Chapter 17

Setelah ritual pernikahan Alice dan Taeyong, keluarganya segera meninggalkan castil kecil yang terletak di pinggiran kota Seol tersebut. Menyisahkan Alice dan Taeyong sampai detik ini.

Kemarin Taeyong sudah menemani Alice untuk berbelanja beberapa pakaian yang sesuai dengan selera gadis itu. Alice adalah tipikel gadis maskulin yang begitu suka dengan sesuatu yang simpel dan Taeyong adalah seorang vampire yang tidak terlalu begitu risih dengan masalah itu.

Hari ini mereka sedang berada ditaman dengan menggelar tikar dan menata beberapa makanan diatasnya. Alice duduk dengan menekuk satu kakinya dan serius memakan jajamyun sementara Taeyong tidur di pangkuan Alice sambil asyik membaca sebuah buku mantra yang hampir mirip dengan punya Alice.

"MWO?" Taeyong menunjukkan ekspresi keterkejutannya. Alice melirik sebentar suaminya itu kemudian melanjutkan acara makannya lagi.

"Ah, sekarang aku tahu bagaimana aku bisa melakukan teleport." Alice terdiam memandang Taeyong dengan rasa ingin tahunya yang begitu besar.

"Aline pernah mengatakan bahwa kita terikat bukan?" Alice mengangguk, kemudian Taeyong melanjutkan perkataannya.

"Setelah ritual itu dan malam yang kita lalui bersama membuatku memiliki kekuatan yang sama sepertimu." Lanjut Taeyong yang membuat Alice benar-benar menghentikan aktivitas makannya dan memandang Taeyong seolah meminta penjelasan darinya.

"Why? Apa mungkin seluruh kekuatan ku berpindah kepadamu? Seperti rencana Ten?" Jika itu memang terjadi? Entah Alice akan bereaksi bagaimana?

"Ani, tepatnya kekuatanmu akan tetap berada padamu dan aku juga memiliki kekuatan yang sama sepertimu. Jika kita menyatukan kekuatan kita itu akan mampu untuk mengalahkan ribuan pasukan vampire yang sudah Ten persiapkan." Pikir Taeyong membuat Alice semakin serius memikirkan ucapannya.

"Coba ku lihat." Alice mengambil kitab mantra yang ada di tangan Taeyong dan mulai membacanya. Kemudian ia memandang Taeyong yang semenjak tadi menunggu reaksinya.

"Bagaimana kalau kita mencobanya. Elemen dasar dalam ilmu syihir air, api, udara, tanah dan bagaimana caramu untuk menguasai alam dan menciptakan sebuah serangan badai?" Tantang Alice yang segera Taeyong setujui dengan anggukan kepalanya.

Kini mereka berdua saling berhadapan dengan jarak beberapa meter, mereka saling mengumbar senyum. Alice memulai dengan mengeluarkan air dari tangannya, ia menyeringai sebelum melemparkan gumpalan air itu pada Taeyong.

"Terimalah hadiah kecil ini." Ucap Alice dengan terkekeh. Bahkan gadis itu tak sadar bahwa ia bisa mengendalikan syihirnya meskipun tanpa melakukan perubahan pada dirinya. Perubahan yang sempurna sebagai seorang penyihir hitam seperti biasanya.

"Geure? Ah, kau terlalu meremehkan ku!" Protes Taeyong yang seketika membuat Alice semakin terbahak.

Ia pun meluncurkan serangan air itu bertubi-tubi pada Taeyong. Serangan pertama Taeyong bisa menghindar setelah beberapa serangan barulah ia kewalahan dan membuat sebagain tubuhnya basah. Akhirnya ia di buat cukup kesal juga dengan ulah Alice yang berusaha untuk mempermainkannya. Untuk membalas perbuat Alice, Taeyong berusaha untuk berkonsentrasi dan menemukan sebuah cara. Taeyong pun menggerakkan tangannya dan apa yang terjadi? Kumpalan air cukup besar muncul dan berputar-putar disekitar tangannya. Alice tercengang melihat itu dan tatapannya seolah mengatakan bahwa itu sungguh impossible? Mengetahui Alice tidak berkonsentrasi penuh membuka kesempatan baginya untuk menyerangnya.

BYAR

Alice tersentak dalam lamunannya dan mendapati seluruh tubuhnya telah basah oleh gumpalan air yang diberikan oleh Taeyong. Alice menatap kesal Taeyong yang masih terbahak.

"Shit! Kau akan membayar untuk ini!" Bahkan Alice mulai serius. Dengan memainkan tangannya dan bibirnya yang tak berhenti bergerak, sebuah bola api berukuran cukup besar muncul.

"Bagaimana dengan ini? Apa kau bisa melakukannya juga?" Cibir Alice pada Taeyong. Sementara Taeyong hanya tersenyum dengan santainya membuat Alice mengerucutkan bibirnya kesal.

"Aku bisa membuat itu juga." Ucap Taeyong dan benar saja muncul bola api yang sama. Alice seketika memiliki ide untuk menyerangnya dengan cepat menggunakan teleportnya.

"Kau tidak akan bisa menghindar lagi Lee Taeyong!" Ucap Alice.

"Benarkah? Kau terlalu percaya diri baby." Balas Taeyong.

Alice secepat kilat menghilang dan muncul dihadapan Taeyong dengan serangan apinya tapi ternyata Taeyong sudah mengantisipasi itu dengan sebuah perisai yang ia buat.

"Kau melupakan sesuatu chagi." Taeyong masih terlihat santai sementara Alice berusaha menghancurkan perisai yang dibuat oleh Taeyong sambil berfikir tentang perkataan Taeyong.

"Kau membaca pikiranku?" Dan Alice berhasil menebaknya. Seketika ia menghentikan serangannya dan berbalik pergi. Taeyong mengejarnya dengan kecepatan kilat dan kini menghadangnya.

"WHY?" Teriak Alice dengan kesal.

"Ayolah jangan marah." Bujuk Taeyong.

"Bagaimana aku tidak marah? Kau curang! Dalam pertandingan ini kau tidak boleh membaca fikiran ku!" Kata Alice dengan segala kekesalannya. Tanpa kata Taeyong pun memeluk Alice.

"Lepaskan aku! Jangan berusaha merayuku atau aku akan menusukmu dengan pasak perak ku!" Ancam Alice yang tentu saja membuat Taeyong tertawa.

"Apa mungkin kau masih mengingat bagaimana cara menggunakannya?" Taeyong pun tak berhenti untuk menggoda Alice.

"Lee Taeyong!!!" Alice berteriak dengan kesalnya.

"Baiklah...Baiklah, sekarang apa maumu?" Taeyong melepaskan pelukannya dan kini memandang serius istrinya ini.

"Tunjukkan padaku wujud seorang penyihir hitam. Jika pada akhirnya kita adalah satu kesatuan, tidak menuntup kemungkinan kau juga bisa berubah seperti ku bukan?" Alice masih penasaran dan ingin membuktikan apa yang ada dalam ramalan maupun kitab tersebut benar atau tidak?

"Hm...Baiklah, aku akan mencobanya." Ucap Taeyong sembari mengecup singkat dahi Alice dan segera menghilang dengan berjarak beberapa meter dari Alice. Taeyong mulai berkonsentrasi dan angin mulai mengelilinginya, tatapannya menajam dan mulai banyak menunjukkan perubahan pada fisiknya. Mulai dari rambut yang hitam, mata coklat yang menghitam tak menyisahkan sesuatu yang putih dan bahkan baju yang ia pakai berubah. Alice cukup tercengang dengan apa yang ia lihat.

Jadi? Taeyong sekarang adalah seorang vampire dan juga penyihir hitam sama sepertinya? Jadi ini yang membuat Ten dan eommanya bersikeras selama ini? Seketika Alice merasa dimanfaatkan dan mulai meragukan apa bahkan mungkin cinta Ten padanya itu adalah palsu?

"Apa yang kau fikirkan?" Taeyong hadir dihadapan Alice dengan wujud yang berubah seperti semula dan membuatnya terkejut.

"Aku tidak tahu bahwa ini akan terjadi padaku." Taeyong cukup mengerti dengan apa yang difikirkan gadis itu dan berusaha membuat Alice agar tidak salah paham juga terhadapnya.

"Ya, thanks. Berkatmu semua rencana mereka gagal." Alice memeluk Taeyong dan Taeyong pun membelai rambut indah Alice dan sesekali memberikan ciuman pada pucuk kepalanya.

"Aku ingin segera pulang dan bertemu Sally. Apakah kita bisa pulang hari ini?" Rengek Alice membuat Taeyong tersenyum.

"Tentu saja tetapi kau harus mandi dulu. Kau sangat basah hari ini." Kata Taeyong dengan memandangi tubuh Alice dari bawah sampai atas.

"Itu karena kau! Aku akan mandi sendiri kau tidak boleh masuk meskipun itu memakai teleport. Awas saja sampai kau melakukan itu!" Ancam Alice yang seketika membuat Taeyong terkekeh.

"Apa yang salah dengan mandi bersama? Kenapa kau masih bersikap pemalu seperti ini?" Teriak Taeyong yang membuat Alice yang berjalan mendahuluinya menyerangnya dengan akar pohon yang tiba-tiba merayap pada tubuh Taeyong membuat pria itu tak mampu bergerak untuk sesaat.

"Bahkan dengan ini kau tak akan mampu menghalangiku." Taeyong masih saja terus menggoda Alice.

"I done care!" Seketika Taeyong terbahak.

"Hahaha...."

Begitulah jika Alice bersama Taeyong. Mereka tidak akan berhenti untuk menggoda satu sama lain.

---***---

Disebuah sedan warna hitam, Taeyong dan Alice duduk berdampingan dengan Taeyong yang masih serius memandang jalanan kota Seol yang mulai gelap. Beberapa deretan lampu yang temaran menghiasi sepanjang jalan yang cukup membantu Taeyong.
Alice tertidur dengan damainya di sebelah Taeyong. Membuat Taeyong beberapa kali meliriknya dan tersenyum melihat Alice tidur tanpa menunjukkan ekspresi gelisahnya.

Bahkan ketika mereka telah sampai di castle keluarga Lee, Alice masih tertidur dengan lelapnya. Taeyong tidak tega membangunkan istrinya ini dan memutuskan untuk menggendongnya, dengan kecepatan kilat dan menggunakan teleportnya Taeyong membawa Alice ke kamarnya, meletakkan Alice pada tempat tidur king size miliknya kemudian Taeyong menyelimuti Alice.

Taeyong duduk disamping Alice dan memandanginya dengan binar kebahagian yang sama. Kemudian Taeyong membelai rambutnya Alice dan mengecup keningnya singkat. Ia meninggalkan Alice sendirian dan melangkah menuju castil orang tuanya. Sengaja Taeyong tak menggunakan kekuatannya sedikit pun agar semua orang tak merasa terkejut.

Sepanjang perjalanan Taeyong sesekali mengembangkan senyumnya ketika beberapa pengawal menyapanya dan ia bertemu dengan Jaehyun, Sally yang sedang berada dihalaman depan.

"Hyung!" Panggil Jaehyun dengan ekspresi keterkejutannya yang tertangkap basah sedang mencium Sally dan bagaimana dengan gadis itu? Jangan ditanya sudah terukir rona merah pada kedua pipinya.

Taeyong hanya tersenyum geli melihat keduanya yang terlihat malu-malu.

"Ku pikir kalianlah yang seharusnya menikah lebih dulu dariku." Goda Taeyong sambil berjalan dan terus berusaha menahan tawanya yang seolah akan meledak.

"Oh God! Aku sangat malu sekali. Syukur Alice tidak ada disini. Kau! Sudah ku katakan jangan mencium ku sembarangan!" Sally memukul pelan langan Jaehyun membuat pria itu hanya nyengir kuda.

"Yak! Kau mau kemana?" Teriak Jaehyun saat melihat Sally berjalan cepat meninggalkannya.

"Kenapa pun asal tidak bertemu denganmu atau saudaramu!" Omel Sally yang seketika membuat Jaehyun tertawa geli.

"Ayolah itu hanya ciuman Sally, kita bahkan telah melakukan yang lebih dari itu."

"Lee Jaehyun! Jaga perkataanmu!" Teriak Sally membalikkan badannya dan menatap Jaehyun kesal.

"Baiklah aku akan menjaga perkataan ku asal kau memberikan satu kecupan di sini." Jaehyun menunjukkan pipinya dan Sally mendesah.

"Jangan pernah berharap! Dan aku tidak ingin kau memasuki kamar ku malam ini!" Kesal Sally, gadis itu benar-benar sangat malu dan Jaehyun masih saja menggodanya. Sally bahkan terkenal lebih moody dari pada Alice. Terkadang Alice kewalahan menghadapi sikap moody dari Sally.

---***---

"Kau sudah kembali?" Sambut hangat Ny. Lee yang kini duduk disamping Taeyong kemudian Tn. Lee kini duduk dihadapan mereka dengan Endor yang berdiri dibelakangnya.

"Sepertinya ada sesuatu yang ingin kau katakan?" Tanya Tn. Lee dengan penasaran.

Taeyong menghela nafas dan seolah akan mengatakan sesuatu, namun Mark dan Alice datang.

"Apa kau akan menceritakan bagaimana malam pertamamu hyung?" Goda Mark yang membuat semuanya tersenyum geli dan Taeyong menatapnya tajam.

"Bukan itu, ada sesuatu lain." Ucap Taeyong dengan rasa malu yang bercampur dengan rasa kesalnya.

"Kau sudah mendapatkannya kan? Wujud dan kekuatan sempurna." Aline memulai ramalannya membuat semua orang penasaran terkecuali Taeyong.

"Apa memang seperti ini?" Taeyong masih tidak percaya bahwa ini terjadi padanya. Aline pun mengangguk.

"Ne, kau memiliki seluruh kekuatan syihir Alice. Ini tidak akan bisa terjadi jika ia menikah dengan Ten." Seketika semuanya terkejut, terkejut dengan fakta Taeyong memiliki kekuatan syihir yang setara dengan Alice.

"Apa maksudmu? Kenapa bisa tidak sama?" Taeyong benar-benar tidak mengerti apa maksud perkataan Aline.

"Ten hanya akan mampu menyerap kekuatan Alice yang akan membuat Alice lenyap. Itu karena mereka tidak terikat seperti kalian. Ten memang bukan takdir untuk Alice, mereka hanya memanfaatkan keadaan." Terang Aline.

"Jadi tuan muda Taeyong seorang penyihir hitam sekarang?" Endor masih berusaha untuk mencari jawaban atas rasa ingin tahunya.

"Ya, kekuatan yang sama seperti Alice dan mulai dari sekarang mereka akan benar-benar memiliki ikatan perasaan yang kuat." Seperti yang diharapkan banyak orang, Aline membantu memecahkan setiap misteri yang terjadi.

"Jadi maksudmu Taeyong adalah penyihir hitam juga?" Tanya Tn. Lee

"Ya Pamam." Jawab Aline yang membuat Tn. Lee dan Ny. Lee saling berpandangan seolah saling berbicara.

"Apakah ia akan mendapatkan kutukan?" Mark dan Taeyong mengirutkan keningnya tak mengerti dari maksud perkataan eommanya. Sementara Aline tersenyum dan Tn. Lee beserta Endor hanya diam menunggu reaksi Aline.

"Tidak...Aku sudah mengatakan bahwa mereka ditakdirkan bersama dan tidak akan ada suatu apapun yang dapat menghalangi itu." Terlihat Ny. Lee menghela nafas lega, ia masih begitu mengkhawatirkan putra sulungnya itu.

"Eomma, semua akan baik-baik saja jadi tenanglah." Ucap Taeyong sambil tersenyum berusaha meyakinkan eommanya untuk tak mengkhawatirkannya lagi.

"Wow! Hyung saat ini adalah vampire dengan kekuatan penyihir hitam? Ku kira kau adalah seseorang yang terkuat sekarang!" Puji Mark dengan ekspresi ketidak percayaannya.

"Jangan berlebihan! Aku masih belum tahu, apa saja yang ku miliki saat ini. Aku masih menerka-nerka. Aline...Ada yang aneh diantara aku dan Alice? Meskipun kami bermain-main dengan syihir dan wujud ku pun berubah sempurna itu tidak berpengaruh terhadap kesadaran kami. Bahkan kami bisa berkomunikasi dengan baik meskipun dalam kondisi seperti itu?" Tanya Taeyong dengan ekspresi keheranannya. Aline mendengarkannya seksama dan tersenyum.

"Seperti yang sudah ku katakan, kalian adalah satu kesatuan jadi akan saling mempengaruhi. Kau dengan kekuatan Alice dan Alice dengan kontrol diri yang kuat sama seperti mu." Terang Aline.

"Aku tidak menyangka, ini akan menjadi seperti di luar dugaan. Meskipun dampaknya begitu baik, kalian semua harus tetap waspada! Terutama kau dan Alice!" Pinta Tn. Lee yang seketika membuat Taeyong mengangguk.

"Bagaimana dengan pasukan yang sudah kita siapkan?" Tanya Taeyong. Mark membulatkan matanya sempurna, ia tidak begitu mengerti dengan rencana yang sedang keluarganya susun ini.

"Untuk apa semua itu? Bukankah kita hanya perlu waspada?" Tanya Mark tak mengerti.

"Ani! Mereka tidak akan berhenti begitu saja. Bahkan kemarin malam Ten masih saja bersikeras masuk kedalam mimpi Alice. Sekeras apapun aku berfikir, mereka masih terikat oleh darah dan tidak dapat di pungkiri bahwa mereka adalah keluarganya." Selama bersama Alice Taeyong tidak pernah sedikit pun menunjukkan kekhawatirannya, mengingat Alice masih sangat rapuh.

"Tenanglah, itu tidak akan terjadi lagi! Semenjak kalian menjadi satu, saat itulah siapapun tidak akan mampu untuk mempengaruhi kalian berdua. Mulai sekarang kau yang akan mampu mengontrol setiap gerak-gerik Alice!" Aline mengatakannya dengan sedikit tersenyum.

"Benarkah? Apa aku bisa mempercayai perkataanmu?" Tanya Taeyong dan Aline pun mengangguk.

"Mengenai pasukan itu, hamba sudah mempersiapkannya tetapi masih ada satu hal yang membuat hamba khawatir Tuan." Kata Endor dengan cemas yang membuat semua yang berada di dalam ruangan tersebut memusatkan pandangannya pada sosok pria paruh bayah dengan wajah campuran yang kini memakai juba dan tudung warna coklat tersebut.

"Apa maksudmu makhluk yang mereka sebut dengan Waka?" Tanya Aline yang seketika membuat Endor mengangguk.

"Apa yang membuatmu harus mencemaskan itu Endor?" Selalu, Mark bertanya dengan muka polosnya.

"Makhluk itu setara dengan 5 pasukan vampire Tuan." Jawab Endor.

"Kita harus memikirkan strategi apa yang harus kita lakukan mulai dari sekarang karena jika Taeyong dan Alice saja ku rasa tidak cukup." Tn. Lee terlihat cemas.

"Tenanglah Paman...Kita memang tidak mampu memprediksi terlalu jauh tapi percayalah aku melihat keluarga ini tersenyum di akhir ingatan ku. Mungkin kemenangan akan ada ditangan kita." Ucap Aline yang selalu bisa membius ketenangan semua orang.

"Baiklah, keluarga ini akan menjadikan ucapanmu sebagai penyemangat namun kami masih akan tetap mewaspadai semuanya." Kata Tn. Lee dengan bijak yang diiringi dengan ekspresi kemengertian dari semuanya.

---***---

Sinar mentari pagi memasuki cela disetiap lubang dan ruangan kosong castil. Alice yang melewati malamnya dengan tidur nyenyaknya menggeliat diatas tempat tidurnya, ia membuka matanya ketika tangannya meraba mencari sosok Taeyong yang tidak ia temukan disampingnya.

"Kemana dia pergi?" Gumamnya sambil berlahan mendudukan dirinya, menggaruk kepalanya yang tak gatal, menguap beberapa kali dan berlahan mulai membuka matanya lebar-lebar.

"Aku dibawah...Cepatlah mandi kita akan pergi ke kampus bersama. Mereka sudah menyiapkan sarapan untukmu dan Sally...Ku rasa kalian bisa saling berbicara" Taeyong memakai telepatinya untuk mulai berbicara dengan Alice.

"Kenapa kau dan Jaehyun tidak pergi sendiri? Biarkan aku dan Sally bersama...Kenapa kalian sangat egois!" Alice mulai mengomel lagi. Ia sudah mengatakan bahwa tidak suka dengan ide pergi ke kampus bersama.

"Mengertilah Alice, kita masih harus mewaspadai segala hal...Setidaknya ini untuk Sally. Kita bahkan tidak bisa menjamin bahwa kampus seaman dulu. Kau masih mengingat bagaimana Ten bisa dengan mudahnya masuk ke sana bukan." Alice terdiam, semua perkataan Taeyong ini benar adanya.

"Baiklah, aku mengerti. Aku akan mandi dan setelah itu sarapan bersamanya." Alice pun beranjak dari tempat tidur dan segera menuju ke kamar mandi. Antara bersemangat dengan ragu. Bersemangat karena akan segera menemui saudarinya yang begitu ia rindukan dan ragu karena ia harus memasuki dunia kampus lagi.

20 menit telah berlalu...

Sally dan Jaehyun keluar dari kamar, apa mereka tidur bersama lagi? Hanya mereka yang tahu. Mereka berjalan beriringan melewati lorong castil yang menjadi penghubung antara 4 castil.

"Apa kau lelah terus berjalan seperti ini setiap hari? Apa aku perlu menggendongmu?" Tawar Jaehyun dan Sally hanya menanggapinya dengan senyuman santai.

"Wae? Kenapa kau hanya tersenyum?" Tanya Jaehyun yang tak terima dengan reaksi santai Sally. Membuat gadis itu berhenti dan mendesah.

"Aku akan makan dengan Alice dan kau tidak perlu mengikutiku!" Keluh Sally yang seketika membuat Jaehyun mengerucutkan bibirnya.

"Why? Apa kau juga akan memakan hidangan manusia seperti kami? Kau tidak harus memaksakan dirimu untuk itu. Comeon! Ini masih berada di dalam castil kau sudah bertingkah seperti ini, bagaimana jika nanti di kampus? Aku benar-benar tak ingin melihat sikapmu yang seperti ini." Omel Sally membuat Jaehyun semakin menekuk mukanya.

"Sampai kapan kalian akan berdebat? Alice sudah menunggmu." Taeyong tiba-tiba hadir diantara Sally dan Jaehyun membuat sepasang kekasih itu cukup terkejut. Meskipun Taeyong adalah seorang vampire dan bisa berlari cukup cepat tetapi Jaehyun masih bisa mengendus keberadaannya lewat penciuman yang tajam yang ia miliki namun kali ini ia tidak mampu merasakannya.

"Hyung...Bagaimana aku tidak bisa merasakan keberadaanmu?" Tatapan Jaehyun mengisyaratkan keingin tahuannya. Hanya Jaehyun dan Sally yang belum mengerti tentang kekuatan yang di miliki Taeyong saat ini.

"Sebaiknya kau ikut dengan ku dan biarkan Sally makan bersama Alice." Taeyong merangkul bahu Jaehyun dan mendorong tubuhnya untuk segera beranjak dari lorong itu. Sally hanya tersenyum sambil berguman mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Taeyong. Taeyong yang dapat membaca fikiran Sally hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh.

Sally pov

Akhirnya aku bisa melepaskan diriku darinya. Ah, ia benar-benar mengesalkan ketika ia begitu protektif kepada ku. Entah kenapa akhir-akhir ini kehadiran kakak ipar ku itu cukup membantu. Ku rasa Taeyong memang cocok untuk Alice. Ah, aku merindukannya...Sangat!

Ketika aku memasuki pintu castil miliknya, entah kenapa aku tertawa. Castil megah dengan nuansa kental eropa ini sangat persis dengan beberapa bangunan yang ada di eropa sehingga bisa dikatakan aku dan Alice tidak merasa asing dengan suasana seperti ini. Yang membuat ku geli adalah sekarang ia bisa dikatakan adalah salah satu pemilik castil megah ini karena ia sudah menikah dengan salah satu anak dari keluarga Lee dan mungkin marganya kini berganti menjadi Lee Alice. Oh my God! Itu sungguh sangat tidak cocok untuknya atau mungkin hanya panggilan Ny. Lee? Ah, itu juga tidak cocok dengannya.

"Apa yang kau fikirkan? Sampai membuatmu tak menyadari kehadiran ku?" Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati Alice menatap ku datar. Itulah Alice yang selalu datar, God! Aku berharap semoga Taeyong diberikan kesabaran untuk menghadapi sikap dingin saudariku ini.

"Aku tahu kau sedang berusaha mencibirku dalam hatimu kan?" Sindrom paranormalnya sungguh tidak pernah bisa hilang begitu saja.

"Sindrom paranormalmu memang tidak pernah berakhir." Aku memeluknya dan kini ia membalas pelukanku. Ah, kehangatannya yang selalu ku rindukan.

Aku melepaskan pelukan ku dan mendapatinya mendesah dengan ekspresi sedihnya. Apa lagi yang berusaha ia sembunyikan dariku?

"Why?" Tanya ku, aku tidak harus bertanya terlalu banyak. Hanya satu kata ini, ku rasa ia cukup mengerti dengan apa yang ku tanyakan.

"Aaron..." Aaron? Kenapa ia mengatakan namanya? Apa ia bertemu dengannya?

"Why? Kau bertemu dengannya? Dimana?" Aku mulai bereaksi dengan cukup cepat! Why? Karena aku juga merindukannya sama seperti perasaan rindu kepada Adam yang tak tersampaikan. Diluar dugaan Alice mulai menangis.

"Apa yang terjadi Alice? Katakan? Jangan membuatku seperti wanita gila seperti ini?" Alice bukan tipikal seorang wanita yang cengeng. Sepanjang aku mengenalnya, ia jarang menangis. Ku rasa ada sesuatu yang terjadi, tapi apa?

"Aaron...Aku bertemu dengannya." Alice menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya.

"Benarkah? Mana dia sekarang?" Aku sangat tidak sabar untuk bertemu dengannya. Aku tahu, aku telah melakukan kesalahan besar yang akan susah untuk ia maafkan, tapi semakin dewasa aku menyadari bahwa seburuk apapun perbuatan kita, jangan pernah untuk saling memutuskan hubungan dengan saudaramu!

"Ia sudah pergi Sally...Ini semua salah ku, aku tidak bisa melindunginya. Ia berusaha menyelamatkan ku." Aku cukup terkejut ketika melihat Alice terduduk dengan tangis yang telah pecah.

"Pergi kemana? Dia tidak pergi seperti Adam bukan? Alice jelaskan dengan benar!" Dan ia hanya diam dengan air mata yang terus mengalir. Aku pun ikut terduduk disebelahnya dengan ekspresi shock ku.

"Why? Bahkan aku belum minta maaf kepadanya." Kali ini, aku juga tidak mampu membendung air mataku yang terus mengalir. Kilatan ingatan saat-saat kami bersama hadir begitu saja membuat dada ku sesak dan terasa begitu sakit disana.

"Aaron..." Lirih ku.

"Maafkan aku Sally. Aku tak bisa menjaganya." Alice memelukku dan isak tangisku semakin keras.

"Berjanjilah kepada ku Alice. Kita akan selalu bersama...Aku...Aku tidak ingin melihat siapapun pergi." Bagiku semua sudah cukup menyakitkan. Aku sudah melalui begitu banyak rasa sakit ketika mereka, orang yang begitu berarti satu persatu menghilang karena berusaha ingin melindungiku. Kalian tahu bagaimana menyakitkannya itu? Aku-aku tidak bisa melakukan apapun untuk mereka sampai akhir! Hanya Alice yang tersisa selama kami bersama. Aku-aku tidak ingin ia juga mengalami yang sama karena jika itu terjadi? Aku tidak tahu bagaimana nanti akan menjalani hidup ini.

"Hm...Kau juga harus tetap hidup Sally! Apapun yang terjadi, berusahalah untuk hidup yang lebih baik dan bahagia. Kau berhak untuk mendapatkan itu." Mendengarkan ucapannya, aku selalu berfikir bahwa Alice adalah sosok yang begitu dewasa. Seharusnya di usia kami yang sekarang, ia tidak perlu berjuang cukup keras untuk menjaga ku dan menjadi sosok dewasa seperti ini.

"Berhenti terus memikirkan ku. Kau juga harus memikirkan kebahagianmu." Aku melepaskan pelukannya dan menatapnya dengan senyum meyakinkan. Ku rasa ia akan mengerti kalau aku sedang berusaha untuk meyakinkannya bahwa aku akan baik-baik saja.

"Jadi...Kalian sedang berperan menjadi melankolis sebuah pertunjukan drama musikal? Apa kalian tidak tahu? Kami menunggu kalian!" Shit! Kenapa dia datang disaat yang tidak tepat seperti ini? Aku melihat Jaehyun berdiri mengacak pinggang dengan ekspresi menyebalkannya seperti biasa. Kemudian Taeyong yang berdiri tak jauh darinya dengan melipat kedua tangan di dadanya dan bersandar pada dinding, menatap kami dengan sedikit senyum. Ku rasa Alice memang beruntung mendapatkannya, ia sungguh sangat pengertian!

"Ah, diamlah! Kau sungguh mengganggu!" Keluhku yang kini berdiri bersama Alice.

"Hyung, sebaiknya kita menemani mereka makan agar lebih cepat selesai." Jaehyun akhirnya menyeret ku untuk segera duduk di kursi yang telah ia seret untuk ku dan ia duduk disebelah ku. Kemudian Alice dan Taeyong duduk berhadapan dengan kami.

Sally pov end

Didalam ruang makan itu, akhirnya terdapat 4 orang. Alice duduk bersejajar dengan Taeyong dan Jaehyun duduk bersejajar dengan Sally. Alice dan Sally mulai memakan makanan mereka namun sedikit terganggu dengan tatapan kedua pria vampire yang duduk disamping mereka masing-masing.

"Jangan menatap ku seperti itu!" Keluh Alice dengan dingin seperti biasanya.

"Kalau kau lebih cepat memakannya, aku akan menggendongmu masuk ke mobil." Tawar Taeyong yang seketika membuat Alice menunjukkan tatapan membunuhnya. Sally dan Jaehyun berusaha menahan tawa gelinya.

"Apa kau ingin melihatku menghancurkan ruang makan ini?" Ucap Alice dengan datar yang membuat Taeyong tertawa.

"Aku juga memberikan penawaran yang sama kepadamu chagi..." Seketika Alice dan Taeyong menatap Jaehyun shock. Mereka rasa ucapan itu cukup berlebihan. Chagi? Ah, Alice dan Taeyong tidak begitu suka dengan sikap berlebihan dari Jaehyun.

"Apa ini? Kenapa bau sekali?" Sally heboh sendiri dengan hidangannya.

"Bukankah kau cukup menyukai bacon? Itu sama seperti yang ku buatkan untukmu setiap hari bacon, telur, sosis, kacang, hash browns, tomat dan black pudding." Terang Alice dengan tatapan anehnya yang masih tertuju pada Sally.

"Bukannya kau biasa memakan itu juga chagi?" Kali ini Jaehyun yang bertanya.

"Ku pikir karena kalian menyukai itu. Aku menyuruh mereka menyiapkan hidangan ini." Celetuk Taeyong. "Apa itu benar-benar tidak enak?" Lanjut Taeyong. Alice pun mulai memeriksa semua makanan yang ada di piring hidangannya.

"Aku rasa semua hidangan ini masih sangat fress. Apa yang salah dengan mu Sally?" Kali ini Alice mengangkat satu alisnya dan memandang Sally dengan bingung.

"Entahlah, aku tidak bisa memakan ini. Ini sungguh membuatku mual." Melihat Sally terus menutupi hidungnya membuat semua orang merasa khawatir.

"Apa kau sakit chagi? Apa perlu kita tidak berangkat ke kampus?" Sikap protektif dari pria vampire seperti Jaehyun mulai muncul kembali.

"No! Aku baik-baik saja, ku rasa aku hanya perlu memakan buah ini." Sally mengambil sebuah apel dari piring. Sementara Alice dan Taeyong masih memperhatikannya.

"Kurasa aku sudah selesai dengan makanan ku." Kata Alice.

"Kalau begitu, kita bisa berangkat sekarang kan?" Tanya Taeyong memandangi ketiga orang dihadapannya.

"Tentu." Ucap Sally sambil berdiri dan di ikuti dengan Jaehyun, Alice beserta Taeyong.

---**---

Dua mobil sport berwarna merah dan hitam memasuki halaman Sungkyungkwan University yang terkenal dengan bangunan unik, universitas terlama dengan unsur mistik yang cukup kental. Dua mobil tersebut berhenti ketika sudah menempati parkiran yang sepertinya merupakan tempat parkir mereka. Sosok pria tampan dengan kacamata hitam, t-hirt warna putih dibalut dengan kemeja kotak-kota warna biru keluar dari mobil warna merah dan berjalan menuju pintu sebelah mobilnya, berlahan membuka pintu tersebut dan muncullah sosok gadis dengan paras cantik dan senyuman manis yang memikat. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan yang sempurna membuat semua gadis-gadis yang sengaja menunggu terlihat begitu shock.

"Benar kata Alice, ini ide yang buruk." Gerutu gadis manis itu yang tak lain adalah Sally. Jaehyun merangkulnya dan berjalan dengan santai. Pria itu tak begitu risih dengan tatapan banyak mata yang mulai membicarakan mereka.

"Aku sudah terbiasa dengan ini, bahkan sebelum kita bersama." Ucap Jaehyun dengan santainya dan hebatnya lagi pria ini tersenyum sopan kepada para gadis itu membuat Sally sangat ingin menyeret ia pergi.

"Jangan tersenyum pada mereka." Bisik Sally dengan ekspresi kesalnya.

"Wae? Aku hanya beramah tama." Balas Jaehyun yang seketika membuat Sally menyeretnya dan mempercepat langkah mereka. Jaehyun yang diperlakukan seperti itu hanya mampu tertawa geli.

Berbeda dengan sepasang kekasih itu. Alice dan Taeyong masih didalam mobil, Taeyong masih menunggu reaksi Alice yang terlihat begitu tegang.

"Kalau kau tidak siap, kita kembali saja ke castil." Usul Taeyong dengan segala pengertiannya. Alice memandang Taeyong sambil tersenyum.

"Lihatlah, bahkan kau memaksakan tersenyum. Aku tidak bisa menjamin bahwa Ten tidak akan ada disini tetapi aku tidak akan meninggalkanmu sedikit pun sampai kau merasa benar-benar nyaman disini." Seketika Alice mendesah mendengarkan ucapan Taeyong. Tidak ada yang bisa ia sembunyikan dari Taeyong. Hal yang paling Alice takutkan sepanjang perjalanan menuju kampus ini adalah pertemuannya dengan Ten. Jika itu memang terjadi? Alice benar-benar belum sepenuhnya siap, mengingat semua hal dan rencana yang Ten susun untuknya. Alice masih belum bisa dan sanggup untuk memaafkannya. Dan masalah yang kedua adalah ketika ia berjalan bersama Taeyong yang merupakan sosok yang cukup populer di kampus ini. Bayangkan saja, ketika mereka memasuki gerbang kampus, tak jarang banyak mata yang memusatkan perhatian mereka pada mobil milik mereka. Terlepas dari semua rasa kekhawatiran yang menguasai diri Alice, setidaknya ada Taeyong yang menjaganya disini sekarang.

"No! Kita masuk saja." Kata Alice dan Taeyong masih tetap memandangnya seolah menilai.

"Jangan memandangku seperti itu. Meskipun kau sangat tahu apa yang adalah dalam fikiran ku setidaknya kau harus tetap mempertimbangkan apa yang ku ucapkan!" Lanjut Alice dengan kekeras kepalaannya. Tanpa banyak kata Taeyong pun membantu Alice melepaskan sabuk pengamannya.

"Tunggu disini, aku akan membukakan pintu untukmu." Alice pun mengangguk menyetujui perintah Taeyong.

Taeyong keluar dari mobil sport warna hitam miliknya. Pria vampire ini nampak terlihat begitu tampan dengan t-shirt warna hitam dan kemeja dengan warna yang senada membuatnya terlihat begitu mengkilau karena kulit putih pucatnya membuat beberapa pasang mata yang memandangnya terlihat menganga. Taeyong memang kerap kali di kenal seperti tokoh anime dengan segala ketampanan dan karismatiknya. Selesai membuka pintu mobil, ia mengulurkan tangannya untuk Alice yang nampak begitu karismatik dengan kemeja yang dibalut dengan dres hitam selutut. Mereka berdua nampak begitu serasa saat bersama.

"MWO? Kenapa mereka berjalan bersama? Ada apa dengan hari ini?" Cibir seseorang yang berada disebelah mereka.

"Tadi Jaehyun dengan entah siapa yeoja itu. Sekarang Taeyong? Aku tidak rela...Dia adalah milikku!" Katanya salah satu gadis berkaca mata menatap tidak senang keduanya.

"Tidak pernah sedikit pun, aku melihatnya bersama seorang gadis. Kenapa dari semua gadis harus dia? Seharusnya ia mendapatkan gadis seperti Irene Redvelvet yang nampak seperti seorang dewi atau mungkin Yoona. Ah, ini sungguh membuatku Gila!" Keluh gadis lainnya.

Taeyong yang dapat mendengarkan keluhan mereka hanya tersenyum sementara Alice hanya mengirutkan keningnya sembari terus mempertajam pendengarannya untuk mendengarkan segala komentar para gadis pengagum Taeyong.

"Kau tak perlu mendengarkannya." Taeyong dengan tangannya menutup kedua telinga Alice yang terlihat begitu manis di mata para gadis itu. Apa lagi melihat senyum di bibir Taeyong yang jarang sekali mereka lihat membuat para gadis itu tambah kesal.

"Biarkan saja! Aku ingin mendengarkannya." Alice berusaha melepaskan tangan Taeyong.

"Ani! Aku tidak bisa membiarkanmu menggunakan syihir itu disini. Kau bisa mengacaukan kampus dan aku juga tidak mau kau dihukum oleh Aboji untuk tindakan mu ini." Taeyong berusaha mengingatkan Alice.

"Ah, ini membuatku Gila! Kenapa kau begitu sepopuler ini? Ini sungguh menyusahkan!" Keluh Alice yang seketika membuat Taeyong tersenyum.

"Lebih baik kau tidak menghiraukan mereka. Sebentar lagi mata kuliah di jam pertama akan di mulai. Ayo bergegas." Kali ini Taeyong menarik tangan Alice dan melangkah lebih cepat melewati lorong.

"Bahkan dia menggandengnya. AKU TIDAK BISA TERIMA INI!" Teriak histeris dari salah satu mahasiswi.

---***---

"Doyoung-ah!" Sapa Sally ketika jam mata kuliah pertama telah berakhir. Semenjak tadi Doyoung tidak menyadari keberadaan Sally dan Jaehyun. Doyoung pun berjalan mendekati sepasang kekasih itu.

"Bagaimana kabarmu Sally? Aku tidak menyangka kalau kau masuk hari ini. Apa ada perkembangan tentang Alice? Mian...Aku tidak bisa sering menjengukmu ke Castil karena Harabojie terus mengawasiku bahkan sekarang sudah ada 2 hunter menungguiku di luar." Keluh Doyoung yang membuat Sally dan Jaehyun saling berpandangan.

"Haruskan mereka berlebihan seperti itu?" Tanya Jaehyun dan ditanggapi dengan mengangtak kedua bahunya oleh Doyoung.

"Kau akan senang kalau aku menceritakan ini kepadamu." Kata Sally penuh semangat.

"Tentang apa itu?" Tanya Doyoung antusias.

"Tuan muda, kami menunggu anda." Seseorang paruh baya dengan tubuh nan tegap berjalan mendekati Doyoung membuat pembicaraan Sally dan Doyong terpotong.

"Sebentar, tunggulah diluar. Aku harus berbicara dengan teman ku." Pinta Doyoung dan pria itu pun membungkukkan badannya, kemudian melangkah keluar.

"Kalian lihat itu? Bahkan aku tidak bisa bersantai sekarang!" Keluh Doyoung membuat Sally dan Jaehyun memandangnya penuh dengan pengertian.

"Aku ingin mengatakan bahwa Alice sudah bersama kami." Kata Sally pelan, berharap dua pengawal Doyoung tidak mendengarkannya.

"MWO? KAU SERIUS??? AL..." Jaehyun segera membekap mulut Doyoung. Kecerobohan pria ini memang tidak pernah berakhir.

"Pado! Kau tidak harus berkata keras seperti itu. Mereka akan mendengarknya!" Bisik Jaehyun membuat Doyoung terdiam.

"Dia sekarang berada di kelasnya bersama Taeyong dan mereka sudah menikah sekarang." Lanjut Sally.

"APA????? MENIKAH DENGAN TAEYONG???"

"YAK!" Teriak Jaehyun dan Sally bersamaan. Jaehyun menjitak kepala Doyoung sementara Sally memandanginya dengan kesal.

"Kenapa kalian seperti ini? Apa aku tidak boleh merasa terkejut?" Protes Doyoung sambil berbisik.

"Tetapi seharusnya kau tetap sadar. Kalau mereka tahu, mereka tidak akan mengijinkanmu untuk bertemu dengan Alice." Jaehyun berusaha memberi pengertian pada si dugu Doyoung.

"Aish! Aku benar-benar muak dengan semua ini. Apa kalian tahu bagaimana rasanya terus bertingkah seperti tidak terjadi apapun? Itu sangat membuatku tersiksa. Aku selalu memikirkan Alice disetiap waktu, memikirkan bagaimana keadaanmu Sally, memikirkan apa yang sedang kalian rencanakan untuk menyelamatkan Alice. Hanya aku-aku yang tidak melakukan apapun! Bagaimana itu tidak menyedihkan jika pada kenyataannya Alice adalah saudariku dan juga salah satu keturunan Keluarga Kim yang menjadi pemimpin para Hunter disini." Akhirnya Doyoung mempunyai tempat untuk berkeluh kesah. Sally dan Jaehyun mendekatinya dengan Jaehyun menepuk bahunya dan Sally membisikkan sesuatu.

"Kami akan membantumu untuk bertemu dengan Alice. Jaehyun akan mengalihkan perhatian pengawalmu dan kita akan pergi bersama menemui Alice. Bagaiman?" Bisik Sally dan Doyoung pun nampak setuju karena seutas senyum terukir dibibirnya.

"Sungguh, aku tidak akan pernah melupakan semua kebaikan kalian." Doyoung yang selalu bersikap berlebihan. Meskipun begitu mereka bertiga akhirnya saling berpandangan sambil tersenyum.

Beberapa menit kemudian terlihatlah Doyoung dan Sally berlarian menuju kelas Alice. Mereka menjadi sasaran banyak mata karena terlihat seperti Doyoung berusaha membawa lari kekasih orang lain, bagaimana tidak? Tadi pagi mereka melihat Sally bersama Jaehyun begitu mesra dan sekarang? Bagaimana bisa Sally bersama Doyoung? Sungguh itu sesuatu yang memusingkan untuk dimengerti!

Setelah beberapa saat mereka telah sampai di depan ruang kelas yang Alice tempati bersama Taeyong tetapi tidak ada siapapun disana.

"Mereka sudah keluar, kita terlambat." Ucap Sally dengan nafas memburu.

"Benar! Apa yang harus kita lakukan? Kemana mereka? Sungguh, aku tidak punya banyak waktu sebelum mereka mencariku kemari." Ucap Doyoung dengan cemas.

"Sally!" Suara itu? Sally langsung menoleh dan mendapati Alice dan Taeyong duduk dengan santai dibangku taman yang hanya berjarak beberapa meter dihadapannya.

"Itu mereka, ayo kesana!" Sally menarik tangan Doyoung dengan cepat dan berlari menuju taman.

"Alice! Ini benar-benar kau?" Tanya Doyoung setibanya ia dibangku taman. Alice pun memeluk sepupu kesayangannya itu.

"Yes, ini aku sepupumu." Alice membalas pelukan Doyoung.

"Mian...Aku tidak bisa melakukan apapun untukmu." Kata Doyoung dan Alice menggeleng.

"No! Kau tidak perlu melakukan apapun untukku." Balas Alice sambil melepaskan pelukannya dan tersenyum memandangi Doyoung.

"Sally..." Panggil Taeyong tiba-tiba membuat perhatian Alice dan Doyoung teralih pada gadis itu yang hampir saja akan jatuh ketanah kalau Taeyong tak segera menangkapnya dengan cepat.

"Sally...Apa yang terjadi?" Alice segera meraih tubuh Sally dan menggerak-gerakkannya tetapi Sally tidak merespon sama sekali.

"Dimana Jaehyun?" Tanya Taeyong kepada Doyoung.

"Ia berusaha mengalihkan perhatian pengawal ku." Ekspresi Doyoung terlihat penuh penyesalan karena ia berfikir bahwa Sally pingsan karena kelelahan berlari bersamanya.

"Lebih baik kita bawa dia ke klinik kampus. Alice, gunakan teleportmu untuk membawa Doyoung." Alice mengangguk, Taeyoung menghilang bersama Sally yang ia gendong yang seketika membuat mulut Doyoung menganga karena kaget dan Alice segera membacakan beberapa mantra yang membuat beberapa orang disekitarnya agar melupakan kejadian bahwa Sally pingsan dan menghilang bersama Taeyong barusan. Kini Alice memegang tangan Doyoung dan membawanya menghilang dari tempat itu.

Beberapa menit kemudian mereka telah berada di klinik dan menunggu dokter memeriksa keadaan Sally. Terlihat Jaehyun datang dengan berlari.

"Hyung, apa yang terjadi kepadanya?" Tanya Jaehyun dengan ekspresi khawatir bercampur dengan cemas.

"Aku tidak tahu, ia tiba-tiba pingsan." Terang Taeyong.

"Ku rasa ia kelelahan karena berlari-lari dengan ku." Ungkap Doyoung.

"Siapa disini keluarganya?" Seorang wanita paruh baya keluar dari sebuah ruang pemeriksaan yang tak lain adalah Dokter Jung.

"Aku adalah kakaknya." Alice segera melangkah maju.

"Ayo ikut dengan ku, ada yang ingin ku katakan padamu." Kata Dokter itu membuat Alice bertambah cemas saja. Bahkan Jaehyun sudah sangat ingin menerobos kedalam tapi Doyoung berusaha menahannya.

"Apa yang terjadi dengannya?." Jaehyun semakin cemas saja.

"Dia akan baik-baik saja." Doyoung berusaha menenangkan Jaehyun.

"Hyung...Kau bisa membaca pikiran seseorang bukan? Jebal! Aku sangat ingin tahu apa yang dokter itu fikirkan?" Mohon Jaehyun namun Taeyong tak menunjukkan reaksi apapun untuk sesaat sampai ia mulai mengatakan sesuatu.

"Hm...Ku rasa Alice lah yang berhak mengatakannya. Kenapa kau berbuat ceroboh seperti ini? Ia masih belum siap untuk memilikinya." Kata Taeyong ambigu, ia menghela nafas berat. Doyoung dan Jaehyun benar-benar tak mengerti dengan perkataan Taeyong. Ketika JAehyun ingin meminta penjelasan secara detail dari Taeyong, Alice dan dokter jung sudah keluar dari dalam.

Pandangan Alice seketika tertuju pada sosok Jaehyun. Ekspresinya tidak dapat tertebak oleh Jaehyun maupun Doyoung tetapi Taeyong? Ia cukup tau apa yang Alice fikirkan. Setelah Dokter Jung berpamitan Jaehyun akan masuk kedalam ruangan Sally tapi Alice tiba-tiba menghadangnya.

"Kenapa kau begitu egois!" Alice berbicara kepada Jaehyun yang seketika mendapatkan tatapan ketidak mengertiannya.

"Apa maksudmu? Tolong jangan halangi jalan ku! Aku ingin menemui Sally" Mohon Jaehyun dan Alice menghela nafas marah. Doyoung hanya mengamati perdebatan mereka dengan ekspresi bingungnya dan Taeyong? Ia sepertinya menunggu.

"Sally hamil!" Ucap Alice yang seketika membuat Jaehyun dan Doyoung terkejut. Taeyong yang memang sudah tahu, masih setia dengan kediamannya.


-Tbc-

Akhirnya....Author hiyer haha
Gimana? Apa masih ada yang menunggu FF ini?
Ini bener-bener Chapter terpanjang dari Author ><
Jadi, jangan lupa ya vote plus komennya ^^
Thanks untuk para readers setia Alice x Taeyong :V


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top