Chapter 13

Malam telah terlukis jelas memenuhi bumi dengan kegelapannya, bulan dan bintang seolah tak ingin ketinggalan mengambil peran menghiasi malam kali ini. Keindah malam kali ini telah memenuhi langit kota Seol dan udara yang tidak begitu dingin membuat setiap orang tak menyia-nyiakan untuk hanya sekedar berjalan-jalan menikmati suasana malam yang indah.

Hal ini sungguh berbanding terbalik dengan suasana di tengah-tengah hutan tepatnya di castil milik keluarga Hwang, sepi dan sunyi. Alice masih terbaring lemah ditempat tidurnya, ia tak mampu memejamkan matanya sama sekali. Masih terngiang jelas difikirannya semua yang terjadi. Air matanya pun tak berhenti untuk keluar dari matanya.

Siapapun mereka, setangguh apapun orang itu? Tidak akan sanggup untuk mendengarkan sesuatu hal yang menyakitkan seperti itu. Keluarganya sendiri, memanfaatkan dan menipunya sampai akhir, semua itu rasanya belum cukup baginya. Puncak dimana rasa sakit itu sendiri adalah saat eommanya mengatakan bahwa ia sengaja di ciptakan dan itu cukup menegaskan bahwa dirinya tidak berarti apa-apa bagi keluarganya, bahkan itu Ten.

Alice pov

Ah, aku benar-benar terlihat seperti sampah sekarang. Aku lebih menyedihkan dari para vampire itu. Bagaimana bisa semua ini terjadi padaku? Dosa apa yang sebenarnya ku lakukan di kehidupan yang lalu?

Adam...Kau melihat semuanya bukan? Sungguh ini begitu sulit untuk terus bertahan di dunia ini. Aku sudah tak memiliki kekuatan untuk tetap menghadapi hidup, jadi maukah kau memaafkan ku? Memaafkan ku karena aku tidak bisa menjaga Sally dan Aaron seperti pesanmu. Aku sudah sampai dibatas dimana aku tak sangguh bahkan itu hanya berfikir untuk tetap hidup.

"Apa dia sudah makan?" Suara itu? Tuhan, aku benar-benar tidak ingin menemuinya. Ku mohon, jangan masuk kemari. Ini terlalu berat bagiku, sungguh.

Kreet

Aku memejamkan mataku. Aku tidak ingin melihatnya, aku sudah sangat hancur sekarang. Apa itu masih belum cukup?

"Aku tahu kau tidak tidur, bangunlah Alice dan makanlah makananmu." Kenapa? Apa kau takut aku akan mati dan semua rencana besarmu itu akan gagal? Dan aku mendengar langkah kakinya semakin dekat, kemudian ia duduk disampingku.

"Kalau saja kau menuruti semua perkataanku? Eomma tidak akan menghukummu seperti ini. Kau tidak tahu bagaimana eomma jika murka? Dia tidak akan segan-segan melakukan apapun!" Dirimu adalah pengecualiannya Ten. Dia tidak akan tega untuk melukaimu ku rasa. Dia begitu menyayangimu, sungguh sangat menyayanyimu!

"Alice...Aku tahu kau marah kepadaku, tapi perlu kau tahu semua yang ku lakukan kepadamu selama ini adalah tulus." Shit! Sekarang sandiwara apa lagi yang sedang kau lakukan Ten?

"Alice...Bangunlah dan bicaralah kepadaku." Ku mohon jangan menyentuhku dengan tanganmu itu. Aku sudah tak memiliki apapun yang bisa ku berikan kepadamu bahkan aku tak sanggup untuk hanya sekedar berbicara kepadamu. Aku merasa semua kata akan terbuang percuma diiringi dengan kejelasan arti diriku bagimu Ten. Aku bukanlah siapa-siapa bagimu, jadi berhentilah sekarang.

"Kau benar-benar tidak ingin bangun? Apa aku harus memaksamu untuk bangun?" Aku merasakan tempat tidur ini sedikit bergoyang dan aku dapat merasakan deru nafas Ten pada pipiku. Jangan katakan? Mataku terbuka seketika dan benar saja, aku melihatnya berada diatas tubuhku dengan tatapan tajamnya. Apa yang akan kau lakukan?

"Katakan sesuatu?" Apa? Apa yang bisa ku katakan Ten? Untuk apa aku berbicara? Kalau pada akhirnya itu hanya sebuah kesia-siaan? Karena bagi kalian aku bukan siapa-siapa, jadi jika aku memutuskan untuk tak berbicara kepada siapapun tidak begitu penting sekarang bukan?

Aku hanya mampu menangis, menangis dalam diam. Aku sudah hancur dan begitu lelah. Semakin lama dadaku semakin sesak dan penglihatanku mulai mengabur.

"Alice!" Aku masih dapat merasakan sentuhan bibir Ten yang dengan lembutnya menyentuh bibirku. Entah mengapa? Rasanya berbeda, tidak seperti beberapa waktu lalu. Aku hanya merasakan sakit dan kepalaku semakin berat. Aku tidak kuat lagi...

Alice pov end

Alice mengalami dehidrasi parah akibat tidak minum dan makan seharian ditambah gadis itu tidak memejamkan matanya sama sekali. Kekuatannya telah disegel oleh eommanya. Ia pun tak sadarkan diri.

"Alice!" Panggil Ten yang merasakan gadis itu tidak bergerak.

"Apa yang kau lakukan padanya?" Sosok wanita paruh bayah yang tak lain adalah Eomma Ten kini berjalan mendekat. Melihat apa yang telah dilakukan kedua anaknya.

"Itu eomma, Alice pingsan." Ucap Ten dengan terbatah-batah.

"Menyingkirlah!" Perintah wanita itu dengan segera Ten berdiri.

"Jangan ulangi ini lagi Chittapon. Kau boleh menyentuhnya hanya ketika ritual telah usai dan setelah itu kau harus mengakhirinya." Desah wanita itu.

"Tapi eomma dia adalah Sinb putrimu. Apa eomma akan benar-benar membunuhnya setelah semua selesai?" Tanya Ten dengan ekspresi cemasnya. Wanita itu tersenyum.

"Bodoh! Kenapa kau harus memikirkan sesuatu yang tidak penting seperti itu? Lagi pula, tidak ada gunanya dia terus hidup setelah semua kekuatannya kau serap."

"Tapi eomma..."

"Aku tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini lagi. Kalau Appamu tahu tentang ini? Dia tidak akan mengampunimu!" Ekspresi Ten berubah menjadi tegang dan setelah itu ia memutuskan untuk pergi tanpa berpamitan.

"Aigo, lihatlah bagaimana dia. Rupanya kau sudah berhasil memikatnya. Kau juga memiliki pesona yang begitu besar sama sepertiku." Wanita itu pun mulai membacakan beberapa mantranya dan seketika Alice membuka matanya kembali.

"Jangan berupaya untuk membunuh dirimu sendiri karena selama kau memiliki kekuatan itu, kau tidak akan pernah mati." Ucapnya sembari memandang Alice dengan ekspresi berbeda dari biasanya.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" Kemudian wanita itu mendesah.

"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan membiarkanmu berulah setidaknya sampai ritual itu selesai." Kali ini wanita itu meninggalkan Alice sendirian.

Alice hanya mampu mengalirkan terus kristal beningnya.

"Kenapa kalian tidak segera melakukan ritual itu? Agar aku cepat mati." Gumamnya.

"Kau tidak akan mati." Suara itu? Alice terdiam. Tidak mungkin itu suara? Alice membantin.

"Iya ini aku, vampire sampah Lee Taeyong. Kenapa kau sangat ingin mati Alice?" Alice terdiam, ia masih tak percaya dengan semua yang ia dengar.

"Bagaimana bisa kau melakukannya? Castil ini memiliki benteng matra yang begitu kuat." Alice mulai berbicara dalam diam.

"Aku tidak menggunakan mantra seperti kalian, ini murni kekuatanku." Alice mendesah, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi? Bahkan ia masih menyimpan sejuta pertanyaan tentang bagaimana seorang Vampire original seperti Lee Taeyong dapat membaca fikirannya.

"Apa yang kau inginkan?" Alice penasaran dengan tujuan pria ini menghubunginnya.

"Tentu saja untuk menyelamatkanmu." Mata Alice melebar dan ekspresi wajahnya terlihat begitu terkejut.

"Apa kau mengetahui semuanya? tentang Ten yang masih hidup dan ritual itu?" Tanya Alice tak sabaran.

"Ten? Dia masih hidup? Bagaimana bisa?" Alice hanya tersenyum getir.

"Dia abadi seperti dirimu dan luar biasanya dia adalah saudaraku." Gumam Alice, ada jeda cukup panjang sebelum akhirnya Taeyong mulai mengatakan sesuatu.

"Sebenarnya apa yang terjadi Alice? Mereka ingin membunuhmu?" Alice merasakan kebingungan pada diri Taeyong.

"Mereka tidak akan membunuhku hanya mengambil kekuatanku." Ucap Alice dengan nada lelahnya.

"Kenapa? Kenapa mereka melakukan itu? Alice! Aku benar-benar akan menyelamatkanmu!" Alice memejamkan matanya sebelum akhirnya menjawab perkataan Taeyong.

"Kau? Apa yang kau katakan? Kau tidak akan bisa melakukan itu." Alice menggeleng tak percaya.

"Kenapa tidak? Aku akan datang sendiri untuk menyelamatkanmu." Alice mendesah.

"Apa kau gila? Kau akan mati sia-sia disini Taeyong! Berhentilah berbicara omong kosong!" Alice mulai kesal dengan kelakuan monster satu ini

"Wow...Kau menyebut namaku. Aku cukup senang dengan itu." Monster ini benar-benar? Batin Alice.

"Benar-benar apa? Tampan bukan? Hahaha." Taeyong tak berhenti menggoda Alice.

"Berhentilah bermain-main. Aku sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk bermain-main." Keluh Alice.

"Maafkan aku, aku hanya berusaha untuk menghiburmu tapi ternyata aku tidak bisa melakukannya." Kata Taeyong dengan nada getir.

"Bagaimana keadaan Sally? Apa dia baik-baik saja?" Alice berusaha mengalihkan topik.

"Hm...Dia baik-baik saja. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Ku mohon dengarkan aku Alice...Aku akan menyelamatkanmu, jadi percayalah kepadaku." Alice tertegun merasakan kesungguhan pada diri Taeyong.

"Why? Kenapa kau begitu gigih? Jangan mengambil resiko begitu besar untuk menyelamatkanku Taeyong...Apa kau lupa? Aku hampir saja membunuhmu dan juga saudaramu. Seharusnya kau biarkan saja seperti ini." Ucap Alice sambil berusaha menahan tangisnya. Ia menyesali semua yang terjadi, prasangkanya terhadap keluarga Taeyong.

"Ani! Aku akan menyelamatkanmu Alice. Ku mohon bertahanlah! Paling tidak demi Sally. Aku sudah berjanji padanya untuk menemukanmu." Alice mendesah.

"Bodoh! Kenapa kau berjanji untuk sesuatu yang mustahil Taeyong. Aku berusaha datang dalam mimpinya agar dia bisa melanjutkan hidupnya tanpa terus mengkhawatirkanku." Alice menangis dalam diam. Alice tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya kalau ia tidak dapat menemui Sally lagi.

"Kau akan bisa bertemu dengannya lagi, ku pastikan itu Alice. Aku akan segera menyelamatkanmu!"

"Itu tidak akan mudah, kau tidak tahu? Disini, Castil ini dijaga dengan ketat oleh para vampire dan beberapa penyihir. Didalam ruang bawah tanah ada pasukan khusus yang akan disiapkan untuk menyerang kota dan itu termasuk menyerang kalian. Aku dilahirkan hanya untuk tujuan itu." Alice terisak.

"Kenapa? Untuk tujuan apa?" Taeyong tak mengerti sama sekali.

"Setelah ritual itu kekuatan ku akan pindah ketangan Ten dan aku akan menjadi manusia biasa lagi. Setelah itu mereka akan mulai melakukan rencana selanjutnya, menguasai kota dan semuanya." Alice menunjukkan ekspresi kesedihannya. Ia tidak pernah menyetujui semua ini.

"Apa? Ritual? Jadi dari situ ia akan mengambil kekuatanmu dan menguasai kota? Alice, ku rasa mereka ingin menjadikan Ten seorang Lord pemimpin para vampire yang kekal dan terkuat tapi kau sangat tahu bahwa itu bukanlah hal yang baik bukan? Rencana mereka benar-benar akan membuat kota ini hancur, bahkan negara ini. Ah tidak! Mereka berusaha menguasai dunia Alice!" Alice terdiam berusaha mencerna semua perkataan Taeyong. Dia benar-benar tidak percaya? Bagaimana bisa keluarganya ini berusaha untuk melakukan sesuatu yang keji seperti itu? Alice tak mengerti, sungguh!

"Kau yakin?" Tanya Alice dengan ragu.

"Ne, keluargaku sudah mencium kabar ini lama. Aku tidak tahu bahwa orang yang disebut-sebut Pangeran Kegelapan itu adalah Ten. Bahkan rencananya untuk menyerang kota dan menundukkan Klan-klan vampire yang menentangnya. Kalau sampai ia mendapatkan kekuatanmu, semuanya akan tamat Alice. Dunia akan tamat! Apa kau mau semua itu terjadi?" Alice menggeleng keras.

"Tidak! Aku tidak menyetujuinya. Kau cukup tahu bagaimana kehidupanku bukan? Aku seorang hunter, sudah kewajibanku untuk melindungi manusia dari mereka para vampire pemangsa. Lalu bagaimana bisa aku melihat mereka semua dibunuh dan diserang? Bahkan jika itu keluargaku sendiri yang melakukannya. Sungguh, aku tidak bisa menerima itu!" Ada sedikit harapan dari kedua bola mata coklat Alice.

"Untuk itu ku mohon berjuanglah dengan kami. Kau harus tetap hidup, apapun yang terjadi Alice." Alice tertegun dengan ucapan Taeyong karena sepenuhnya ucapan vampire itu benar adanya.

"Bukankah kau sangat menginginkan sebuah kedamain? Kedamaian yang selalu diidamkan oleh setiap manusia? Kami juga menginginkan itu Alice. Jadi percayalah kepada kami, ayo kita berjuang bersama untuk kedamaian itu." Alice menangis lagi, setidaknya ia memiliki harapan sekarang. Alasan yang mendasarinya untuk tetap hidup.

"Ya, aku menginginkan itu. Aku ingin kedamaian itu terwujud." Ucap Alice dengan jujur.

"Kalau begitu hal yang pertama harus kita lakukan adalah mengelurkanmu dari sana."

"Itu tidak akan mudah Taeyong. Aku sudah mengataknya kepadamu bukan? Seberapa ketat penjagaannya disini?" Ucap Alice dengan cemas.

"Aku akan memikirkan sebuah cara dan kau juga harus memikirkannya juga. Satu hal lagi, kau harus tetap bertahan sampai aku datang."

"Tentu...Gomawo Lee Taeyong." Ucap Alice dengan tulus.

"Hm...Sekarang istirahatlah."

"Ya..." Alice memejamkan matanya kembali dengan perasaan yang sedikit lega. Ternyata masih ada hari esok untuknya. Hari esok yang memungkinkan baginya untuk melihat kecerahan langit dan kejinggahan senja. Ia tidak sabar untuk menyambut hari itu.

---***---

Taeyong menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur king size, kemudian monster tampan itu mendesah berat. Ia memikirkan semua perkataan Alice tentang semua rencana keji yang direncanakan oleh para vampire itu. Ekspresinya menunjukkan ke khawatiran yang begitu besar.

"Bagaimana bisa semua terjadi? Apakah ini akan menjadi akhir?" Gumamnya dengan nafas lelah dan memejamkan matanya.

"Apa kau menggunakan kekuatanmu terlalu banyak hyung?" Itu suara Jaehyun, segera Taeyong membuka matanya.

"Hm..." Jawab Taeyong singkat.

"Apa yang mendesakmu melakukan itu?" Tanya Jaehyun penasaran.

"Sesuatu yang sangat berbahaya." Ucap Taeyong ambigu. Melihat Taeyong begitu serius membuat Jaehyun duduk disampingnya.

"Apa itu hyung?" Tanyanya dengan ekspresi serius.

"Besok, aku akan memberitahumu. Jaehyun-ah maukah kau membantuku?" Jaehyun mengangguk dengan pasti.

"Kumpulkan semua keluarga kita dan juga para penyihir. Besok aku akan mengatakan semuanya." Jaehyun mengerti, ia meninggalkan Taeyong untuk memberikan waktu pada hyungnya agar beristirahat.

---***---

Sally pov

Malam ini benar-benar indah, aku sangat ingin berjalan-jalan disekeliling castil ini dengan sinar rembulan yang temaran dan udara cukup sejuk. Kalau saja Jaehyun mengijinkanku keluar bersama Doyoung mungkin aku tidak akan sesedih ini. Aku benar-benar tidak dapat menebak apa yang di fikirkan monster itu? Kenapa dia selalu saja mengacaukan rencana indahku.

"Kau masih belum tidur?" Ah, rupanya umurnya cukup panjang. Baru saja aku memikirkannya, ia sudah berdiri disampingku.

"Malam ini terlalu indah untuk di lewatkan." Kataku dengan kesal dan aku mendengarkan desahannya.

"Kenapa kau terus saja keras kepala?" Kalian lihat bukan? Dia mengomel lagi.

"Kenapa kau terus saja melarangku pergi dari kamar ini?" Protesku dan ia memutar badannya, menghadapku, menatapku dengan dalam. Diam dalam keadaan seperti ini dan menatapku seperti itu sungguh membuatku gugup. Kenapa ia hanya memandangku dan tak mengatakan sesuatu? Aku-aku tidak bisa terus dalam kondisi seperti ini.

"Baiklah...Aku akan menemanimu berkeliling castil." WHAT??? Aku tidak salah dengar? Dia sedang tidak berbohong kan?

"Kenapa masih diam saja? Kau tidak mau? Baiklah kalau kau..."

"Aku mau!" Ucapku berusaha memotong ucapannya.

"Ayo!" Dia mengulurkan tangannya? Oh My God! Kalau saja setiap hari ia bersikap semanis ini? Mungkin aku akan benar-benar menyukainya. Dengan ragu aku memegang tangannya. Dingin, tapi aku menikmatinya.

Kami berjalan berlahan melewati lorong castil dengan kesunyian. Aku beberapa kali meliriknya yang terlihat seolah memikirkan sesuatu.

Haruskan aku bertanya? Bertanya tentang apa yang membuatnya sampai berfikir seserius itu?

"Ada apa?" Tanyaku dengan ragu. Seperti layaknya manusia, ia menatapku sedikit terkejut. Aku melihat sisinya yang lain dan tiba-tiba saja ia merangkul bahuku dan menuntunku untuk segera menuruni sebuah tangga menuju pintu keluar castil. Kenapa ia tidak menjawab pertanyaanku?

Kami telah berada dihalaman castil yang cukup luas. Ah, ini benar-benar melegakan.

"Sungguh menyejukkan." Gumamku.

"Kau menyukainya?" Aku menoleh kearahnya dan melihat senyuman manisnya terukir jelas.

"Yes!" Ucapku penuh semangat.

"Kalau saja dari kemarin kau mengijinkan ku keluar dengan Doyoung. Mungkin suasana hatiku akan lebih baik." Keluhku yang kini duduk dibangku taman dan Jaehyun menghampiriku, duduk disampingku.

"Mengertilah...Aku mengkhawatirkanmu, Sally." Aku memandangnya seolah mengatakan apa itu tidak terlalu berlebihan dan ia seolah mengerti dengan arti dari tatapanku.

"Aku serius dengan perkataanku." Katanya dan aku menggendikkan bahuku. Tanpa ku duga, Jaehyun meraih tangan kananku dan mengaitakan jemarinya dengan jemari tanganku. Aku membeku dan merasa susah bernafas. Kenapa ia terus menggodaku?

"Ini untuk apa?" Tanyaku dengan muka merah merona dan jantungku? Aku sudah tidak bisa menggambarkan seperti apa rasanya. Ia pun menatapku dengan lembut. Oh My God! Aku tidak tahan dengan semua ini. Kenapa ia terus mendekatiku? Jangan katakan dia ingin menciumku? Oh no!

Chu~

Aku membuka mataku ketika aku merasakan ia mencium keningku. Aku menghela nafas kecewa dan ku rasa ia menyadarinya.

"Wae? Apa kau kecewa karena aku hanya mencium keningmu?" Shit! Dia menggodaku!

"No! Kau seharusnya..."

Chu~

Kali ini ia mencium bibirku singkat yang membuat jantung ku benar-benar ingin melompat keluar. Aku tertangkap basah memperlihatkan ekspresi schok ku.

"Kena sekarang kau!" Bisiknya padaku yang hanya mampu ku jawab dengan desahan dan...

"Aku akan melakukannya lebih lama, jadi bersiaplah." Gumamnya yang seketika meraih daguku dan menempelkan bibirnya pada bibirku, melumatnya dengan lembut. Aku menikmati setiap lumatan lembut bibirnya dan semua emosi yang seolah meledak ini.

Sally pov end

Sally dan Jaehyun masih melanjutkan aktifitas romantis mereka. Berjalan mengintari castil sambil saling berpelukan dan terkadang saling berciuman.

"Kenapa aku begitu mudah?" Keluh Sally, ia baru menyesali perbuatannya yang membiarkan Jaehyun menciumnya dengan mudah saat ditaman tadi.

"Biarkan saja, aku tidak pernah berfikir bahwa dirimu seseorang gadis yang begitu mudah ku dapatkan." Akui Jaehyun namun tak dapat membuat Sally kembali senang.

"Aku tahu kau menertawaiku didalam hatimu bukan? Kau sudah mendapatkanku dan akan membuangku suatu saat nanti." Ucap Sally penuh curiga membuat Jaehyun mendesah.

"Tidak seperti itu." Ucapnya sembari mengulurkan tangannya pada kedua pipi Sally agar gadis itu menatap ia sepenuhnya. "Hanya kau yang membuatku merasa khawatir dan akan gila saat melihatmu tak bergerak dihadapanku." Sally terdiam, saat Alice menyerang Jaehyun dan ia berusaha untuk melindungi monster itu. Ia menjadikan tubuhnya sebagai tameng dan membuatnya ambruk seketika saat itu, meskipun ia begitu lemas tapi Sally masih dapat mendengarkan suara kemarahan Jaehyun dan kekhawatirannya.

"Aku sudah cukup lelah bermain kejar-kejaran denganmu. Kau jangan terus bersikap dingin kepadaku. Dulu kau tidak sekasar itu kepadaku." Kata Sally blak-blakan yang seketika membuat Jaehyun merasa geli. Jaehyun pun memeluk Sally hangat.

"Kau yang terus keras kepala dan naif. Berhentilah bersikap seperti itu. Kalau kau terus melakukannya, aku akan memberikanmu pelajaran." Sally kembali cemberut memandang wajah Jaehyun yang bersinar terpantul cahaya rembulan.

"Bahkan kau tidak berhenti untuk mengomeliku." Protes Sally membuat Jaehyun tersenyum.

"Entahlah...Ini sebenarnya bukan gayaku untuk mengomeli seseorang, kau adalah pengecualiannya Sally." Ucap Jaehyun sambil menarik Sally untuk terus berjalan.

"Kau hanya menahan diri selama ini." Tebak Sally yang seketika membuat Jaehyun berfikir.

"Hm...Kurasa kau benar. Aku terlalu menahan diri untuk terlihat normal dihadapan manusia, namun itu berbeda jika dihadapanmu. Aku bisa menjadi diriku sendiri." Gumam Jaehyun yang membuat Sally tersenyum.

"Jadi katakan sekarang apa yang membuatmu seolah memikirkan sesuatu." Jaehyun memandang Sally sekelis sebelum akhirnya mendesah.

"Aku tidak tahu? Aku menemui Taeyong hyung di kamarnya. Aku tidak tahu apa yang membuatnya begitu serius dan khawatir? Dia hanya mengatakan sesuatu yang berbahaya." Ucap Jaehyun dengan cemas. Sally berfikir keras untuk berusaha mencerna ucapan Jaehyun.

"Apa itu berhubungan dengan Alice?" Entah kenapa? Fikiran Sally melayang kesana.

"Aku tidak tahu, dia hanya mengatakan itu dan menyuruhku untuk mengumpulkan orang-orang." Ucap Jaehyun seadanya.

"Bersabarlah, besok kau akan tahu apa yang dimaksud olehnya bukan?" Sally berusaha untuk menenangkan hati kekasih barunya ini.

"Hm...Aku berharap itu bukan sesuatu yang buruk." Gumam Jaehyun sembari mempererat genggaman tangannya pada Sally.

---***---

Mentari telah muncul menebarkan berkas cahayanya menerangi kota Seol. Semerbak bunga cerry blossom memenuhi tiap lengkuk castil itu. Taeyong menghiruf udara dengan dalam, mulai dari sekarang akan ada banyak hal tak terduga terjadi. Berbahaya atau tidaknya? Taeyong tidak ingin siapapun terluka. Ia sudah melewati begitu banyak masa dan beradaban dibumi ini karena ia salah satu dari mereka yang abadi. Setidaknya ia sudah mengalami begitu banyak peristiwa yang buruk, menyedihkan bahkan itu bahagia. Dari semua peristiwa itu? Taeyong merasa sekarang adalah yang paling terberat untuknya, keluarganya dan semua orang.

"Hari ini aku akan mengatakannya Alice." Gumam Taeyong.

"Kau yakin?" Ucap Alice. Kali ini mereka berbicara lewat telepati mereka.

"Hm..." Ekspresi Taeyong benar-benar tegang.

"Kau baik-baik saja kan?" Entah apa yang di fikirkan gadis itu? Apakah Alice mulai mengkhawatirkan Taeyong. Seketika senyum itu muncul di bibir Taeyong.

"Kau mengkhawatirkanku? Wah, apa kita harus selalu dalam keadaan seperti ini, agar kau terus mengkhawatirkanku?" Taeyong terus menggoda Alice.

"Ah...Aku sudah lama tak memakai pasak perakku. Aku benar-benar merindukan ketika aku masih menjadi seorang hunter." Taeyong mengirutkan keningnya merasa tak mengerti dengan apa yang dikatakan olah Alice.

"Wae? Kenapa kau mengalihkan pembicaraan?" Protes Taeyong.

"Karena aku sudah tidak sabar untuk menusukmu dengan pasak perakku. Kau menyebalkan sampai rasanya aku ingin mematahkan lehermu dan berhentilah terus menggodaku." Keluh Alice yang seketika membuat Taeyong terkekeh.

"Hahaha...Aku benar-benar merindukan bertengkar denganmu." Ucap monster tampan itu yang kemudian terdiam.

"Apa ini akan berhasil? Kalau terlalu sulit lebih baik kau tidak perlu bersusah payah untuk menyelamatkanku. Aku akan menemukan sebuah cara agar mereka tidak dapat merebut kekuatanku, bahkan jika aku harus mengorbankan nyawaku." Alice menyadari bahwa masalah ini begitu berat dan berbahaya. Ia tidak mau siapapun terluka lagi. Sudah cukup keonaran yang ia buat beberapa waktu lalu dan sekarang? Keluarganya merencanakan rencana jahat yang begitu besar. Ia tidak bisa membiarkan itu karena ia juga merasa bersalah untuk semuanya.

"Kenapa kau berkata seperti itu? Bukankah kita sepakat untuk berjuang bersama. Dalam berjuang kau tidak harus mati Alice! Bertahan untuk tetap hidup adalah sebuah perjuangan juga." Nasehat Taeyong yang nampak sekali menunjukkan wajah kekhawatirannya. Mendengarkan ucapan Alice membuat Taeyong bertambah frustasi, sungguh ia sangat ingin menyelamatkan gadis itu. Bahkan sekarang ingin rasanya ia berlari untuk menemuinya namun Taeyong tahu bahwa itu tindakan bodoh. Ia hanya akan membuat Alice semakin dalam bahaya kalau ia hanya mengandalkan emosi tidak dengan logikanya. Taeyong harus menyusun rencana sematang mungkin, ini bukan hanya tentang menyelamatkan Alice namun menyelamatkan semuanya.

"Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan? Bahkan aku tidak bisa melakukan apapun untuk Aaron." Taeyong terdiam.

"Siapa dia Alice?"

"Saudaraku dan juga Sally. Kami empat bersaudara. Adam, aku, Aaron dan Sally, tapi kini hanya sisa kami bertiga. Aku tidak mau kehilangan siapapun lagi, aku sudah berjanji kepada Adam untuk menjaga mereka berdua. Jika saat itu kau tidak dapat menyelamatkanku, kumohon selamatkanlah dia." Taeyong tertegun lagi.

"Sudah ku katakan kau tidak boleh menyerah Alice. Ku mohon berhentilah berkata seperti itu. Percayalah kepadaku, aku akan menyelesaikan semuanya. Itu janjiku..." Dan Taeyong tak mendengarkan jawaban apapun dari gadis itu membuat Taeyong semakin resah. Tanpa pikir panjang akhirnya Taeyong beranjak pergi meninggalkan kamarnya.

---***---

Alice masih berbaring dalam tubuh lemahnya, menangis dalam diam. Ada gejolak besar yang timbul dalam dirinya, antara sebuah penyesalan dan ketidak berdayaan. Bagaimana ia begitu tidak tahu malu meminta bantuan pada sosok vampire original yang hampir mati ditangannya dan kondisinya yang benar-benar berada di titik terendah membuatnya merasa seperti sampah.

Ingin rasanya ia menyerah dan mati, namun itu malah akan memperburuk dan membuat kacau semuanya. Kalau saja dengan kepergiannya dunia akan menjadi lebih baik, Alice akan melakukannya. Kenyataannya tidak semudah itu, akan ada hal besar yang terjadi. Kejahatan luar biasa dan Alice harus mencegah semua itu terjadi.

"Alice..." Alice melirik Ten yang berdiri tak jauhnya darinya, entah sejak kapan? Ten terlihat cemas.

Kemudian Ten datang menghampirinya. Merebahkan tubuhnya disamping Alice. Mengusap air mata gadis itu dengan lembut, namun air mata Alice semakin deras saja.

"Mianhae..." Lirih Ten. Sungguh, Alice masih menyimpan rasa cintanya kepada Ten, namun rasa sakitnya juga begitu besar. Alice memejamkan matanya seolah mengabaikan permintaan maaf dari Ten.

---***---

Masih di suasana pagi. Sally terbangun dari tidurnya dan terkejut ketika ia menyadari sebuah tangan melingkar pada pinggang mungilnya. Setelah ia menggeser tubuhnya dan berbalik, betapa terkejutnya gadis itu.

"Jaehyun?" Seketika mata Jaehyun terbuka. Monster tampan itu tersenyum dan mengecup singkat bibir Sally.

"What the hell? Kenapa kau ada disini?" Seingat Sally semalam Jaehyun berpamitan setelah mengantarnya menuju kamar dan sekarang tiba-tiba saja monster itu sudah berada disampingnya. Tidur dengan nyaman? Dengan memeluknya? Monster mesum ini!

Puk...puk...puk

Sally memukuli Jaehyun dengan sebal.

"Yak! Kenapa kau memukuliku?" Keluh Jaehyun

"Kau vampire mesum. Minta maaf ku bilang? Kau tidur disampingku tanpa meminta izin." Jaehyun tersenyum geli.

"Apa ini? Kau tersenyum? Wah, pergi dari kamarku sekarang!" Usir Sally tapi Jaehyun malah memberikan back hug.

"Ini masih terlalu pagi, kau akan membangunkan banyak orang dan ku pastikan kau akan malu sebentar lagi." Jaehyun tersenyum penuh arti.

"Apa maksudmu? Berhenti berbicara omong kosong. Go!" Sally masih belum bisa menghilangkan kekesalannya. Untung saja mereka hanya berbaring bersama, tidak melakukan apapun! Alice benar-benar akan membunuh monster itu kalau tahu apa yang dilakukannya terhadap Sally.

"Kau disini rupanya?" Suara itu seketika membuat dua insan itu kelabakan.

"Ah...Kau hyung." Ucap Jaehyun dengan canggung dan Sally membeku mendapatkan tatapan aneh dari Taeyong.

"Ti-tidak terjadi apapun!" Ucap Sally dengan gugup.

"Wah apa ini? Hahaha kalian?" Sang maknae datang dengan ekspresi berlebihannya Mark terus terkikik.

"Apa tidak ada privasi ditempat ini?" Keluh Jaehyun yang seketika membuat Taeyong tersenyum dan Mark terdiam.

"Hyung kita pergi dari sini. Kurasa mereka masih harus menyelesaikannya." Mark menyeret Taeyong pergi dengan tawa nyaring.

"Hahahahaha...."

"Aish! Kemari kau kunyuk sialan!" Umpat Jaehyun kepada Mark. Kemudian Jaehyun melirik kearah Sally yang sudah menutupi mukanya dengan selimut.

"Sudah ku katakan berhenti bersikap naif?" Omel Jaehyun yang seketika membuat Sally menurunkan selimutnya dan menatapnya sebal.

"Kenapa kau yang marah? Seharusnya aku yang marah...Pergi sana! Kau menyebalkan!" Sally pun meringkuk kembali dalam selimutnya membuat Jaehyun mendesah.

Sementara Mark dan Taeyong berjalan menuju ke castle milik orang tuanya yang terletak beberapa meter dari castil milik Jaehyun.

"Aku menyuruhnya untuk mengumpulkan orang-orang tapi dia malah asyik berkencan." Keluh Taeyong sembil mendesah berat. Mark yang tidak biasa melihat sikap Taeyong merasa bingung, pasalnya selama ini meskipun Jaehyun dan dirinya bertingkah seenaknya Taeyong tidak akan banyak berbicara.

"Apa sesuatu terjadi?" Tanya Mark dan kini mereka telah sampai dihalaman castil utama milik orang tua mereka sampai salah satu pengawal mereka menghampiri kedua vampire tampan ini.

"Tuan muda ada yang ingin menemui anda." Kedua vampire tampan itu mengirutkan keningnya sembari menatap pengawalnya. Seolah mereka mempertanyakan, siapa yang ingin ditemui?

"Maksud hamba...Tuan muda Minghyung." Ucap pengawal itu memperjelas semuanya.

"Apa dia seseorang yang ku kenal?" Tanya Mark penasaran.

"Hamba tidak tahu tuan muda, dia mengaku bernama Aline Kim." Seketika mata Mark melebar dan mulutnya menganga. Taeyong merasa geli dengan apa yang ada dalam fikiran Mark.

"Sudahlah temui dia. Aish, kau masih terlalu kecil untuk menjadi seorang Appa. Tapi kurasa itu tidak terlalu buruk." Goda Taeyong sambil berjalan meninggalkan Mark.

"Yak hyung! Itu hanya sebuah kesalahan okay. Shit! Why? Kenapa dia kemari? Dia tidak sedang hamil dan meminta pertanggung jawabanku bukan? Arrrrgggghhhhhhh....Aku membenci situasi ini. Gadis itu benar-benar membuatku pusing." Keluh Mark sambil berjalan berlawanan arah menuju castilnya sendiri.

Mark telah sampai didalam castil miliknya dan mendapati seorang gadis dengan rambut karamel nan lurus membelakanginya. Mark menghela nafas, berusaha memberanikan dirinya untuk menghampiri gadis itu.

"Aline..." Panggil Mark dengan ragu dan gadis itu menoleh dengan senyum manisnya. Sekali lagi Mark membeku, entah mengapa? Mark tidak pernah bisa lepas dari senyum manis yang selalu memikatnya setiap saat tatkala dia selalu bersama gadis itu. Meskipun logikanya berusaha untuk terus menyadarkan bahwa ini tidak benar untuk bersama gadis itu, namun Mark sudah benar-bener tersihir olehnya. Karena itulah Mark memutuskan untuk kembali lagi ke korea, ia sama sekali tidak bisa jauh dari gadis itu. Teman sekaligus kekasihnya yang membuat ia selalu merasa kecanduan.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Mark dengan kikuk dan kini vampire tampan itu sudah berada didepan Aline. Gadis itu masih mengembangkan senyum manisnya dan mata indah yang selalu berbinar itu, membuat Mark tak bisa meninggalkannya. Kembali lagi, Mark merasa terhipnotis dengan gadis dihadapannya ini.

"Tentu saja menemuimu. I miss you." Ucapnya sembari memeluk Mark dengan hangat. Mark seketika tegang dan ragu antara ingin membalas pelukan gadis itu atau tidak? Sesungguhnya ketakutan Mark selama ini adalah bahwa lambat laun gadis itu akan tahu siapa dirinya. Aline tidak pernah tahu bahwa Mark adalah seorang vampire original berdarah bangsawan, sepengetahuan Mark seperti itu.

"Pulanglah...Aku akan mengantarmu sekarang." Ucap Mark dengan berat hati. Dia tidak mau gadis ini terluka dengan semua kebenaran tentang jati dirinya nanti. Aline memandang Mark dan tersenyum yang seketika membuat Mark bertambah bingung.

"Aku tahu semua tentang dirimu. Kau adalah vampire original berdarah bangsawan. Putra bungsu dari keluarga Lee." Mark tercengang seketika.

"Dari mana kau tahu?" Mark masih tak percaya, Aline tersenyum geli melihat reaksi Mark.

"Satu hal yang belum kau ketahu tentang diriku Mark. Aku adalah seorang Seer. Aku bisa melihat masa depanmu ketika aku pertama kali bertemu denganmu." Ucap Aline entang.

"WHAT??? Kau tidak sedang membodohiku bukan?" Memang sering kali Aline selalu saja menggoda Mark dengan omong kosongnya dan beberapa kali pula vampire tampan itu selalu terperangkap dengan cerita konyol Aline.

"Iya, aku serius. Jadi kumohon jangan usir aku lagi." Kali ini Aline merengek dan Mark mendesah.

"Kau sangat tahu bagaimana bahayanya hidup bersama seorang vampire bukan?" Mark masih berusaha untuk memperingatkan Aline.

"Tentu saja aku tahu. Aku datang kemari untuk membantumu dan keluargamu. Sebentar lagi, sesuatu yang mengerikan akan terjadi Mark dan aku harus membantu kalian." Kata Aline dengan serius membuat Mark bertambah bingung.

"Kau yakin?"

"Hm...Bukannya saudaramu akan mengumpulakan semua keluargamu?" Dan Mark mengangguk membenarkan perkataan Aline.

"Hari ini...Akan menjadi awal semuanya Mark." Kata Aline penuh arti.

"Apa maksudmu?" Mark tak mengerti sungguh.

"Lebih baik kita kesana menemui saudaramu dan kau akan tahu sendiri." Saran Aline dan Mark pun mengiyakannya.

"Baiklah...Ayo!" Mark mengulurkan tangannya pada Aline dan gadis itu meraih cepat uluran tangan Mark.

---***---

Taeyong duduk dihadapan kedua orang tuanya, Tn. Lee dan Ny. Lee. Mereka berdua seolah menunggu anak sulungnya ini untuk mengutarakan apa yang menjadi alasannya untuk mengumpulkan semua orang disini.

"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Tn. Lee dengan santai. Memang mereka tidak sedang berada disuasana tegang, jadi setidaknya kedua orang tua Taeyong menganggap ini hanya perkumpulan yang dilakukan oleh keluarga mereka.

"Aku ingin semua orang berkumpul Appa." Taeyong masih berusaha untuk setenang mungkin. Ia tidak mau emosinya menguasai dan akan menimbulkan kekhawatiran berlebihan dari keluarganya.

"Aku disini tuan muda." Ucap Endor yang sudah membungkuk diantara keluarga itu.

"Kurasa ini sudah mewakili." Ucap Taeyong.

"Jadi? Apa yang ingin kau katakan Taeyong-ah?" Tanya Ny. Lee yang seketika merasa gemas dengan ekspresi keseriusan putra sulungnya ini.

"Aku menemukan keberadaan keluarga campuran penyihir dan vampire Appa."

"MWO??" Tn. dan Ny. Lee menanggapinya serempak. Ada perubahan ekspresi diantara keduanya. Endor juga terlihat tegang.

"Pangeran Kegelapan itu adalah Ten. Seseorang yang menyamar sebagai hunter selama ini yang selalu berada disisi Alice." Taeyong mengambil nafas berat sebelum akhirnya mengatakan sesuatu. "Keluarga campuran penyihir dan vampire itu adalah keluarga Alice. Pernikahan penyihir Tiffany dan vampire original Nickhun yang sering disebut sebagai pangeran kegelapan menghadirkan Ten sebagai pangeran kegelapan selanjutnya. Alice, kehadirannya adalah bagian dari rencana mereka untuk menjadikan Ten sebagai Lord. Pemimpin para vampire yang mereka sering sebut sebagai Raja Kegelapan." Taeyong terus memikirkan ini sepanjang malam dan semua asumsinya ini membuat kepalanya ingin meledak rasanya.

"Apa yang kau katakan sebenarnya Taeyong..." Tn. Lee seolah masih belum bisa mempercayai perkataan anak sulungnya ini. Baginya ini terlalu mendadak dan mengagetkannya. Ny. Lee yang melihat keterkejutan suaminya berusaha untuk menenangkan suaminya dengan memegangi tangannya.

"Kau yakin nak? Apa sebenarnya yang mereka rencanakan? Alice...Tidak mungkin gadis itu adalah bagian dari mereka? Eomma tidak dapat mempercayai ini dan Appamu juga." Ucap Ny. Lee dengan nada gelisah yang kentara.

"Aku juga berharap ini semua hanya mimpi buruk, namun kenyataannya ini nyata eomma. Sekarang mereka sedang mengurung Alice dan sebentar lagi mereka akan melakukan ritual dimana kekuatan Alice akan berpindah ke Ten. Jika saat itu tiba? Apa yang akan terjadi?" Kali ini Taeyong sudah tidak dapat mengontrol suaranya lagi, vampire itu benar-benar cemas.

"Mereka akan menjadikannya Raja Kegelapan dengan segala kekuatan. Penyatuhan Syihir dan kekuatan vampire. Tuan, mereka berusaha untuk menguasai dunia dan ku rasa mereka tidak akan segan untuk melenyapkan siapapun yang menentang perintah mereka. Tujuan mereka membuat sebuah beradaban baru dimana keluarga mereka yang akan memimpin dan kekuasaan mutlak dari mereka. Ini sungguh berbahaya, dunia akan benar-benar hancur." Kali ini Endor angkat bicara dan membuat ruangan itu hening. Taeyong bahkan tidak pernah berfikir kalau akan lebih buruk lagi.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Taeyong terlihat begitu cemas


-Tbc-

Annyeong Author hiyer >,<
Chapter ini keknya lebih panjang dan semoga lebih ngefeel ya
Karena ini begitu panjang sampai author pusing sendiri mikirnya haha
Tulung vote dan komennya setelah membaca
Gomawo dan happy ready ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top