Chapter 24
Taeyong masih berusaha untuk mempertahankan perisai yang menyelimuti castil, disatu sisi ia harus melawan beberapa penyihir dan vampire.
Taeyong mengerahkan seluruh kekuatannya mulai dari menghantam badai yang di buat Saffira.
"Kau lumayan juga menghalau badai ku. Bagaimana jika ku tambah dengan sedikit kemercik api?" Kata Seffira dengan senyum liciknya.
Taeyong hanya menanggapinya dengan sedikit senyum dan dengan segera ia melepaskan badai yang sama, lebih besar dan lebih pekat diiringi kilatan cahaya petir didalamnya.
"Bagaimana dengan ini? Apa kau bisa menakhlukannya?" Kata Taeyong dengan datar. Tanpa banyak yang tahu, Taeyong dan Alice melatih diri mereka sampai ke level membuat sebuah badai hitam dengan mencampurkan semua elemen hanya saja, badai yang dibuat Taeyong kali ini tidak sebegitu bahaya. Ia tak bisa melakukannya karena kekuatannya sudah terkuras banyak tapi itu cukup untuk melumpuhkan penyihir setaraf Seffira.
Saffira membelalak dengan ekspresi terkejutnya. Ia tak menyangka setelah serangannya bertubi-tubu Taeyong masih memiliki kekuatan sebesar ini.
"Kau! Bagaimana bisa?" Gumamnya dengan berusaha menahan serangan Taeyong tapi ia tidak bisa terlalu lama untuk menahannya sampai tubuhnya terpental cukup jauh.
BLEEENNDUUUMM
Seketika badai itu lenyap bersama dengan tergeletaknya Sheffira. Taeyong terlihat menghela nafas. Ia terlihat kelelahan.
"Sekarang giliran ku!" Seseorang melompat dari atas pohon hendak menghantam Taeyong dengan sigap pria itu menghindar melakukan teleport tapi jangan meremehkan vampire pria yang menyerangnya ini. Kecepatan serangannya tak bisa dianggap remeh, Taeyong terkena pukulan beberapa kali.
Buak
Pukulan cukup keras hingga kepala Taeyong terpelanting dan meninggalkan jejak pada sudut bibir Taeyong. Darah segar keluar begitu saja membuat Taeyong sedikit meringis kesakitan.
"Kau lumayan juga." Guman Taeyong yang kini melayang dan mempersiapkan tinjunya pada pria itu.
"Kali ini, biarkan aku menggunakan insting vampire ku, semoga kau bisa menerimanya." Ucap Taeyong yang kini menghantamkan pukulan bertubi-tubinya pada pria itu.
Buak...Buak...Buak...Buak
Daaaasss
Tubuh pria itu terdorong diatas tanah sampai membentur beberapa pohon membuatnya tergeletak. Nafas Taeyong semakin memburu, kelelahan teramat iya rasakan saat ini.
Mungkin Taeyong berfikir ini sudah berakhir? Tapi nyatanya tidak? Seseorang yang memakai juba hitam dengan hodie tersebut sudah berdiri dihadapannya meskipun matanya tak jelas tapi Taeyong dapat menangkap seringaian itu dari sudut bibirnya.
"Apa kau pernah dengar sebuah stunami besar?" Taeyong diam tak menjawab.
"Ah, kau sama sekali tak asyik diajak untuk mengobrol." Keluh pria itu.
"Bagaiman dengan ini?" Pria itu mulai mengeluarkan beberapa semburan air dari tangannya. Menembakkannya pada tubuh Taeyong, itu bukan air biasa tapi air yang dapat membuat seluruh tubuhnya sakit.
Taeyong berusaha untuk menghindarinya semampunya dan tiba-tiba pria itu menghentikannya.
Menyeringai melihat Taeyong yang terlihat kelelahan.
"Hahaha...Jangan memaksakan dirimu anak muda!" Suara tawanya begitu nyaring membuat Taeyong begitu kesal sampai menimbulkan angin yang begitu kencang menyerang pria itu.
"Kau menyerang ku disaat aku lengah anak muda? Kau curang sekali!" Kata pria itu sambil terkekeh.
Ia nampak serius dengan menggerak-gerakkan tangannya, kali ini sebuah air bah datang menggulung-ngulung lebih dari 2 meter, terkesan lebih mengerikan dari gulungan Stzunami.
"Bagaimana dengan ini nak, hahaha..." Dengan tawa yang menggelegar di barengi dengan gemuruh suara air yang terdengar mengerikan.
Taeyong membentengi dirinya dengan sebuah perisai kuat, membuat air bah itu tak dapat menyentuh kulitnya tapi itu tak bisa lama saat air bah itu menunjukkan pemberontakannya yang kuat.
BLEERDDDAAAASSSS
Perisai Taeyong pecah dan dalam persekian detik Taeyong menghilang namun sempat air itu mengenai dirinya. Rasa nyeri tiba-tiba menjalar di tubuhnya yang kini masih melayang-layang di udara.
"Apa kau merasakan nyeri itu...wkwkwk." Tawa penyihir laki-laki itu menggema.
"Kau sangat licik pak tua." Cibir Taeyong.
"Kau tidak tau? Aku bisa melakukan apapun untuk sebuah kemenangan! Haha..." Katanya dengan tawanya yang tak pernah lepas.
Taeyong berusaha untuk fokus dan tiba-tiba akar pohon muncul dari tanah dan meliliti pria penyihir itu.
"Memanfaatkan elemen tanah? Wah, rupanya kau menguasai semuanya anak muda." Kata pria itu dengan santai seolah ia tak merasa khawatir dengan serangan Taeyong yang ini. Saat Taeyong nampak terheran sesuatu terjadi.
BLEEEDDUUUMMM
Serangan dari arah lain menghempaskan tubuh Taeyong, membuat jatuh di atas tanah. Taeyong mengalami luka cukup parah dan tak sanggup lagi menahan perisai yang ia buat untuk castil. Pria itu menyeringai menyaksikan apa yang telah terjadi dan akar pohon yang melilitnya segera terurai dan menghilang.
"YONG!" Jerit Alice dapat terdengar jelas. Membuat semua orang yang masih shock merasa kaget. Taeyong ingin bertelepati dengan Alice, ingin menenangkan wanitanya tapi Taeyong tak sanggup, energinya terkuras habis.
"Kalian semua akan membayar untuk ini!" Suara Alice terus menggema menjadi tontonan kedua kubu. Bahkan saat Alice semakin memperkuat kepalan tangannya yang menunjukkan asap hitam itu semakin menghimpit Ten menjadi lebih kecil dan akan menghilang.
"CHITTAPON!!!" Jerit Tiffany yang kini berusaha mengerahkan tangannya masuk kedalam asap hitam tersebut tapi syihirnya tak mampu menembusnya dan Ten lenyap bersama asap hitam itu.
"Sekarang giliranmu eomma!" Ucap Alice dengan seringaiannya. Semuanya terdiam menyaksikan beradu dua kekuatan besar.
"JANGAN TERLALU SOMBONG! KALI INI AKU TIDAK AKAN MEMBERI KESEMPATAN UNTUK MU HIDUP!" Jerit Tiffany yang seketika api mulai menyambar-nyambar dari tangannya dan apa yang dilakukan Alice? Ia hanya tertawa.
"Hahaha...Kau sudah sangat tua untuk bersikap sombong eomma." Ucap Sinb.
Meskipun Tiffany sudah mengeluarkan api ditangannya tapi wanita tua itu tak lantas menyerang Alice, ia nampak berfikir dan menunggu? Apa yang akan dilakukan putrinya ini selanjutnya sembari ia tetap waspada. Sementara Alice? Menurunkan Jeno, memberikannya pada Jaehyun, pria itu mengangguk dengan yakin meskipun ia tak mampu membaca fikiran seperti Taeyong setidaknya ia sedikit mengerti dengan kebimbangan Alice ketika menatapnya saat ini. Jaehyun pun mengangguk seolah mengizinkan Alice melakukan apapun bahkan jika menghancurkan castil sekalipun dan disinilah Alice dengan tekat yang telah bulat.
"Mari bertarung dengan benar eomma." Guman Alice dengan seringaiannya.
Gumpalan asap hitam turun dari langit dengan bergerombol membuat langit begitu pekat dan kilatan petir semakin menjadi-jadi. Seperti hendak menyerang bumi dengan sambaran darinya.
"Apa yang kau lakukan?" Tiffany nampak begitu panik. Entah sadar atau tidak? Wanita tua itu mulai mengerti apa yang akan di lakukan putrinya.
"Wae? Kau mulai takut?" Alice merasa cukup puas dengan ekspresi ketakutan untuk pertama kalinya Tiffany tunjukan.
"TIDAK! Alice kau tidak boleh melakukannya! Kau akan menghancurkan semuanya kalau kau tidak bisa menggendalikannya!" Pekik Tiffany kali ini bahkan wanita tua itu bergetaran tubuhnya. Ia tidak habis pikir, Alice mampu menguasainya! Menguasai sesuatu yang seharusnya sangat sulit untuk di kuasai yaitu puncak dari segala kekuatan penyihir hitam yang melegenda yaitu penguasaan alam semesta dengan kekuatan hitam 'Mastery of black' menurut kebanyakan penyihir ini hanya sebuah dongeng yang melegenda tapi, pendapat itu adalah kebohongan besar dengan adanya Alice yang mampu menguasainya.
"SIALAN! Ini? Penguasaan hitam yang mengerikan itu?" Pria penyihir yang bertarung dengan Taeyong dibuat menganga tak percaya.
"Tidak! Ini tidak boleh terjadi, dia akan menghancurkan semuanya. Kita harus segera pergi dari sini." Pria itu segera meraih tubuh Shaffira yang tergeletak tak sadarkan diri dan memerintahkan beberapa pengikutnya untuk segera pergi.
"Hahaha...Kau pikir aku peduli? Jawabannya adalah tidak!" Wajah Alice mengeras bersamaan dengan kilat-kilat yang menyambar.
BLEEDDAARRR
"AARRGHHH" Jeritan beberapa yang terkena sambaran petir.
DRAAAT
BLEEDDAARRR
"AAAHHHH..." Kini dari arah yang lain.
"AAAAHHHHHHHH." Suara teriakan itu benar-benar menyakitkan.
DRAAAT
"ALICE HENTIKAN!" Pekik Tiffany.
"Why? Aku hanya membiarkan petir itu menyambar seorang pecundang seperti kalian yang menyerang kami dengan berkelompok. Sangat pengecut!" Cibir Alice yang kini menjulurkan tangannya dan kali ini ia bisa memainkan tanah membuatnya berterbangan dan menggulung menjadi beberapa bagian dan memencar kesegala arah. Terasa kuat, texturenya hampir mirip dengan bebatuan.
DUASSS
Suara itulah yang akan muncul kita mengenai tubuh seseorang.
"Sekarang giliran eomma..." Alice memainkan awan pekat hitam yang turun dari langit menggulung tepat diatas Tiffany kemudian baik Tiffany atau siapapun tidak dapat menduga serangan tiba-tiba darinya.
Awan itu berarak turun, tepat diatas tubuh Tiffany, saat Tiffany berusaha untuk menghindar? Sesuatu menyambarnya petir yang muncul dari awan tersebut.
BLEDAAARRR
Petir itu beradu dengan perisai yang tiba-tiba saja Tiffany buat. Alice tersenyum melihat Tiffany kewalahan.
Untuk sementara, Alice membiarkan Tiffany sibuk dengan awan dan petir itu. Pandangan Alice kini beralih pada sosok Taeyong yang kini tergeletak. Ia turun dan meraih tubuh Taeyong memeluknya.
"Yong..." Lirih Alice dan Taeyong yang masih tetap sadar menggerakkan tangan lemahnya untuk membelai rambut istrinya.
"Aku tidak apa-apa. Kau harus menyelesaikan semuanya dengan benar. Jangan sampai kau kehilangan kendalimu. Jika itu memungkinkan bantulah Endor dan Doyoung." Meskipun tubuh Taeyong lemah, ia masih bisa menggunakan sedikit energinya untuk membaca fikiran beberapa orang seperti biasanya.
"Baiklah, aku akan melakukannya tapi sebelum itu terima ini..." Alice menyalurkan energinya dengan mencium Taeyong.
"Alice..." Taeyong hendak menolak tapi Alice melumat bibir Taeyong dan menggigitnya dengan air mata yang terus mengalir.
Kemudian Alice melepaskannya saat Taeyong terlihat lebih baik. Mereka saling berpandangan dengan sedih.
"Pergilah..." Pinta Taeyong yang membuat Alice memeluknya kembali.
"Kau harus kembali, apapun yang terjadi." Kali ini giliran Taeyong yang mengatakan itu kepadanya.
"Iya, aku akan kembali. Tunggu aku!" Kata Alice dengan yakin dan setelah itu, Alice menghilang.
"Berkumpulan bersama keluargamu." Saran Alice yang kini merangkul Taeyong dan menghilang bersamanya.
Tiffany masih saja menangani petir yang terus menyerangnya. Untuk menghentikan petir itu? Setidaknya Tiffany harus melenyapkan gumpalan-gumpalan awan hitam yang terus bertengger dikepalanya bukan? Tapi bagaimana caranya? Tiffany nampak berfikir cukup keras.
Kini Alice dan Taeyong sudah berada dihadapan Jaehyun, Tn. Lee beserta Ny. Lee yang terlihat sekarat.
"Bagaimana?" Tanya Taeyong dengan cemas yang kini memegang tangan eommanya.
"Sally, kau dimana?" Alice memanggil Sally dan beberapa saat gadis itu muncul beserta paman Alice.
"Lakukan sesuatu pada eomma!" Perintah Alice, segera Sally menggenggam tangan Ny. Lee.
"Semua akan baik-baik saja. Sekarang pergilah!" Pinta Taeyong dan Alice dengan wajah cemasnya segera menghilang.
Kini Alice tengah berada di luar castil dengan menjumpai ratusan pasukan vampire beserta hunter tergeletak. Tak ada satupun yang tersisa disini nampakna, Alice memeperhatikan satu persatu, untuk memastikan adakah Doyoung disana? Dan mata Alice melebar ketika menatap sosok Doyoung duduk bersandar pada sebuah pohon.
"Doyoung...." Lirih Alice yang kini sudah berada dihadapan Doyoung. Pria itu tersenyum yang hampir mirip dengan ringisan karena ia menahan rasa sakit pada bagian kakinya dengan sebuah pasak yang menancap disana.
"Sorry..." Lanjut Alice dengan air mata yang jatuh.
"Aku baik-baik saja, kenapa kau menangis." Alice benar-benar menangisi saudaranya ini. Doyoung harus terluka karena dirinya dan untuk menyelematkan keluarganya. Begitu banyak pengorbanan yang Doyoung lakukan tapi sampai detik ini Alice tak mampu membalasnya, malahan ia mengakibatkan Doyoung yang akan menjadi penerus keluarganya ini terluka cukup parah.
"Aku akan menyuruh Sally untuk menyembuhkanmu." Kata Alice yang kini membantu Doyoung berdiri dan menghilang begitu saja.
Kemudian mereka muncul dihadapan keluarga Lee yang kini telah mengungsi ketempat yang lebih aman. Ny. Lee kini sedang beristirahat ditempat tidur, sepertinya Sally berhasil menyelamatkan nyawanya. Taeyong datang menghampiri Alice, membantunya membawa Doyoung.
"Doyoung..." Panggil Tn. Kim yang terlihat panik.
"Aku baik-baik saja Appa." Kata Doyoung yang kini duduk di kursi.
"Sally, bisakah kau melakukannya sekali lagi?" Mohon Alice.
"Baiklah tapi apakah semuanya sudah berakhir?" Tanya Sally dengan cemas dan Alice menanggapinya dengan gelengan kepala.
"Aku belum menemukan Endor." Jawab Alice membuat Tn. Lee terlihat sedih.
"Kau tak perlu mencarinya lagi." Kata Tn. Lee
"Tapi Appa..."
"Tidak Yong, ia sudah pergi. Tidak akan pernah kembali lagi." Tn. Lee menitihkan air matanya, bagaimana tidak? Endor adalah penyihir tersetianya yang mengikuinya selama ratusan tahun. Melindungi dirinya dan keluarganya setiap saat.
"Tidak! Aku akan mencarinya sendiri!" Kukuh Taeyong dan Alice menghalanginya.
"Mungkin saat itu ia berpamitan denganmu. Percayalah Yong, seorang penyihir akan lenyap begitu saja jika ia telah binasa." Taeyong seketika terduduk lemas, sedih karena Endor adalah salah satu orang terpenting dalam hidupnya. Endor mengajarkan banyak hal kepadanya, seperti seorang paman untuknya dan Alice tak sanggup melihat kesedihan Taeyong yang kini memeluk pria yang begitu ia cintai itu.
"ALICE DIMANA KAU?" Suara Tiffany menggema diseluruh penjuru.
"Wanita tua itu berhasil keluar dari syihirku. Aku harus pergi, sekarang tugasmu untuk menjaga tempat ini." Kata Alice dan Taeyong mengangguk mengerti.
"Jaehyun, jaga Jeno. Wanita itu membutuhkan Jeno tapi sekarang aku tidak tau apakah sekarang ia masih membutuhkannya? Karena aku sudah melenyapkan Ten. Ku pikir semua komplotan yang ia bawa sudah tidak ada lagi ditempat ini. Tentu itu hanya perkiraan ku, kalian semua harus tetap waspada!" Kata Alice memperingatkan mereka semua.
Kemudian gadis itu menghilang dan muncul lagi diluar Castil, di tempat Tiffany menunggunya dengan amarah yang memunjak.
BLENDUUUMMM
Tiffany segera menyerang Alice dengan dentuman udara yang keras. Beberapa detik saja Alice tidak segera menghindar, mungkin tubuhnya akan terbental sampai beberapa kilo meter.
"Kau harus mati, agar aku tenang melepaskan Chittapon ku." Guman Tiffany yang mampu Alice dengar yang seketika membuat gadis itu tersenyum getir.
"Kau tau? Bahkan singa saja tau bagaimana cara melindungi anak-anaknya. Tapi kau? Lebih buruk dari binatang!" Umpat Alice yang membuat Tiffany benar-benar marah.
"KAU!" Badai datang menggulung-gulung berusaha mengejar Alice yang terus berteleport kesana-kemari. Badai itu menyapu semuanya yang telah rusak tapi ketika badai itu hampir mengenai Castil, Alice segera menghalaunya.
"Ku pikir dengan kematiannya kau akan sedikit merenung, sehingga aku membiarkanmu hidup sedikit lebih lama." Ungkap Alice ketika ia membiarkan Tiffany terperangkap dalam gumpalan awan hitam tadi.
"Hahaha...Apa kau masih berharap aku mengakuimu sebagai anak ku? Apa kau bercanda? Sudah ku katakan berulang kali kepadamu, aku hanya memiliki satu anak yaitu Chittapon yang telah kau bunuh! Kau, hanya sesuatu yang ku ciptakan." Sudah ribuan kali wanita itu terus mengulang hal yang sama, membuat Alice merasa tak berharga.
"Ya, aku tau. Bagus kau mengatakannya bahwa aku adalah sesuatu yang kau ciptakan. Jadi, bagaimana jika sesuatu yang kau ciptakan ini membinasakan yang menciptakannya? Bukankah itu sebuah penghargaan?" Seperti biasa, Sinb menunjukkan seringaiannya untuk menutupi segala bentuk kesedihannya yang bercampur aduk.
"Lakukan saja karena aku juga tidak akan membiarkanmu hidup!" Ancam Tiffany yang kini mengerahkan ratusan bola api menerjang Alice dan sekali lagi Alice harus berteleport kesana kemari untuk menghindar dari bola api itu.
"Apa kau tak mengerti juga? Ini tidak akan berarti apa-apa bagiku!" Geram Alice yang sepertinya sudah habis kesabarannya.
"Lalu? Apa kau akan mengeluarkannya lagi? Penguasaan hitam itu?" Kenapa Tiffany tiba-tiba bertanya seperti itu? Membuat Alice bingung.
"Why? Apa kau sangat ingin mati dengan itu?" Tanya Alice.
"Kau terlalu sombong anak kecil." Sebuah suara tiba-tiba masuk diantara pertarungan mereka berdua. Membuat baik Tiffany dan Alice mengedarkan matanya untuk mencari sosok yang mengganggu pertarungannya itu.
"Suamiku..." Pekik Tiffany yang terkejut melihat Nickhun sudah berdiri disampingnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Tiffany yang mulai merasa cemas.
"Aku? Tentu saja membantumu. Aku tidak akan membiarkan anak kecil ini membunuhmu, cukup sudah semuanya. Bahkan dia telah membunuh putra ku yang berharga!" Nickhun memandang tajam Alice yang hanya menanggapinya dengan seringaian.
"Ayo satukan kekuatan!" Ajak Nickhun dan Tiffany segera menangguk.
Mereka segera menyatukan kekuatan mereka dan badai kembali datang kali ini disertai kilat dan guntur, bahkan bumi nampak bergetar. Alice terbelalak tak menyangka bahwa mereka bisa menyatukan kekuatan dan membuat hal semacam ini.
"Kau tidak akan bisa lari lagi!" Kata Nickhun.
"Kau harus mati!" Tiffany berteriak.
Alice terdiam, berusaha membaca situasi sampai suara Taeyong mengusiknya.
"Alice! Mereka menyerang kita. Aku tidak bisa menyelamatkan Appa, Eomma beserta paman mu! Mereka mengorbankan diri mereka untuk menyelamatkan kami."
"Apa? Aku akan membalasnya dua kali lipat dari ini."
"Kalian sungguh licik! Kalian menyerang dari belakang." Geram Alice.
"Kau harus membayar semua yang telah kau hancurkan nak! Seperti itulah cara hidup di dunia ini!" Pekik Nickhun.
"Benarkah? Ayo kita bertarung sampai mati!" Kata Alice dengan amarah yang memuncak, bahkan mungkin saat ini ia telah lepas kendali dan segera awan hitam berarak muncul kembali dengan serbuan kilat yang menyambar-nyambar. Tanah dan batu yang melayang-layang berhamburan bahkan gemuruh air bah muncul entah dari mana bagai serangan tsunami. Bahkan kobaran api nampak keluar dari tangan Alice, menyala-nyala.
Nampaknya gadis itu menyatukan semua elemen, anehnya meskipun semua elemen itu menjadi satu tak lantas saling mematahkan seperti antara air dan api. Semuanya melebur menjadi satu dengan wujud hitam yang kini mengelilingi tubuh Alice, menutupnya rapat sehingga siapapun tak bisa melihatnya.
"Kita serang sekarang!" Perintah Nickhun dan Tiffany mengangguk mengerti.
Sebuah bola besar yang hasilkan dari dua menyatuan kekuatan, berputar-putar seperti bumi yang memutari porosnya, melesat dan mencoba untuk menerobos masuk kedalam kungkuhan hitam yang menyelimuti Alice tapi nampaknya tak cukup kuat hingga bola besar itu meledak sebelum menyusup kedalam.
BLEEEEDDDDUUUUAAAARRRR
Suaranya begitu keras seperti sebuah meteor jatuh ke dasar bumi. Membuat getaran untuk beberapa saat.
"Bagaimana bisa?" Nickhun dengan nafas tersengal-sengalnya memandang kungkuhan hitam yang masih menyelimuti Alice membuat gadis itu tak nampak.
"Itu adalah level tertinggi dari syihir hitam. Penguasaan hitam." Terang Tiffany yang membuat Nickhun menganga.
"Kau tidak bercanda kan?" Nickhun masih tak mempercayai perkataan istrinya.
"Tidak, itu benar. Dia akan benar-benar menghancurkan semuanya. Cih, aku menginginkan kekuatan itu tapi malah setan kecil itu yang mendapatkannya." Tiffany tersenyum getir dan Nickhun menatapnya dengan cemas.
"Kita akan berakhir sekarang!" Kata Tiffany saat kungkuhan hitam itu terbuka dan memperlihatkan Alice dengan ekspresi dinginnya.
"Kau benar ini akan berakhir." Alice menggerak-gerakkan tangannya dan benda kumpulan dari elemen-elemen itu bergerak mengikuti instruksi Alice yang mengerahkan tangannya kedepan. Seketika benda itu melesat kedepan menerjang apapun dihadapannya.
Tiffany dan Nickhun berusaha menghindar tapi benda hitam kenyal nan lentur itu lebih cepat melesat seperti seekor naga meliuk-liuk membuat mereka kewalahan dan akhirnya Nickhun terhisap kedalamnya.
"SUAMIKU!" Teriak Tiffany.
"Istriku!" Teriakan terakhir Nickhun saat tubuhnya kini sudah tertelan oleh benda hitam itu.
"Sekarang giliranmu!" Alice menyeringai dan benda hitam itu mulai mengejar Tiffany lagi sementara Alice memainkan tangannya, mengendalikan sepenuhnya benda hitam itu.
"Arrggghhhhh....Aku akan menunggumu di neraka Alice!" Teriak Tiffany yang membuat Alice terbahak.
"Hahaha...Iblis sepertimu bagaimana kau bisa percaya dengan neraka?" Tawanya dan Tiffany telah lenyap hanya ada benda hitam itu yang masih meliuk-liuk disana.
"Alice hentikan!"
Taeyong berusaha memasukin pikiran Alice.
"Tidak sebelum aku membinasakan semuanya!"
Alice telah lepas kendali dan sepenuhnya di kuasai oleh syihir penguasaan hitam itu.
"Alice ku mohon!"
Taeyong terus berusaha menyadarkan Alice.
"Diam kau! Ini belum berakhir dan berhenti terus berbicara kepadaku atau aku akan membunuhmu!"
Ancam Alice membuat Taeyong mau tidak mau harus menampakkan dirinya dihadapan Alice.
"Aku mau menghalangiku?" Tanya Alice dengan tatapan membunuhnya. Semua yang tersisa Sally, Jaehyun dengan Jeno digendongannya dan Doyoung terlihat cemas melihat perubahan Alice yang tak lagi mengenali dirinya.
"Ya, hentikan semuanya. Mereka sudah pergi, tidak ada yang akan mengganggu kita lagi. Lihatlah benda hitam ini telah membuat beberapa pasukan kita mati terhidap." Terang Taeyong dan Alice terlihat nampak berfikir tapi pandangannya tak lepas dari Taeyong.
Tanpa Taeyong dan semua orang duga, Alice menghilang dan berdiri tepat dihadapan Taeyong, mencekik leher Taeyong tiba-tiba. Ya, kali ini Alice benar-benar kehilangan kendalinya.
"Alice jangan!" Sally memekik.
"Tidak, hentikan Alice!" Bahkan Doyoung pun berusaha menghentikannya.
"ALICE! AKU AKAN MEMBUNUHMU KALAU KAU MELAKUKAN ITU KEPADA HYUNG KU!" Teriak keras Jaehyun membuat mata Alice yang bersinar kehitaman kini teralih kepadanya dan sesuatu terjadi.
Jeno tiba-tiba melayang.
"Apa ini? JENO!" Jaehyun berusaha meraih tubuh Jeno yang melayang-layang. Bahkan Sally dan Doyoung juga membantunya.
"Apa yang kau lakukan? Kau berniat membunuh bayi itu?" Tanya Taeyong yang seketika membuat Alice menoleh.
"Untuk apa? Dia hanya sebongkah daging lemah!" Sinis Alice.
"Lalu bagaimana ia bisa terbang?" Taeyong pikir, Alice yang melakukannya tapi nyatanya tidak.
"Mungkin dia ingin aku membunuh bayinya, dengan senang hati aku akan melakukannya!" Alice melepaskan cengkraman tangannya pada leher Taeyong dan kini lebij memilih Jeno yang melayang mendekatinya.
"ALICE TIDAK!" Sally berteriak.
"ALICE JANGAN!" Doyoung pun terus berteriak.
Bahkan Jaehyun hendak melompat tapi Alice segera menyerangnya dengan dentuman udara.
BLEDUUMM
Tubuh Jaehyun terhempas untung saja dia tidak terjatuh kedalam benda hitam kenyal dan lentur itu.
Kini Jeno berada di gendongan Alice dan seketika sebuah cahaya mengelilingi tubuh Jeno dan menjalar ketubuh Alice membuat berlahan-lahan tampilan Alice berangsur normal dan bendsahitam, kenyal nan lentur itu segera lenyap.
Alice terlihat termenung sambil memandangi Jeno, kemudian matanya menutup dan tubuhnya oleng hampir saja Jeno terjatuh kalau saja Taeyong tidak segera menangkapnya bersamaan dengan tubuh Alice yang pingsan.
"Kau melakukannya dengan baik Jeno." Puji Taeyong sementara baik Sally, Doyoung dan Jaehyun terheran-heran tak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya.
-Tbc-
Akhirnya ini segera gua selesain 😂😂😂
Mungkin chapter selanjutnya END 😂😂😂
Suka baca ff ini nggak? Kalau suka FOLLOW DUNK! 😬 Pasti di FOLLBACK KOK 😂😂😂
VOTE HARUS 😬
KOMEN APA LAGI! 😅😅
JAN LUPA BUAT BACA CERITA KU YANG LAIN YA 😆😆😆
THANKS BUAT KALIAN YANG MAU BACA CERITA ABAL-ABAL KU INI 😂
SEKIAN TERIMA COGAN
Wkwkwk ini nih cogan di Dangerous Sister kegans yang haqiqi 😍😍😍
Cerita abal-abal ku nih 😂😂😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top