Chapter 18

Langit begitu hitam pekat dengan petir menyambar-nyambar seolah ingin menghancurkan bumi. Entah mengapa? Malam ini nampak mengerikan dan Doyoung harus seorang diri menjaga Sally yang masih terbaring dengan wajah pucatnya dan Doyoung terus menatap wajah Sally dengan khawatir. Sementara Alice? Gadis itu sedang berdiri di puncak gunung dengan hati gundanya dan semua peristiwa alam yang mengerikan itu nampaknya wujud dari perasaan Alice yang sekarang.

"Kau harus segera mengendalikan perasaanmu." Taeyong sudah hadir beberapa waktu lalu, namun membiarkan Alice untuk tenang beberapa saat. Alice tersenyum kecut.

"Apa kau bercanda? Aku sudah berusaha semampuku namun apa yang terjadi hari ini benar-benar membuatku ingin menghancurkan segalanya." Alice begitu sangat marah, namun ia berusaha untuk menahannya.

"Aku tau, tapi ini sesuatu yang tak terduga, Alice ku mohon mengertilah." Ucap Taeyong dengan pelan.

"Jangan katakan apapun! Jauhkan saudaramu itu dariku dan Sally. Jangan sampai sekali saja ia terlihat didepan mataku karena aku akan membunuhnya saat itu juga." Beberapa waktu lalu setelah Alice mengetahui kehamilan Sally. Ia membawa paksa Jaehyun pergi ke hutan ini dan mereka berkelahi dengan kekalahan yang mutlak diterima oleh Jaehyun. Taeyong hanya menyaksikan perkelahian itu dan yakin sepenuhnya bahwa Alice tidak akan bertindak terlalu jauh. Namun jika itu terjadi? Taeyong akan menggunakan komplusifnya untuk mengendalikan Alice. Biar bagaimana pun? Saat ini Taeyong memiliki level yang sama dengan Alice.

Taeyong telah membawa Jaehyun ke Castil mereka beberapa saat lalu, meskipun Jaehyun bersikeras untuk menemui Sally. Taeyong berjanji pada Jaehyun jika keadaan membaik, mereka akan Taeyong pertemukan. Saat ini yang terpenting adalah menenangkan kemarahan Alice.

"Kita tidak harus bersikap seperti ini Alice. Sebaiknya kita pulang dan berunding dengan keluarga kita. Kita harus meyakinkan mereka agar tetap membiarkan Sally tetap hidup!" Bujuk Taeyong.

"No! Bagaimana kalau pada akhirnya mereka memutuskan untuk membinasakan Sally?" Raut wajah Alice berubah sedih dan dengan segera Taeyong muncul dihadapannya, memeluk Alice.

"Itu tidak akan terjadi." Alice mulai menangis dalam pelukan Taeyong yang seketika membuat gelegar guntur mereda dan hujan mulai turun. Taeyong menggunakan perisainya untuk mencegah air hujan membasahi tubuh mereka.

"Kita harus pergi dari sini dan segera menemukan cara untuk melindungi Sally." Sekali lagi Taeyong berusaha mengingatkan Alice.

"Why? Kenapa harus ada sesuatu yang tercipta dari hubungan mereka? Aku tidak pernah mendengar ini akan terjadi hanya cerita beberapa abad yang lalu yang ku sebut sebagai dongeng." Taeyong melepaskan pelukannya dan memandang Alice dengan ekspresi berbeda. Ia terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Sebenarnya, ini pernah terjadi kepadaku." Kata Taeyong dengan kegugupan.

"WHAT? Kau tidak serius bukan?" Tak ada reaksi apapun dari Taeyong membuat Alice terjatuh karena shock. Ia masih memandangi Taeyong dan berharap pria itu akan mengatakan sesuatu namun Taeyong masih tetap sama berdiri dengan kebungkamannya membuat Alice begitu sedih.

"Why? Kenapa kau tak mengatakannya selama ini? Siapa dia? Dan apa kau membunuhnya?" Taeyong sudah hidup beberapa abad lamanya dan tentunya ia sudah melewati banyak peradaban dan menjalani berbagai macam peran dalam kehidupan di dunia ini. Ada rasa kecewa di hati Alice karena Taeyong tak mengatakannya sementara pria monster ini tahu tentang semuanya yang terjadi pada diri Alice.

"Mianhae...Aku sebenarnya tak ingin menyembunyikannya darimu." Ada yang berbeda dari seorang Taeyong. Ia selalu percaya diri? Nampak begitu rapuh saat ini melebihi Alice.

"Apa mereka masih hidup?" Alice merasa cemas seketika. Melebihi kecemasannya terhadap Sally, namun ia tidak tahu kenapa ia begitu cemas?

"APA MEREKA MASIH HIDUP?" Alice berteriak, ia sudah sangat frustasi memikirkan Sally dan Taeyong menambahi beban dihatinya dengan sebuah kenyataan pahit ini. Kenyataan yang membuat ia merasa sedih dan kecewa kepada Taeyong.

"Ani, mereka sudah mati." Alice menghela nafas antara lega dan kesal. Entah kenapa, ia harus merasakan perasaan yang seperti itu.

"Ia tidak pernah tau bahwa aku seorang vampire. Dulu, hubungan manusia dan vampire tidak sebebas sekarang. Keluargaku menentangnya namun aku berusaha untuk mempertahankannya. Kami melarikan diri, awalnya semua baik-baik saja namun semua berbeda ketika ia memberi tahuku tentang kandungannya. Kau tau betapa terkejutnya diriku saat itu? Tidak pernah ada keturunan antara vampire dan manusia, namun kenyataannya itu terjadi kepada kami membuatku tak tenang." Taeyong menghela nafas sebelum melanjutkan ceritanya. Alice terpaku menatap Taeyong dan tak menunjukkan reaksi apapun sampai saat ini.

"Aku tak bisa menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya, tapi di setiap malam aku selalu berusaha untuk mencari informasi tentang apa yang di kandung olehnya. Seluruh negeri telah ku jelajahi hanya untuk mencari sebuah petunjuk tentangnya sampai ketika aku menemukan sebuah kitab Humpire. Humpire adalah sebutan lain bagi seseorang yang berdarah vampire dan manusia. Dulu, pernah terjadi sekali dan bayi Humpire memiliki kekuatan luar biasa, mereka mampu untuk meminum darah bahkan memakan makanan manusia. Humpire mewarisi kecerdasan seorang manusia dan kebuasan seorang vampire. Di dalam kitab tersebut mengatakan bahwa Humpire itu menguasai beberapa wilayah dalam beberapa waktu dan akan membunuh siapapun yang menghalangi keinginannya. Humpire lebih mengerikan dibandingkan vampire biasa. Semuanya berfikiran seperti itu." Ucap Taeyong sembari menatap kosong hutan yang telah gelap.

"Bagaimana mereka mati?" Pandangan Taeyong semakin gelap ketika Alice menanyakan hal tersebut kemudian ia menghela nafas.

"Dia sendiri yang berusaha membunuh bayinya saat tau bahwa aku seorang vampire. Sekali pun aku tidak memberi tahu keluarga ku karena itu akan membahayakannya. Apa kau tau apa yang ia katakan kepada ku? 'KAU MONSTER! ANAK INI JUGA MONSTER! APA KAU TIDAK TAHU BETAPA MENGERIKANNYA KALIAN! Ia terluka karena berusaha membunuh bayinya sendiri." Sekilas wajah Taeyong menunjukkan kepedihan dan Alice tak berhenti menatapnya berusaha mengartikan semua yang ekspresi Taeyong.

"Mereka tidak akan berusaha untuk membunuh Sally bukan?" Lirih Alice dengan ekspresi memohonnya. Taeyong terdiam dengan fikiran kosongnya.

"Taeyong! Apa kau mendengarkan ku?" Alice menatap Taeyong kesal karena pria itu tak mau mendengarkan ucapannya.

"Apa kau menganggap kami seperti monster? Meskipun pada kenyataanya itu sifat dasar alamiah kami." Tanpa Alice duga Taeyong menunjukkan reaksi berbeda, mungkinkan ia merasa tersinggung? Itulah yang ada di benak Alice saat ini.

"Aku tidak bermaksud seperti itu...Aku hanya..." Semua ucapan Taeyong serasa berkeliling dan bercampur aduk dalam fikirannya membuat Alice tak mengerti apa yang harus ia lakukan untuk menangani ini?

"Hanya apa? Maafkan aku karena tidak memberitahumu masalah ini sebelumnya hanya karena aku tidak ingin kenangan pedih itu terus menghatuiku dan semenjak kau hadir? Aku merasa akan ada lembar baru yang mampu ku lalui. Aku tau kau mengkhawatirkan Sally tapi apa kau tidak pernah memikirkan bagaimana dengan ku sekarang? Aku tersinggung? Ya, aku memang tersinggung dan setelah ku fikir...Mungkin selama ini aku terlalu memaksamu untuk menerima ku. Aku minta maaf untuk itu Alice dan biarkan aku yang mengurus masalah Jaehyun dan keluargaku. Kau urus masalah Sally, mungkin kita butuh waktu untuk saling merenungkan semuanya." Taeyong menghilang bersama angin membuat Alice shock tak mampu mengatakan apapun. Ia hanya berjongkok dengan mata berkaca-kaca. Perasaannya benar-benar kacau, ia merasa sedih, marah, terluka dalam bersamaan. Ia tak pernah berfikir bahwa Taeyong akan meninggalkannya begitu saja. Ia tahu bahwa ia bersalah dalam hal ini tapi haruskan Taeyong meninggalkannya begitu saja? Menyadari itu Alice mulai menangis.

Gelegar guntur dan kilatan petir hadir kembali seiring buruknya perasaan Alice saat ini dan hujan semakin deras ketika kristal bening itu jatuh membasahi pipinya. Didalam hutan dengan kegelapan nan pekat Alice menangis, hal ini sama seperti saat ia kehilangan Ten beberapa waktu lalu.

Alice pov

Aku tidak tahu kenapa aku harus sesedih ini? Apa semua itu karena kekhawatiran ku terhadap Sally? Ya, aku mengkhawatirkannya tapi bukan karena itu juga aku menangis.

Kenapa kau merasa bahwa aku melakukan apapun bersamamu karena keterpaksaan? Awalnya aku memang terpaksa tapi setelah itu aku melakukannya dengan perasaan ringan.

Perlu kau tau, aku hanya marah karena kau tau segalanya tentang ku namun aku tak tau sedikit pun tentang dirimu. Apakah ini yang disebut pasangan? Kau selalu berusaha membuatku percaya bahwa kau benar-benar menyukaiku tapi kenyataannya ada banyak hal yang kau sembunyikan dariku. Salahkah bila aku meragukan semuanya?

Adam...Aaron...Apa yang harus ku lakukan sekarang? Katakan apa?

"Apa kau menyesal sekarang?" Suara itu? Tidak mungkin? Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati Ten berdiri dihadapan ku. No! Aku sedang tidak ingin berdebat atau bertanding dengannya.

"Apa yang kau inginkan?" Ayolah! Aku sangat lelah dan tak mempunyai tenaga untuk meladeninya.

"Tentu saja dirimu Alice. Apa kau sudah lupa dengan semua kenangan kita?" Aku hanya mampu tersenyum kecut.

"Kenangan? Kenangan bahwa kau berhasil menipuku?" Sinisku dan senyumnya lenyap bersama angin.

"Aku tidak pernah menipumu!" Aku benci berdebat dengannya.

"Ten, aku lelah. Bisakah kau meninggalkan ku sendiri?" Sungguh, aku sangat lelah setelah mengeluarkan semua amarahku pada Jaehyun tadi.

"Aku tidak percaya bahwa kau mampu mengatakan ini kepadaku Alice. Kau tau? Aku berusaha mengorbankan nyawaku demi dapat menemuimu saat ini." Semakin ia mengatakan hal ini, entah kenapa aku merasa semakin muak terhadapnya.

"Ten, semua sudah berbeda dan kau tau dengan pasti bahwa Taeyong adalah pemilikku saat ini." Apakah dengan kata-kataku ini, ia akan pergi?

"Kau pikir, aku dapat kau bodohi? Kau masih meragukannya kan? Apalagi setelah mengetahui bahwa ia tak mampu melupakan wanita manusia bersama bayi Humpirenya?" Shit! Dia mendengarkan semuanya.

"Kau tidak perlu mencemaskan itu. Aku akan mengurusnya sendiri." Aku sungguh sangat muak dengan semua omong kosong ini!

"Bagaimana kau akan mengurusnya? Mungkin suamimu itu tidak akan mampu untuk melupakannya!" BANGSAT!

"FUCK! APA KAU TIDAK BISA DIAM!!!" Disini--dalam dadaku rasanya ingin meledak!

DUUUMMM

Tangan ku berusaha menyentuh tanah dan membuat pergerakan kecil dalam sana, aku menyerangnya dari bawah tanah dan itu akan meledak jika sampai kepadanya.

BLEEEEDDDDAAARRR

Shit! Ia berhasil menghindar dari serangan ku?

"Wae? Kenapa kau terus menyerangku? Apa kau semudah itu melupakan semuanya? Aku sangat sedih melihatmu menjadi seperti ini? Kau hanya mampu menghancurkan semuanya dan hanya aku yang mampu menerimamu!" BAJINGAN GILA INI!

"TUTUP MULUTMU BEDEBAH! AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!"Aku mengerahkan bola api yang cukup besar kepadanya.

GLUGUK

BLLLLEEEEEEEDDDDDDDAAAAAARRRRR

Aku melihatnya terpental beberapa meter. Nice! Aku sudah memperingatkanmu untuk berhenti bukan? Namun kau tidak mengindahkan perkataan ku.

"Kau ingin mati seperti apa?" Aku memberikan sebuah penawaran kepadanya dan BANGSAT ITU! Hanya tersenyum kepadaku.

"Apa kau fikir ucapan ku adalah lelucon? Hanya dengan lentikan tanganku kau akan segera lenyap." Aku begitu sangat marah ketika menyadari semua orang terus saja mempermainkan diriku.

"Kau yakin ingin membunuhku? Kau hanya marah pada Taeyong karena ia telah menipumu bukan? Kau adalah seorang penyihir hitam yang terkuat Alice tapi kelemahanmu adalah kau mudah tertipu oleh seseorang. Sungguh sangat memalukan jika kau tertipu oleh monster rendahan sepertinya." BEDEBAH INI!

"BANGSAT!!! KAU AKAN MENYESAL KARENA KAU TERLALU BANYAK BICARA!" Aku mulai mengumpulkan seluruh kekuatan ku. Angin, api, air dan tanah akan membuatnya hancur dan aku tidak akan mendengarkan segala omong kosong memuakkan itu dari mulutnya lagi! Tidak akan pernah!

"Gadis picik hentikan!" Good! Wanita itu juga ada disini dan aku juga akan membunuhnya. Ia juga harus menerima semua rasa sakit yang pernah ku lalui.

"Why? Apa kau takut anak kesayanganmu ini lenyap? Untuk apa kau mengkhawatirkan itu? Dan lagi ia hanya sampah yang tak layak untuk mendapatkan apapun!" Aku memandangi Ten yang terlihat marah dengan ucapan ku. Lalu aku harus menyebutnya apa? Dia selalu berfikir bahwa ia adalah makhluk yang paling mulia?? Cih, ia lebih buruk dari seorang vampire, darah campuran yang tak layak untuk menjadi mulia.

"Iblis kecil! Kau tidak pantas mengatakan itu kepada Chittapon ku!" Wanita picik juga sangat marah dan aku dapat melihat tatapan membunuhnya.

"Benarkah? Kita selesaikan ini sekarang! Siapa yang bisa bertahan, ia yang akan memenangkan ini dan yang kalah harus lenyap untuk selamanya. Apa kau setuju?" Kataku dengan tawa dan aku melihat tatapannya yang seolah bertekat untuk membunuhku.

"Kau sangat pongah! Apa kau lupa? Tanpa diriku kau tidak akan pernah tercipta!" Wanita licik ini benar-benar!

"Ya, aku tahu. Why? Apa kau sedang menyombongkan dirimu? Apa kau lupa dengan perkataanmu? Bahwa aku hanya bagian dari rencanamu?" Sinisku dan aku mendengar gelegar tawanya bercampur dengan suara guntur dan hujan.

"HAHAHAHA...Bukankah sangat kurang ajar bertingkah seperti ini, jika kau sangat tahu bahwa aku adalah penciptamu." DASAR WANITA IBLIS! Bagaimana dengan mudahnya ia mengatakan itu?

"Kau tidak akan melihat ku berlaku kurang ajar kalau kau membunuh ku sekarang!" Aku tidak tau apa yang membuatku cukup berani untuk berkata seperti ini. Mungkin karena aku mulai tak memiliki semangat untuk hidup? Namun, saat bayangan Sally hadir dalam fikiran ku, aku--aku tidak bisa untuk menyerah!

Alice pov end

---***---

Udara dingin terus menusuk kulit, membuat Sally beberapa kali bergeser dari posisi tidurnya hanya untuk memasukkan seluruh tubuhnya dalam selimut tebal. Ia berusaha untuk membuka matanya dan mendapati Doyoung terlelah di sofa, kemudian Sally menatap ke jendela berusaha memastikan waktu saat ini.

Ini masih subuh? Pikirnya kemudian melirik pada jam dinding yang menunjukkan jam 7 pagi. Rupanya cuaca saat ini sedang mendung, seperti akan terjadi badai, dipuncak gunung terlihat gumpalan-gumpalan awan gelap yang menghalangi matahari untuk memancarkan sinarnya bahkan Sally juga melihat kilatan petir yang terasa seperti kilatan lampu diskotik.

Dengan bingung Sally berusaha untuk bangkit dan menghampiri Doyoung berusaha untuk membangunkan pria itu.

"Doyoung-ah...Bangunlah!" Sally menggerak-gerakkan tubuh Doyoung dengan pelan membuatnya mengucek-ngucek kedua matanya.

"Wae?" Tanya Doyoung dengan kondisi setengah sadar memandangi Sally yang duduk disampingnya kemudian setelah sepenuhnya kesadarannya kembali, mata Doyoung melebar.

"Kau sudah bangun?" Suara Doyoung menjadi lebih keras dam kedua tangannya memegangi kedua bahu Sally.

"Ya, kemana mereka? Alice, Jaehyun dan Taeyong." Tanya Sally dengan suara lemahnya.

"Molla, mereka tidak kembali semenjak kemarin malam." Sally mengirutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang dikatakan Doyoung. Bagaimana bisa? Mereka meninggalkan dirinya disini? Alice dan Jaehyun? Bukankah itu terlalu tidak masuk akal?

"Mereka tidak menghubungimu sama sekali?" Tanya Sally dengan rasa penasaran yang masih menggelayut dalam fikirannya.

"Aku sudah berusaha menelepon mereka beberapa kali, namun tak satu pun nomer mereka aktif. Sally, aku sangat khawatir karena saat mereka pergi dari sini..." Doyoung diam sesat, seolah menimbang apakah ia harus mengatakan ini? atau tidak? karena kondisi Sally tidak terlalu baik. Mentalnya sangat down dan beberapa kali pingsan semenjak ia dibawah kemari, kalau sampai Sally tau apa yang terjadi mungkin akan membuat kondisinya semakin buruk.

"Pergi kemana? Katakan kemana?" Tanya Sally tak sabaran membuat Doyoung mendesah. Doyoung benar-benar merasa dilema, namun ia tidak bisa juga menutupi ini terlalu lama.

"Mereka pergi entah kemana? Tentunya dengan kemarahan Alice, ia menyeret Jaehyun dan Taeyong mengikutinya. Aku tidak bisa menyuruh orang-orangku untuk mengikuti mereka karena Alice menggunakan kekuatan syihirnya." Sally seketika terlihat panik.

"WHAT? Bagaimana ini? Apa mereka akan bertengkar?" Sally begitu panik.

"Dan mereka belum kemari sampai detik ini?" Tanya Sally dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Doyoung.

"Telpon ke paman Lee sekarang!" Pinta Sally dengan segera Doyoung meraih handphonenya dan menyentuh beberapa nomer yang tertera pada layar handphonenya. Kemudian tersambunglah dengan seseorang dengan suara bassnya.

"Yeoboseob, Paman...Ini aku Doyoung." Kata Doyoung dengan sedikit gugup.

"Paman apa Alice, Jaehyun dan Taeyong ada di castil sekarang?" Tanya Doyoung dengan tidak sabaran.

"MWO? Hanya Taeyong dan Jaehyun? Alice dimana?" Sally terlihat begitu schok mengetahui Alice tidak sedang bersama Taeyong dan Jaehyun.

"Lalu kemana dia?" Desak Sally setelah Doyoung mematikan handphonenya dan menggeleng dengan ekspresi kebingungannya.

"Sally..." Panggil Doyoung yang seolah nampak berfikir.

"Why?" Tanya Sally, menunggu jawaban Doyoung.

"Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres." Doyoung menduga.

"Apa maksudmu?" Dahi Sally berkirut kembali.

"Paman Lee terdengar dingin saat berbicara dengan ku dan bahkan ia tidak bertanya tentang keadaanmu. Ah, ini memusingkan!" Doyoung mengacak-ngacak rambutnya frustasi dan Sally terdiam nampak berfikir keras.

---***---

Saat ini Tn. Lee bersama Ny. Lee duduk didalam ruangan keluarga. Dimana ruangan ini selalu mereka pakai untuk berdiskusi dan merancanakan sesuatu. Seketika Endor datang dengan syihirnya kemudian Taeyong dan Jaehyun yang muncul duduk dihadapan kedua orang tuanya tentunya dengan memakai kekuatan Taeyong. Mark dan Aline tidak ikut berkumpul karena kini mereka sudah kembali ke Amerika untuk melanjutkan sekolahnya, kemudian membuat Tn. Lee memulai pembicaraannya.

"Doyoung menelepon Aboji." Tn. Lee memulai pembicaraan.

"Lalu apa yang ia katakan Aboji?" Jaehyun segera merespon, ia sangat ingin tahu keadaan Sally. Ia sangat mengkhawatirkan kekasihnya itu, bahkan saat ini ia terlihat begitu berantakan!

"Kau tidak harus beraksi seperti itu. Apa kau lupa dengan kesalahmu!" Rahang Tn. Lee mengeras dan ekspresinya terlihat marah.

"Aboji, kumohon jangan pisahkan kami! Aku tidak bisa hidup tanpanya." Jaehyun bersujud dihadapan kedua orang tuanya. Ny. Lee menatap anak keduanya dengan iba.

"Aku tidak pernah melarangmu untuk bersamanya tapi kini semuanya berbeda. Apa kau lupa dengan yang terjadi pada hyungmu dulu? Kita semua harus berpindah-pindah untuk menghindari para musuh yang menyerang karena mengira kita memiliki seorang Humpire yang akan menghancurkan tatapan dalam dunia Vampire. Humpire adalah aib bagi kita, kau harus mengingat itu Jaehyun-ah." Taeyong menunduk tak mampu mengatakan apapun, Jaehyun terdiam dengan tangis yang tertahan. Ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang? Ia sangat ingin menemui Sally dan begitu mengkhawatirkannya namun disisi lain? Ia tidak bisa melakukan itu karena akan membuat keluarganya dalam bahaya karena semua klan vampire akan mulai memusuhinya.

"Endor...Tidakkan kau menemukan sebuah petunjuk apa yang harus kami lakukan?" Ny. Lee berusaha untuk menengahi ketegangan ini. Taeyong hanya mampu terdiam.

"Maafkan saya nyonya, saya juga tidak tau harus melakukan apa?" Ucap Endor dengan rasa bersalahnya. Humpire adalah makhluk langka dan penuh mistis kekuatan Hampire begitu besar, ia bisa menguasai seluruh klan vampire jika ia mau. Terlalu banyak mistik yang tak mampu untuk Endor tembus dengan syihirnya.

"Endor..." Panggil Tn. Lee

"Datanglah kesana dan bawa ia ketempat dimana para vampire tidak akan mengetahuinya." lanjut Tn. Lee membuat semua orang memandangnya tak mengerti.

"Aboji, biarkan Alice yang menjaganya." Kali ini Taeyoung angkat bicara.

"Dia tidak ada disana. Tidak ada yang tahu keberadaan Alice bahkan Doyoung juga menanyakan itu kepada Aboji. Apa yang sebenarnya terjadi Taeyong? Setelah mengantar Jaehyun kemari bukankah kau menemuinya?" Taeyong terdiam dengan ekspresi bingung beserta kagetnya.

"Apa kalian bertengkar?" Tanya Ny. Lee yang membuat Taeyong menunduk merasa bersalah.

"Tentu mereka akan bertengkar karena hal ini pasti menyulitkan mereka. Sama halnya dengan kita Alice akan berusaha melindungi Sally karena untuk melenyapkan bayi itu maka kita harus membunuh Sally juga." Tn. Lee mendesah.

"Aboji, jebal! Jangan lakukan itu!" Mohon Jaehyun dengan cepat.

"Endor kurung dia diruangan bawah tanah!" Pinta Tn. Lee yang merasa pusing dengan tingkah Jaehyun.

"Baik Tuan ku." Endor pun menghilang bersama dengan Jaehyun.

"Dimana Alice sekarang?" Tanya Ny. Lee dan Taeyong menggelengkan kepalanya tak mengerti.

"Bagaimana kau bisa tidak tau? Bukannya kalian terikat?" Ny. Lee terlihat cemas dan kesal dalam bersamaan kepada anak sulungnya ini.

"Aku memutuskan semuanya." Pengakuan Taeyong membuat kedua orang tuanya terkejut.

"Wae? Kau seharusnya tidak melakukan ini meskipun masalah yang kita hadapi begitu sulit sekarang tetapi Alice sudah menjadi bagian keluarga kita dan apa kau lupa? Alice adalah istrimu dan ia akan selalu berada disampingmu, menjadi tanggung jawabmu. Jangan biarkan ia melalui semuanya sendiri, jangan ulangi kesalahanmu seperti dulu nak." Ny. Lee berusaha untuk menasehati Taeyong.

"Kami hanya membutuhkan waktu untuk saling menenangkan diri." Jawab Taeyong. Ya, ia tidak benar-benar akan berpisah dengan Alice tapi ia hanya ingin sendiri saat ini.

"Tetap saja, jangan kau meninggalkannya sendiri. Kita tidak tau ia akan baik-baik saja diluar sana bukan?" kukuh Ny. Lee membuat Taeyong semakin bimbang.

"Kau harus mencarinya." Kali ini Tn. Lee juga berusaha untuk membuat Taeyong segera sadar.

Kini Taeyong telah berada didalam kamarnya dengan ditemani kegelapan. Ia tidak menyalakan lampu kamarnya, hanya berdiam diri dengan banyak pemikiran yang memenuhi kepalanya saat ini. Ia masih begitu sangat kesal kepada Alice namun ia juga merindukannya, merasa bersalah kepadanya.

"Alice kau dimana?" Taeyong berusaha untuk menghubungi Alice lewat ikatan diantara mereka namun nihil, ia tidak bisa merasakan keberadaan Alice saat ini yang seketika membuat Taeyong merasa panik.

"Alice! Apa kau mendengarku?" Lagi, Taeyong memanggil nama Alice namun ia tidak dapat tersambung dengannya. Dengan panik dan bingung Taeyong berusaha untuk memejamkan matanya dan mengumpulkan semua fokusnya, berusaha untuk mengetahui keberadaan Alice.

Taeyong membuka matanya kembali karena ia tak dapat menemukan Alice dimana pun. "Bagaimana ini bisa terjadi? Alice! Apa yang terjadi?" Gumam Taeyong dalam kegundahannya sampai ia memutuskan untuk kembali kehutan untuk memeriksa keberadaan Alice disana.

---***---

"Bagaimana bisa kau melahirkan dua anak tidak berguna seperti mereka?" Nickhun dengan suara tingginya berbicara pada Tiffany yang membantunya untuk membaringkan tubuhnya pada tempat tidur.

"Maafkan aku yeobo." Raut bersalah memenuhi wajah Tiffany.

"Bagaimana kalau seandainya aku tidak datang? Kalian akan mati sia-sia." Ucap Nickhun dengan terlihat begitu jengkel.

"Gomawo Appa." Ten hadir dihadapan mereka berdua membuat Nickhun bertambah kesal saja.

"Untuk apa kau kemari? Kembali kekamarmu! Kau tau apa yang ku korbankan? Kekuatan ku yang terakhir untuk bertahan hidup, aku tidak akan bisa hidup lebih lama lagi." Terlihat Ten menunduk dan Tiffany seolah ingin menangis.

"Apa seorang Humpire bisa membuat kutukan itu hilang?" Pertanyaan Ten membuat kedua orang tuanya memandangnya tak mengerti.

"Humpire? Dari mana kau tau tentang makhluk itu? Tanya Tiffany menatap Ten dengan heran.

"Aku mendengarkan percakapan Alice dan Taeyong bahwa Sally sekarang sedang mengandung seorang Humpire." Jelas Ten.

"HAHAHAHA...Yeobo, kita bisa menjadikan Humpire itu untuk ritual kita." Ucap Tiffany dengan tawanya yang masih menggelegar.

"Bagaimana bisa? Bukankah hanya seorang penyihir hitam yang mampu?" Tanya Nichkun menatap istrinya dengan heran sementara Ten tersenyum merasa akan ada jalan lain lagi bagi Appanya untuk tetap hidup.

"Aku sudah mengatakannya kepadamu selain penyihir hitam masih ada beberapa hal yang bisa untuk dipakai dalam ritual salah satunya adalah Humpire dan darah dari gadis blood sacred. Kita harus mendapatkan bayi itu bagaimana pun caranya, kita tidak boleh gagal lagi." Ucap Tiffany dengan serius.

"Aku akan membantumu eomma." Celetuk Ten.

"Kau tidak akan berbuat ceroboh lagi bukan?" Tanya Nickhun pada Ten dan dijawab anggukan dengan cepat darinya.

"Ne Appa, aku akan memasuki kampus itu lagi dan mengawasi mereka sampai bayi itu terlahir." Kata Ten dengan tatapan seriusnya.

"Bagus, kau memang putra kami. Setelah itu baru kita fikirkan bagaimana caranya untuk mengambil kekuatan Alice." Kata Tiffany.

"Apakah kita akan membiarkannya tergeletak dihutan begitu saja? Bukannya kau ingin mengambil kekuatannya?" Nickhun bertanya pada Tiffany.

"Biarkan saja dia, kita harus fokus pada rencana kita untuk menghancurkan kutukan itu dan setelah itu baru kita lenyapkan Alice. Chittapon...Apa kau tidak keberatan dengan kami menyakiti Alice?" Tanya Tiffany dengan senyum lebarnya.

"Tentu saja tidak eomma! Dia sudah menghianatiku dengan menikahi vampire sampah itu. Alice harus membayar semua rasa sakit hati yang ku alami sekarang!" Kata Ten dengan mata tajam dan amarah yang muncul dari wajahnya.

---***---

Alice terbaring lemas diatas runtuhan dedaunan hutan. Ia masih memejamkan matanya tapi ketika angin dingin pagi mulai menyentuh berhembus menembus pori-pori kulitnya, ia terbangun dan terasa linglung dengan memandangi bingung pepohonan yang tumbang disekitarnya. Ia berusaha mengingat kejadian semalam, semalam ia mendapat serangan dari Ten dan juga eommanya tetapi tiba-tiba muncul sosok lain dan mengeroyoknya sehingga Alice yang tak mampu mengimbangi kekuatan mereka terpental hingga beberapa kilometer dari tempatnya bertempur.

Alice merasakan seluruh badannya begitu sakit, ia merasa sulit untuk menggerakkan seluruh tubuhnya sampai ketika ia mendengar seekor ular pyton bergerak mendekatinya berusaha untuk menyerangnya dengan beberapa sisa kekuatannya Alice mengarahkan tangannya pada ular tersebut.

"Enyalah kau!" Teriaknya

BYUUUAAARRR

Ledakan kecil terjadi disana membuat ular pyton itu hancur berkeping-keping. Alice dapat menghela nafas lega dan tanpa terasa air matanya mengalir. Ia merasa kesal pada dirinya karena tak mampu menggerakkan tubuhnya dan tak banyak yang bisa ia lakukan saat ini. Bahkan ia berpindah dengan mendorong tubuhnya dengan kedua tangannya dan menyeret kakinya yang tak bisa ia gunakan untuk berjalan. Mendapatkan kesusahan seperti itu, ia benar-benar menangis dalam diam.

"Why? Kenapa seperti ini? Bahkan aku tidak bisa berteleport sekarang. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana dengan Sally" Lirihnya sambil memegangi kedua kakinya.

Dipagi yang seharusnya cerah namun disini begitu mendung dan awan menggumpal pekat tepat dikepala Alice. Sisa pertempuran semalam masih sangat berpengaruh pada cuaca saat ini dan perasaan Alice yang tidak kunjung membaik memperburuk semuanya. Setelah cukup keras untuk menggeser tubuhnya dengan kedua tangannya sebagai dorongan, ia menemukan sebuah gua dan menyandarkan dirinya pada dinding gua.

Lelah, itu yang Alice rasakan saat ini, Lelah secara fisik dan emosional. Namun ia begitu sangat mengkhawatirkan Sally saat ini karena itulah ia berusaha menggunakan sisa tenaganya untuk mengirim pesan pada Doyoung, kemudian Alice memejamkan matanya dengan kristal bening yang terus mengalir dari kedua matanya yang tertutup. Entah tertidur atau tak sadarkan diri, Alice tidak bergerak lagi dari tempatnya sekarang.

---***---

Di kamar rawat klinik, Doyoung mondar-mandir dengan ekspresi bimbangnya sementara Sally memperhatikannya dengan kesal sampai akhirnya gadis itu memutuskan sesuatu.

"Antarkan aku ke Castil saja!" Pinta Sally dan seketika mata Doyoung membelalak dengan mulut mengaganya, reaksi ini akan sering terjadi pada Doyoung jika ia terkejut atau shock.

"An-Anio!" Jawab Doyoung gelagapan.

"Why?" Tanya Sally yang tak mengerti kenapa Doyoung harus melarangnya.

"Sebenarnya sebelum Alice pergi, ia mengatakan agar kau dan aku tetap disini." Ucapan Doyoung seketika membuat Sally menghela nafas tidak mengerti. Ia percaya bahwa Doyoung tidak akan menipunya tapi kenapa Alice harus melarang mereka pergi?

GLUGUK

KREEEK

Suara gaduh mengalihkan perhatian Doyoung dan Sally. Mereka mencari darimana suara itu berasal dan mereka mendapati sebuah tulisan melayang didepan dinding kamar rawat inap itu.

DOYOUNG, JAGA SALLY SAMPAI AKU KEMBALI!

"Alice!" Ucap Doyoung dan Sally bersamaan. Sebelum mereka bereaksi tulisan itu pun lenyap dan menyisahkan tanda tanya besar di antara mereka berdua.

"Ottokae? Apa yang harus kita lakukan sekarang? Itu pasti dari Alice. Kalau seandainya aku harus terus menjagamu, itu artinya kau tidak bisa kembali lagi ke Castil." Doyoung menduga seperti itu dan Sally terdiam dengan ketidak mengertiannya.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa Alice melarangku kembali ke Castil?" lirih Sally yang nampak begitu linglung dan sedih.

"Lebih baik kau istirahat, aku akan menyuruh pengawal ku untuk mencari tau tentang ini. Jadi jangan terlalu cemaskan ini." Ucap Doyoung yang sebenarnya ia juga gugup.

Mau tidak mau Sally menuruti permintaan Doyoung. Ia tidak tau harus berbuat bagaimana lagi? Semua yang terjadi benar-benar menimbulkan tanda tanya besar dalam otaknya. Ia sangat ingin menemui Jaehyun, ia ingin melihatnya lebih lama karena Sally benar-benar merindukannya tetapi disisi lain, ia juga tidak bisa mengabaikan ucapan Alice. Pasti sesuatu yang buruk terjadi sekarang.

---***---

Taeyong berada di dalam hutang, menggunakan teleportnya untuk berpindah dari satu tempat ketempat yang lain. Beberapa menit yang lalu, ia sudah mencari Alice ditempat semalam mereka terakhir bertemu namun ia tak menemukan jejak Alice disana. Taeyong semakin panik ketika melihat bekas pertempuran yang merusak beberapa bagian hutan. Saat Alice bertempur dengan Jaehyun tak banyak kerusakan terjadi disini, namun kenapa ini hampir merusak sebagian hutan yang luas ini? Apakah ada pertempuran lagi setelahnya? Apakah itu Alice? Tapi dengan siapa? Itulah yang kini sedang Taeyong fikirkan.

"ALICE!" Teriaknya menggema diseluruh penjuru hutan.

"ALICE! KAU DAPAT MENDENGARKU??" Teriaknya lagi, namun tak ada respon dari Alice. Bahkan keberadaannya saja tak tercium oleh Taeyong.

Taeyong menemukan sesuatu seperti bercak darah dan Taeyong memastikannya dengan mencium bau darah tersebut. Ia nampak terkejut ketika menyadari bahwa itu adalah darah Alice. Seketika tubuhnya merasa lemas dan jatuh ke tahan, ia benar-benar tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi kepada Alice.

"Kau akan baik-baik saja kan?" Gumam Taeyong dengan mata berkaca-kacanya. Perasaannya bercampur aduk saat ini.

"Maafkan aku Alice, kumohon. Jangan menutupi dirimu lagi, bukalah perisai itu Alice! Agar aku bisa berbicara denganmu, agar aku dapat menemuimu." Lirih Taeyong.

Taeyong merasa sangat bersalah karena meninggalkan Alice sendiri di dalam hutan ini karena ia begitu kecewa dengan sikap Alice. Kini Taeyong hanya mampu menyalahkan dirinya sendiri dengan menghilangnya Alice.


---***---

"Endor! Mana Alice?" Tanya Doyoung ketika matanya menangkap sosok Endor yang sudah berdiri di dalam ruang inap Sally. Pria paruh baya itu berdiri dengan ekspresi yang sulit diartikan

Sally yang awalnya tertidur kini terbangun dengan suara Doyoung yang sedikit tinggi. Ia nampak terkejut ketika melihat hanya Endor disana--diambang pintu, tanpa Jaehyun atau pun Alice. Kemudian Sally bangun dari tidurnya dan berjalan mendekati Endor yang nampaknya memang sedang menunggu.

"Why? Apa yang terjadi? Kenapa kau kemari? Ada apa dengan Jaehyun?" Tanya Sally yang merasa hal buruk telah terjadi.

"Tuan menyuruhku untuk membawamu ketempat yang lebih aman nona." Doyoung dan Sally saling melirik bingung.

"Jaehyun mana?" Desak Sally namun Endor masih tetap bungkam. Ada yang aneh pada Endor, pria ini nampak begitu dingin.

"Ikutlah dengan ku, semuanya akan baik-baik saja." Jawabnya dengan datar yang seketika membuat Doyoung terlihat waspada. Sally rasa Doyoung juga menyadari sesuatu yang tidak beres sedang terjadi disini.

"Ania! Kau harus menjelaskan dulu kepada kami, kenapa Sally harus pergi bersamamu? Aku sudah berjanji kepada Alice untuk menjaganya!" Kukuh Doyoung yang seketika membuat Endor terkejut.

"Nona Alice? Apa kalian bertemu dengannya?" Sikap Endor berubah ketika menyangkut tentang Alice membuat Doyoung beserta Sally bertambah bingung.

"Ani, ia mengirimi kami pesan." Jawab Doyoung membuat Endor nampak berfikir.

"Ia tidak memberitahumu, dimana keberadaannya sekarang?" Sebuah suara lain muncul yang mengagetkan mereka. Ia adalah Taeyong yang kini hadir diantara mereka dengan wajah lesuhnya.

"Why? Kenapa kau menanyakan itu? Seharusnya kau lebih tau dariku tentangnya bukan? Kau yang terakhir bersamanya, bagaimana bisa kau tidak tau? DIMANA ALICE SEKARANG? APA YANG SEBENARNYA TERJADi? APA KALIAN TIDAK AKAN MENJELASKANNYA KEPADAKU???" Jerit Sally yang terlihat begitu kesal. Ia tidak tau apa yang terjadi? Kenapa semua orang bersikap aneh, Sally benar-benar bingung dan cemas dengan alasan tak berdasar sekarang!

"Itu..."

"Tuan muda, kita tidak punya banyak waktu. Kita harus segera membawanya." Endor memotong perkataan Taeyong yang akan menjelaskannya kepada Sally.

"Ania! Alice sudah menyuruhku untuk menjaganya!" Doyoung maju dan berusaha menghalangi Endor untuk membawa Sally pergi bersamanya. Taeyong terlihat berada dilema, antara membiarkan Endor mengambil Sally atau membiarkannya bersama Doyoung. Keduanya dalah pilihan yang sulit untuknya, ia juga tidak bisa mengabaikan pesan Alice dan kedua orang tuanya.

"Kita tidak punya banyak waktu lagi tuan muda sebelum kandungannya semakin membesar." Fase dimana seseorang mengandung bayi Humpire tidak sama ketika seseorang mengandung bayi manusia. Untuk manusia seseorang membutuhkan waktu 9 bulan sementara Humpire? Paling lama waktu yang dibutuhkan 3 bulan untuk keluar dari rahim manusia.

"Bawalah dia Endor!" Pinta Taeyong yang cukup mengejutkan Doyoung dan Sally.

"Taeyong-ah! Alice menyuruhku untuk menjaga Sally!" Doyoung mengulangi lagi perkataannya, namun Taeyong tak menggubris perkataan Doyoung.

"Jangan coba melawannya, jika kau tidak ingin mati disini." Ancam Taeyong membuat Doyoung dan Sally menatapnya tak percaya.

"Kau? Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Aku akan mengatakan semua yang kau lakukan kepada Alice! Aku tidak akan membiarkanmu bersamanya!" Teriak Sally yang kini sudah berjalan bersama Endor sementara Doyoung hanya diam merasa bersalah karena ia tidak dapat melakukan apapun untuk mencegahnya.

Setelah Sally pergi bersama Endor, Taeyong berjalan menghampiri Doyoung yang duduk lemas di lantai. Taeyong berjongkok, tatapannya yang dingin itu berubah menjadi sedih.

"Jika nanti saatnya kau akan mengerti kenapa kami melakukan ini." Ucapnya.

"Wae? Apa dia akan baik-baik saja?" Tanya Doyoung dengan cemas dan dijawab anggukan oleh Taeyong.

"Alice! Bagaimana dengannya?" Taeyong mematung seketika. Ia tidak bisa menjawab untuk pertanyaan Doyong yang satu ini.

"Aku pasti akan menemukannya." Doyoung terlihat shock ketika menyadari Taeyong juga tidak mengetahui keberadaan Alice.

"Kau akan membantuku kan?" Tanya Taeyong yang seketika menyadarkan Doyoung dari ke shockannya dan mengangguk dengan cepat untuk menanggapi pertanyaan Taeyong.

"Terakhir aku bertemu Alice dihutan timur kota ini. Aku yakin dia masih disana, tapi entah hutan dibagian mana. Kau bisa mencarinya disana dan jika kau menemukan sesuatu, kabari aku." Lanjut Taeyong dan Doyoung mengangguk mengerti kemudian Taeyong menghilang begitu saja.


-Tbc-


Annyeong ><
Adakah yang masih menunggu FF ini????
Semoga masih ada haha :V
Nggak banyak kata lagi, jika kalian penasaran baca aja hihi
Semoga ngefeel dan selalu yang paling Author nanti
Vote sama komenannya ya ditunggu u.u
Sekian terima Taeyong jadi guling menemani tidur haha XD

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top