Chapter 22

Masih terlalu pagi tapi suara tangisan bayi sudah memenuhi castil. Siapa lagi kalau bukan Lee Jeno, bayi humpire yang baru bangun dari tidurnya dan menangis karena lapar. Sally yang awalnya masih terlelap kini mulai menggendongnya dan menyusui bayi kecil itu.

"Semalam dia sudah menghabiskan 5 liter susu sapi." Jaehyun pun yang tak tahan dengan tangisan Jeno segera bangun dan menghampiri mereka berdua.

"Apa kita membutuhkan darah kelinci?" Tanya Sally sementara Jaehyun yang masih lesu mengucek-ngucek matanya.

"Aku akan menyuruh mereka untuk menyiapkannya." Jaehyun segera melangkah meninggalkan Sally beserta Jeno sendirian.

"Kau harus menahan laparmu...Dad sedang memcarikanmu makanan." Sally berbicara pada Jeno kecil yang kini diam seolah berusaha mendengarkan ucapan Sally.

"Sally..." Panggil seseorang yang tak lain adalah Ny. Lee disusul sosok Tn. Lee berjalan di belakangnya.

Sally terdiam memandang mereka berdua tak percaya sementara Jeno seketika diam dan tersenyum-senyum sendiri.

"Bagaimana kalian kemari?" Tanya Sally gugup.

"Ah, kami sampai semalam untuk menghindari kecurigaan mereka." Jawab Ny. Lee yang kini telah mengambil alih Jeno dari tangan Sally tanpa ragu atau pun ketakutan sementara Tn. Lee serius memandang bayi humpire itu.

"Ah dia tampan sekali. Matanya sama sepertimu dan bibirnya sangat mirip dengan Jaehyun. Ah ku pikir ketampanan Taeyong sudah terpatahkan. Siapa namanya?" Ny. Lee begitu membanggakan cucu pertamanya ini.

"Lee Jeno." Jawab Sally dengan ekspresi sedikit terharu. Terharu karena akhirnya mereka bisa menerima Jeno.

"Nama yang bagus. Dia akan menjadi pangeran kecil kami mulai dari sekarang." Ucap Ny. Lee memandang bahagia Jeno yang terus mengembangkan senyumnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tn. Lee mulai membuka suaranya dan wajah tegangnya berangsur melunak.

"Sangat baik." Jawab Sally dengan canggung yang seketika membuat Tn. Lee merasa bersalah--bersalah karena ia langsung memutuskan untuk menyuruhnya pergi dari kehidupan anaknya.

"Maafkan kami, kami begitu sangat ketakutan karena hal ini pernah terjadi dulu. Klan kami hampir hancur tapi aku semua terselamatkan ketika gadis itu mati begitu saja." Terang Tn. Lee membuat Sally tersenyum.

"Tidak apa-apa. Aku dapat mengerti itu." Jawab Sally yang terlihat lebih dewasa.

"Kami datang kemari, bukan hanya untuk melihat pangeran kecil ini." Ny. Lee mulai berkata dengan serius dan keturutan di dahinya mulai nampak jelas. Entah sudah berapa abad yang ia lalui? Tapi meskipun begitu, ia masih terlihat begitu cantik dan anggun di usianya yang tak muda lagi ini.

"Kami juga menyiapkan beberapa upacara untuk pernikahan kalian." Tn. Lee melanjutkan perkataan Ny. Lee membuat Sally cukup terkejut dan tak menyangka hal membahagiakan ini akan terjadi.

"Apa? Kalian ingin menikahkan kami?" Seru Jaehyun yanh kini sudah berada ditengah-tengah mereka dengan membawa sebotol besar darah segar.

"Jaehyun sayang, eomma merindukanmu!" Ny. Lee segera memeluk putra keduanya ini bersamaan dengan Jeno yang masih ia gendong.

"Apa itu nak?" Tanya Ny. Lee ketika sorot matanya menangkap sesuatu yang sering kali menjadi santapannya.

"Darah kelinci eomma." Jawab Jaehyun.

"Kau memberikannya darah kelinci?" Tn. Lee berusaha memperjelas apa yang baru saja ia dengar.

"Iya, aboji." Jawab Jaehyun yang entah kenapa terlihat tegang. Ia tak pernah melepaskan pandangannya dari Tn. Lee karena Jaehyun masih ragu bahwa keluarganya ini bisa menerima anaknya dengan segala kelebihan dan kekuarangan yang di miliki Jeno.

"Ku pikir bahkan kalian lebih siap dari Taeyong saat itu." Puji Ny. Lee yang membuat keduanya saling melirik dan tersenyum lega.

"Iya, kau mengajarinya mulai dari kecil untuk vegetarian bukan?" Tanya Tn. Lee dengan ekspresi kagumnya dan Jaehyun mengangguk dengan yakin.

"Bagus, ku pikir aku harus mendukung kalian. Mulai sekarang, kami yang akan memberikan darah segar kelici kepada Jeno. Jadi kalian tak perlu khawatir lagi." Ucap Tn. Lee yang membuat keduanya merasa sangat senang.

"Sekarang, kalian bersiaplah. Biarkan Jeno bersama kami." Pinta Ny. Lee membuat keduanya kebingungan.

"Nanti akan di adakan ritual pernikahan kalian. Jadi bersiaplah sekarang." Seketika Jaehyun dan Sally beroria. Mereka hampir lupa dengan acara penting itu.

"Baiklah, Appa...Eomma...Gomawo." Jaehyun terlihat begitu bahagia dan tulus ketika mengucapkannya sementara Sally hanya mampu menangis haru, melihat hal itu Jaehyun memeluknya dengan hangat.

---***---

Alice masih memejamkan matanya dengan menyandarkan kepalanya pada dada Taeyong yang semenjak tadi terus memperhatikannya. Alice menggeliat sampai berlahan matanya membuka dan mendapati Taeyong sudah menyambutnya dengan senyum.

"Apa tidurmu nyenyak?" Tanya Taeyong dan Alice mengangguk sembari menempelkan wajahnya pada dada Taeyong.

"Bagaimana latihannya?" Tanya Alice dengan suara paraunya.

"Kurasa banyak kemajuan." Jawab Taeyong yang kini memainkan rambut Alice.

"Apa kau makan dengan baik?" Alice melepaskan pelukannya dan memandangi Taeyong dengan khawatir sementara Taeyong hanya tersenyum.

"Apa kau mengkhawatirkan ku?" Tanyanya dengan membelai pipi Alice gemas.

"Tentu saja, aku istrimu. Bagaimana bisa aku tidak mengkhawatirkanmu. Kau selalu saja memikirkan dan melakukan semuanya sendiri." Alice melihat beberapa minggu selama di tempat pelatihan ini Taeyong terus terjaga, memang benar seorang vampire tak membutuhkan tidur tapi ia juga harus meningkatkan energinya agar bisa tetap fit.

"Aku tidak apa-apa, kau tak perlu khawatir." Taeyong mencium kening Alice.

"Lihatlah, kau bertambah kurus." Alice mengomel.

"Sudahlah, ayo mandi. Ku pikir aku juga merasa energiku hampir habis. Kau bisa membantu ku kan sayang?" Tanya Taeyong dan semu merah muncul dari pipi Alice.

"Ayo..." Kata Alice dan Taeyong segera bangun, menggendong Alice menuju kamar mandi.

Mereka sudah selesai mandi sekaligus melakukan sesuatu yang menjadi kebiasaan mereka ketika energi salah satu diantara mereka berkurang yaitu bercinta. Selain dapat menyalurkan rasa cinta dan hasrat, hal ini juga mampu meningkatkan energi mereka.

Alice sibuk mengeringkan rambutnya dan Taeyong sudah memakai kaos hitam dan celana jeansnya. Ia kemudian berhenti ketika menyadari sesuatu dan Alice mengetahuinya.

"Why?" Tanya Alice kebingungan.

"Mereka memanggil kita." Jawab Taeyong ambigu.

"Apa maksudmu?" Jawaban Taeyong yang ambigu membuat Alice tentu saja tak mengerti.

"Ada sesuatu yang terjadi di tempat Sally dan Jaehyun tinggal." Terang Taeyong lebih jelas.

"WHAT? Itu bukan sesuatu yang membahayakan bukan? Apa seseorang berusaha menyerang mereka?" Alice terlihat mulai panik.

"Bukan sayang, tolong berhentilah untuk panik seperti itu." Pinta Taeyong yang kini memeluk Alice dari belakang membuat gadis itu kesusahan untuk menata rambutnya.

"Yong, jangan seperti ini. Aku sungguh sangat mengkhawatirkannya jadi ku mohon jawab pertanyaan ku dengan serius." Mohon Alice yang kini merasa kesal dengan ulah Taeyong yang mengabaikan pertanyaannya dan sibuk menyandarkan kepalanya pada bahu Alice.

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan Alice. Mereka hanya ingin kita menjadi saksi dalam ritual pernikahan mereka." Bisik Taeyong yang kini mengendus-ngenduskan hidungnya pada leher Alice yang sudah kebiruan itu, Taeyong sudah memberikan tanda beberapa kissmark di lehernya ketika di dalam kamar mandi tadi.

"APA? Mereka menikah?" Alice terlihat tak percaya.

"Kenapa? Seharusnya kau senang dengan ini." Taeyong memandang bingung kekagetan Alice kemudian ia tertawa.

"Kita berhasil sayang!" Serunya yang kini menarik tubuh Alice dalam pelukannya dan Alice terlihat tersenyum senang.

"Aku tak menyangka. Thanks karena keluargamu sudah mau menerima Sally ku." Alice mulai menangis dalam pelukan Taeyong.

"Jangan berkata seperti itu. Sally, memang pantas mendapatkannya." Jujur Taeyong yang seketika membuat Alice begitu sangat bahagia.

---***---

Alice berjalan cepat menyusuri lorong castil dan tak lupa, ia terus menyerukan nama saudarinya itu.

"Sally...Sally...Kau dima..." Ucapanya terputus tatkala ia melihat dua sejoli yang sedang menikmati pergulatan bibir yang lumayan panas itu. Alice mendesah dan memilih untuk membiarkannya.

"Aku..."

"Tidak sekarang!" Tolak Sally yang kini melepaskan tautan bibir mereka.

"Ah, menyebalkan sekali!" Kesal Jaehyun.

"Kita harus bergegas untuk acara pernikahan ini dan kita tidak bisa meninggalkan Jeno lebih lama." Sally berusaha membuat Jaehyun lebih dewasa lagi.

Alice yang awalnya kesal, menjadi geli mendengarkan percakapan sepasang kekasih ini yang dengan hitungan beberapa jam akan menjadi suami-istri.

"Apa kalian berencana memberikan Jeno saudara?" Celetuk Alice yang kini menghampiri mereka berdua. Niatnya ingin menggoda sepasang kekasih itu.

"Alice! Sejak kapan kau disitu?" Sally terlihat begitu malu yang tambah membuat Alice tak berhenti tertawa.

"Itu bukan ide yang buruk juga!" Jaehyun pun ikut tertawa.

"Kau! Kalau kau sampai membuatnya seperti kemarin? Aku akan menyihirmu jadi ngengat!" Ancam Alice, sungguh gadis itu tidak pernah sedikit pun bercanda dan sekarang ia melakukannya dengan konyol.

"Ngengat? Hahaha..." Sally terbahak.

"Ah, bagaimana kau bisa sekejam itu kakak ipar." Jaehyun berpura-pura mengeluh.

"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa terlihat seru sekali?" Taeyong hadir di tengah-tengah mereka.

"Hyung! Apa kau baru saja menemui Aboji?" Tanya Jaehyun dan Taeyong mengangguk membenarkan.

"Cepatlah, Aboji harus segera pergi tengah malam nanti." Pinta Taeyong.

"Baiklah, aku akan bersiap." Jaehyun pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Aku akan membantu Sally." Kata Alice dan Taeyong mengangguk.

Setelah Alice dan Sally sudah menghilang, masuk kedalam ke kamar. Senyum Taeyong lenyap, wajahnya nampak serius.

"Endor..." Panggilnya dan seketika Endor muncul.

"Seberapa siapkan mereka melakukan serangan?" Tanya Taeyong.

"Bahkan mereka mampu menyerang kita malam ini jika mereka mau." Ucap Endor membuat Taeyong menghela nafas berat.

"Jangan katakan apapun kepada Aboji!" Mohon Taeyong.

"Tapi tuan muda..."

"Tidak Endor, aku akan mengatasinya sendiri!" Kukuh Taeyong.

"Tapi bagaimana kalau mereka menyerang kita malam ini Tuan Muda?" Ya, pada kenyataannya mereka tidak tahu kapan para Klan yang tidak menginginkan bayi Humpire itu untuk hidup akan menyerang mereka. Segala kemungkinan layak untuk di perhitungkan dan Taeyong juga merasa ia harus memperhitungan semuanya.

"Aku belum sepenuhnya membuat mereka lebih kuat tapi ku rasa mereka siap untuk bertarung." Ungkap Taeyong.

"Aku akan menyuruh pasukan ku mengamankan castil ini dan tetap awasi mereka." Pinta Taeyong dan Endor mengangguk mengerti.

---***---

Disebuah castil tengah hutan nan gelap, beberapa makhluk berkumpul di dalam sebuah ruangan kosong yang luas. Mereka menyamankan diri mereka dengan banyak pose. Ada yang melayang-layang, berpijak di lantai atau tidur dengan posisi melayang bahkan duduk sambil bersandar pada dinding, mereka terlihat seperti kumpul makhluk aneh.

"Jadi? Kita akan menyerang mereka malam ini?" Ucap seorang pria yang masih memejamkan matanya dengan tangan terlipat ke depan dan duduk bersila seolah ia bertapa di sebuah gua.

"Ya, aku mendengar mereka melakukan ritual pernikahan untuk putra keduanya. Ku pikir mereka akan sedikit lengah." Ucap seseorang yang tak lain adalah Tiffany.

"Aku tidak mengerti kenapa kau harus membawa klan penyihir ikut serta? Yang tidak memberi keuntungan sama sekali untuk kami. Itu adalah masalah bagi klan vampire bukan?" Seseorang yang dapat melayangkan tubuhnya itu menatap Tiffany tak mengerti.

"Disana ada klan penyihir hitam yang kuat ditambah satu klan vampire murni dengan kekuatan penyihir hitam." Seru Tiffany dengan pandangan tajam dan senyum licik.

"APA? Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi? Ku pikir keturunan murni penyihir itu hanya ada padamu Tiffany." Wanita tua itu mengkirutkan keningnya bingung sekaligus merasa tak percaya dengan apa yang terjadi. Mereka tidak menyukai mengetahui kehadiran penyihir hitam lainnya. Selama ini, mereka sudah cukup di pusingkan dengan tingkah Tiffany yang semena-mena yang membuat mereka mau tidak mau harus menuruti segala keinginan Tiffany karen kalau tidak? Tiffany akan melenyapkan mereka dan ini masih ada satu lagi? Keturunan penyihir hitam? Mereka tak mengerti, ia berasal dari mana?

"Karena dia putriku." Akui Tiffany yang membuat mereka semua menganga tak percaya.

"Apa kau serius?" Celetuk seseorang yang tengah berdiri.

"Ya, dia putriku dengan gen seorang hunter. Kemampuannya setara dengan ku tapi mungkin bahkan bisa melebihi ku. Dia memiliki takdir yang sempurna bersama seorang vampire darah murni yang kini bahkan ia juga memiliki kekuatan yang sama dengannya." Terang Tiffany yang terlihat sekali tak menyukainya.

"Ini gila! Legenda itu benar adanya? Dan itu terjadi pada putrimu!" Seru wanita yang kini berhenti melayangkan tubuhnya dan berjalan mendekati Tiffany.

"Tunggu, jangan katakan kau ingin menyerang putrimu sendiri?" Serunya yang mulai menyadari rencana Tiffany yang sebenarnya.

"Ya, sesungguhnya aku menciptakannya agar bisa ku korbankan dan menjadi pengganti kutukan Nickhun tapi ia mengacaukan semuanya dan berpihak pada klan Lee, vampire darah murni yang cukup bodoh itu!" Kesal Tiffany.

"Wkwkwk...Kau selalu kejam seperti biasanya." Seru wanita itu yang nampaknya sangat akrab dengan Tiffany, mungkin mereka berteman cukup lama.

"Kalian lenyapkan mereka semua dan aku yang akan menghadapi setan kecil itu dan putraku bersama Waka akan mengambil bayi Humpire itu!" Perintah Tiffany dengan tatapan seriusnya.

"Tentu, sebentar lagi para beberapa klan vampire akan sampai kemari. Kau tak perlu khwatirkan itu, selama ini kami juga cukup bersabar dengan mereka para klan bodoh yang terlalu menganggap para manusia itu setara dengan kita. Mereka telah merendahkan vampire keturunan murni seperti kita, aku sangat tidak menyukai itu." Geram salah satu pria yang bersandar di tembok.

"Baiklah, sebaiknya kalian siapkan apapun yang kalian perlukan. Aku akan berunding dengan keluargaku." Pamit Tiffany yang menghilang begitu saja.

Tiffany muncul di kamar Ten yang nampak sepi dan pandangannya menjelajah mencari sosok Ten. Ia menemukan Ten duduk dengan memejamkan matanya tapi Tifany tahu bahwa putranya ini sedang tidak tidur.

"Chittapon..." Panggil Tiffany.

"Hm..." Jawab Ten.

"Malam ini, kita akan menyerang mereka!" Tiffany berusaha memberitahu putranya ini.

"Lalu?" Ten balik bertanya.

"Kau harus ikut bersama kami." Pinta Tiffany namun Ten hanya diam tak mengatakan apapun.

"Ini demi ayahmu! Kau ingin ia lenyap termakan kutukan?" Tanya Tiffany yang mulai merasa tak sabar lagi dengan tingkah anaknya ini.

"Aku tahu, eomma tak perlu terus-terusan mengatakan itu!" Kata Ten sedikit menekan kata-katanya.

"Lupakan setan kecil itu dan fokuslah pada tujuan awal kita Chittapon!" Pekik Tiffany yang tiba-tiba menjadi marah karena Ten selalu saja bertingkah seperti ini.

"Setan kecil?" Ten tersenyum. "Kau lupa? Dia itu putrimu! Dia akan memiliki kesamaan dengan mu dalam hal kepicikan!" Cibir Ten.

"Chittapon!" Bentak Tiffany.

"Tenanglah eomma, aku pasti akan membantumu! Eomma tak perlu terus berbicara seperti ini, apa lagi tentang Alice! Aku tidak menyukainya!" Seru Ten yang kini menghilang meninggalkan Tiffany sendiri.

"Kalau saja aku bisa mengulang waktu? Aku tidak ingin Sinb atau pun Alice muncul di kehidupanmu! Eomma menyesal telah menciptakannya dan setan kecil itu? Harus membayar semua hal yang telah ia lakukan kepadamu!" Geram Tiffany yang kini wajahnya terlihat menyeramkan.

---***---

Taeyong sedang berbicara dengan Doyoung yang sudah berada di Castil dimana Jaehyun dan Sally beserta Jeno.

Taeyong hanya membawa serta Doyoung dengan teleportnya karena ia harus menghemat energinya untuk segala kemungkinan yang terjadi dan semua masukan yang Taeyong minta untuk datang akan segera sampai beberapa menit lagi.

"Doyoung...Kau di undang? Ku pikir ini hanya dihadiri beberapa orang saja?" Alice bertanya pada Doyoung dan Taeyong sekaligus.

"Kau belum memberitahunya?" Doyoung malah melempar pertanyaan kepada Taeyong yang terlihat tegang.

"Ada apa? Kenapa kalian berubah menjadi seserius ini? Comeon! Ini pernikahan Sally dengan Jaehyun, kalian harus menunjukkan ekspresi gembira bukan?" Ucapan Alice seketika membuat Taeyong menghela nafas dan Doyoung melihat mereka bergantian dengan bingung hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengatakan sesuatu kepada Alice.

"Sebenarnya aku datang kemari karena Taeyong menyuruh ku untuk membantunya menjaga tempat ini." Terang Doyoung membuat Alice mengirutkan keningnya dan kini mengalihkan pandangannya pada Taeyong seolah meminta penjelasana kepadanya.

"Yong, apa yang kau coba sembunyikan dariku?" Tanya Alice yang meminta penjelasan pada Taeyong yang seketika membuat Taeyong mendesah.

"Ku rasa mereka telah menemukan tempat ini dan aku menduga mereka akan menyerang malam ini."

"WHAT? Kenapa hal sebesar ini kau tak menceritakannya kepadaku?" Alice terlihat kecewa.

"Ini mendadak Alice. Baru saja Endor mengatakannya kepada ku. Maafkan aku, aku hanya memikirkan bagaimana mengirim semua pasukan kemari!" Terang Taeyong membuat Alice menghela nafas.

"Aku mengerti, lakukan apa yang perlu kau lakukan. Aku akan membantumu sebisaku, jadi apa yang harus ku lakukan?" Alice menawarkan dirinya untuk membantu Taeyong mengamankan pernikahan Jaehyun dan Sally.

"Pertama, jangan katakan apapun kepada mereka termasuk kedua orang tuaku dan kau harus berada di sisi Sally beserta Jeno. Entah itu Sally atau Jeno? Sepertinya mereka mengincarnya. Kalau yang datang pemilik syihir hitam, itu akan sangat membantu jika kau berada di dekatnya." Taeyong mengatakan kepada Alice tentang strateginya.

"Um...yah...Aku tahu. Aku akan melakukannya. Kalian harus berhati-hati." Alice memandang khawatir kedua pria dihadapannya ini.

"Tentu, kami akan sangat hati-hati." Bukan Taeyong yang menjawab tapi Doyoung yang seketika membuat Alice mulai berbicara lewat pikirannya.

"Aku tahu ini akan sulit, tapi aku tetap ingin kau selamat! Kau harus tetap hidup apapun yang terjadi!"
Entah mengapa? Alice merasa Taeyong begitu aneh. Ia tidak pernah menyembunyikan apapun meskipun hal kecil kepadanya tapi hari ini Taeyong bertingkah aneh bahkan saat seperti ini pun Taeyong tak menjawab perkataannya.

"Jika kau lakukan itu! Aku akan mengila! Aku akan menghancurkan mereka semua! Kau harus ingat itu!"

Alice memandang khawatir Taeyong sementara Taeyong terlihat menghela nafas.

"Alice...Kau hanya perlu melakukan apa yang harus kau lakukan!"

Jawaban yang sangat aneh dan Alice semakin di buat cemas.

"Seserius apa sebenarnya? Why? Kenapa kau menjadi pesimis seperti ini? Yong, jangan membuat ku gila!"

Alice masih setia memandang Taeyong berusaha untuk mengerti apa yang sebenarnya di fikirkan suaminya ini.

"Aku akan baik-baik saja, kau tak perlu mengkhawatirkan aku atau pun sampai menggila ssperti itu. Ingat! Kau bertanggung jawab untuk keselamatan Sally dan Jeno!"

Taeyong terlihat sekali memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa kalian hanya saling berpandangan seperti ini?" Tanya Doyoung yang membuat mereka tersadar bahwa masih ada Doyoung ditengah-tengah mereka.

"Ani...Ayo Doyoung!" Taeyong segera memberi kode pada Doyoung untuk mengikutinya.

"Ingat! Kau harus kembali kepadaku bagaimana pun caranya!"

Alice masih tetap saja berusaha berbicara lewat telepati yang bahkan Taeyong tak menoleh sedikit pun kepadanya hanya untuk membuat Alice yakin.

"Alice bantu aku!" Pekik Sally yang tersengar dari kamar sebelah kanan lorong.

"Iya Sally tunggu, aku akan kesana!" Jawab Alice dan kini gadis itu berjalan berjalan memasuki kamar Sally.

---***---

Semua pasukan telah datang dan beberapa penyihir sekaligus klan vampire yang bersekutu dengan klan keluarga Lee.

"Kau sudah mengaturnya Endor? Tanya Taeyong dan Endor mengangguk.

"Ya Tuan Muda. Mereka sudah berjaga-jaga di luar rumah dan beberapa penyihir telah membentengi tempat ini dengan syihir, jadi kita akan tahu jika ada penyusup." Ungkap Endor.

"Bagus! Lanjutakan Endor.

"TUAN!" Seseorang berteriak yang tak lain salah satu penyihir yang berjaga di luar castil.

"Mereka telah tiba. Puluhan penyihir datang beserta klan vampire murni. Mereka sangat kuat, aku tidak tahu sampai kapan aku harus menahan mereka." Taeyong dan Endor terlihat begitu tegang.

"Tidak ada pilihan lain, satukan kekuatan kalian! Habisi semuanya yang berada dibawah level kalian. Aku akan mengurus castil!" Perintah Taeyong.

"SIALAN! Aku tidak akan membiarkan kalian menghancurkan semuanya!" Geram Taeyong.

"Tuan, anda harus tenang kan diri anda dalam situasi seperti ini." Endor berusaha mengingatkan Taeyong seolah mengingatkan anaknya.

"Iya aku akan melakukannya." Jawab Taeyong pada akhirnya. "Sekarang kembalilah ke posisi mu! Lindungi keluarga ku dan aku yang akan mengurus mereka." Pinta Taeyong.

"Baik tuan muda." Kata Endor yang secepat kilat telah menghilang dan yang tersisa hanyalah hembusan angin malam menemani Taeyong dengan perasaan kalutnya.

"Aku tidak boleh gagal, kalau tidak? Tidak akan ada yang tersisa disini. Tidak aku? Atau semua orang." Guman Taeyong yang kini menghilang dan muncul di depan pintu gerbang castil.

Ia melihat para penyerang itu sudah sampai di gerbang castil.

"Tak kan ku biarkan kalian masuk dan mengacaukan semuanya!" Pekik Taeyong yang mulai menyerang mereka.

-Tbc-

Akhirnya bisa update juga yang ini meskipun gua bikinnya sambil merem...ngantuk 😴 dan sepertinya author akan tidur dengan tenang malam ini tanpa bingung liatin notip wkwkwk 😂😂😂

Nggak perlu lama lagi, jika kalian suka?
Follow 👈
Vote 👈
Komen 👈
Baca ff ku yang lain 😂
1. The War Galaxy

2. Angel (bahasa korea)

3. Uncover / Orific

4. Open Up

Sekian terima Momon 😙😙😙
Makasih buat kalian yang masih mau menunggu dan setia membaca FF abal-abal ini. Author jadi terharu ini 😢😢😢

S E  R Y U N G
😙😙😙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top