafas sambil memandangi bergiliran Alice yang telah pingsan, Sally yang masih meringkuk ketakutan dan Jaehyun beserta Taeyong.

"Bawa gadis itu keruangan bawah dan segel tempat itu dan gadis itu...Tinggalkan dia sendiri, sangat berbahaya jika dia berkeliaran di luar dan pastikan berita penyerangan ini tidak menyebar kemana pun. Aku akan membicarakan ini dengan pemimpin Hunter." Kemudian Tn. Lee menatap tajam kedua putranya.

"Nanti, aku akan berbicara dengan kalian berdua, terutama kau Jaehyun." Kata Tn. Lee penuh penekanan. Pria paruh baya itu pun pergi dengan di iringi Endor yang membawa serta Alice bersamanya.

"Appa tidak akan melukainya kan?" Teriak Taeyong namun Tn. Lee tidak menjawab pertanyaan anaknya itu membuat Taeyong terlihat marah dan cemas.

"Ini semua salahmu! Kau harus bertanggung jawab. Jaga gadis itu!." Ucapnya kepada Jaehyun sambil berjalan.

"Hyung, semua ini demi..." Ucapnya terputus ketika Taeyong tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya dengan melingkarkan tangannya pada leher Jaehyun. Taeyong berusaha mencekik saudaranya itu.

"Berhenti mengatakan itu! Aku tidak pernah memintamu melakukannya, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu jika sampai terjadi sesuatu kepadanya, encamkan itu!" Ancam Taeyong, namun Jaehyun tidak merasa tersinggung sedikit pun. Ia hanya tertawa melihat kepergian Taeyong.

"Kau mulai menyukainya hyung." Gumamnya dan kini pandangannya teralih pada sosok Sally yang masih berada di tempat yang sama. Jaehyun menghela nafas sebelum akhirnya mendekati gadis itu.

-Tbc-

Bagaimana? Apa masih ada yang menunggu ff abal-abal ini? entah feelnya tambah dapat atau enggak :V kalau kalian suka tulung votenya biar ku tambah semangat ngelanjutinnya dan komentarnya juga ya...Gumawo ^_^


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top