Prolog

Dari kemarin yang minta cerita Bima. Aku buat nih, dengan syarat banyak komen, share dan vote ya

Komen disetiap Paragraf-nya...

Love dulu buat part ini ♥️

https://youtu.be/S-BcWFelITo

Tonton dulu trailernya

***

Bima Calvin Anggara salah satu pewaris perusahaan Anggara Group. Dia ditakuti banyak orang. Bahkan memiliki beberapa orang yang loyal padanya. Siapapun yang menentangnya maka akan mendapatkan balasan yang tak terduga.

Seperti sekarang, Bima diutus oleh Tantenya -Luna untuk memberikan peringatan pada seseorang. Bima menggunakan jaket hitam, kaos putih dan celana jeans hitam. Ia berjalan memasuki bar malam. Suara musik diskotik dan lampu remang-remang memenuhi ruangan.

Bima terus melangkah hingga mendapati sosok yang ia cari. Alaska Mahendra, salah satu ketua geng Alpha di SMA Nusa Bangsa. Cowok itu sedang meminum bir bersama teman-temannya. Kedatangan Bima mengejutkan mereka. Bima duduk dengan santai sambil menatap mereka dengan senyum manisnya.

"Ngapain lo kesini?" Alaska menatap Bima curiga. Ia sudah mendengar rumor untuk berhati-hati dengan Bima.

"Hanya ingin memberikan sebuah penawaran." Kening Alaska berkerut mendengar balasan Bima. Begitu juga dengan teman-teman Alaska mereka penasaran dengan apa yang terjadi. Bukannya Alaska tidak memiliki masalah dengan Bima? Untuk apa Bima datang kesini?

"Penawaran apa?"

"Putusin Melodi." Melodi adalah anak perempuan Tante Luna, saudara dari neneknya Sheila. Anak itu adalah pacar Alaska. Semenjak pacaran dengan Alaska, Melodi berubah menjadi sosok yang memberontak, bahkan hobi mabuk, pulang malam, dugem dan mem-bully orang-orang. Nada mengutusnya untuk mengancam Alaska bahkan memberikannya bayaran.

"Lo bukan siapa-siapa? Jadi lo nggak berhak ikut campur sama urusan percintaan gue. Gue dan Melodi saling mencintai." Sebenarnya Alaska hanya memanfaatkan Melodi, gadis itu kaya dan loyal padanya.

Bima tersenyum kecil, lalu merapikan rambutnya sebentar. "Melodi itu sepupu gue. Dan Lo bawa pengaruh buruk buat dia. Asal lo tau gue juga tau kalau lo yang ngabisin uang di rekening Melodi."

"Terus kenapa? Masalah buat lo? Melodi aja fine aja? Kenapa lo yang sepupu harus repot-repot?" Ujar Alaska sewot. Ia kesal dengan Bima yang datang hanya untuk mengacau kehidupannya.

"Jadi lo nggak mau putus sama Melodi?"

"Gue nggak bakal nurutin kemauan lo."

Bima mendekatkan kepalanya ke Alaska. Lalu berbisik, "Kalau lo nurutin kemauan gue, maka nggak akan ada masalah." Bima melayangkan ancaman.

"Gue nggak takut sama ancaman lo."

Bima meneggakan badannya lalu mengangguk sambil tersenyum. "Ini tawaran terakhir, kalau lo nggak mau. Maka lo akan dapet masalah karena telah ngerusak anak Tante Luna."

"Lo kesini cuma sendiri, sedangkan gue rame-rame. Jadi apa yang perlu ditakutin. Kalau lo macem-macem gue tinggal nyuruh anak buah gue buat nyerang lo. Hahahaha..." Alaska kekeh tidak mau melepas Melodi yang merupakan tambang emasnya.

"Oke gue harap lo nggak bakal nyesel karena udah mengabaikan tawaran emas dari gue."

"Mending lo pergi dari sini. Sebelum gue nyuruh anak buah gue ngabisin lo!" Bima berdecak lalu bangkit.

Kita liat siapa yang bakal habis. Batin Bima.

"Alaska asal lo tahu gue kesini untuk bikin lo menyesal atas kesalahan yang udah lo bikin ke sepupu gue."

"Terserah, asal lo tau gue nggak pernah bikin kesalahan apapun. Salahkan aja sepupu lo yang tergila-gila sama gue."

"Alaska, gue peringatin lo bakal dapet balasan. Bajing*an brengsek!" Setelah mengatakan itu Bima pergi menjauh dari Alaska sambil tersenyum.

"Lo ngatain gue brengsek? Ngaca lo juga lebih brengsek dari gue!" Alaska marah, ia bahkan mengumpat kepada Bima dari kejauhan. Sedangkan Bima tersenyum senang melihat Alaska terpancing.

Tiba-tiba musik dan lampu diskotik mati. Orang-orang berteriak bahkan membuat keributan. Mereka panik dengan listrik yang tiba-tiba padam. Disaat itu Bima tersenyum kemenangan. Ia sudah menyuruh orang untuk melakukan ini, bahkan menculik Alaska.

Bima menunggu di dalam mobil bersama Andi. Andi yang bertugas menyetir. Menunggu kedatangan orang-orang yang disuruhnya. Benar saja selang berapa menit ke dua temannya di kelas datang. Mereka membawa Alaska yang tidak sadarkan diri.

"Mau diapain Bim?" Tanya Dandi setelah berhasil membawa Alaska masuk ke dalam mobil.

"Kita taruh di kuburan."

"Apa? Gila lo? Malem-malem begini? Anjir! Gue juga takut." Dimas langsung menolak mentah-mentah ide Bima. Ini sudah jam sepuluh malam. Pasti akan sangat menyeramkan masuk kuburan. Sialan Bima! Dia terlihat seperti seorang psikopat.

"Lo milih dibawa ke kuburan atau kita iket dia di pohon beringin." Dimas dan Dandi menatap Bima ngeri. Kedua ide temannya itu sama-sama seram. Memungkinkan mereka bertemu dengan setan penghuni tempat tersebut.

"Kuburan aja." Putus Dandi. Mereka hanya perlu menggeletakkan Alaska disana tanpa perlu memanjat pohon.

"Barang yang gue minta udah disiapin?" Tanya Bima.

"Udah."

"Bagus." setelah ini Bima akan dapat banyak uang dari Tantenya.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di kuburan. Alaska di tidurkan di dekat makam. Tidak lupa Bima menaruh baju yang seperti terkena darah berikut dengan surat ancaman dan juga boneka mirip Annabelle yang diletakkan dipelukan Alaska. Ia yakin dua jam lagi Alaska akan terbangun. Tepat jam dua belas malam di tengah kuburan. Bima tertawa membayangkan wajah ketakutan Alaska.

"Ini balasan buat lo, karena nggak mau nurutin gue."

"Hahahahahaha." Wajah Bima memang terlihat seperti malaikat tapi ia suka berbuat jahil seperti ini. Tidak akan ada yang mengira ia suka melakukan ini termasuk saudara-saudaranya.

***

"Darimana saja kamu semalam?" tanya Pangeran disaat sarapan bersama keluarga. Hanya Bima yang tak terlihat di rumah.

"Ke rumah Tante Luna. Biasa yah minta uang."

"Kamu itu kebiasaan malu-maluin Ayah."

"Uang dari ayah kurang untuk membiayai anak-anak Bima." Bima sering memberikan hadiah untuk anak-anak panti asuhan.

"Terserah kamu yang penting jangan buat masalah."

"Siap Paduka Raja."

"Lo memang kemana aja?" Tanya Sadewa penasaran. Ia berbisik dengan Bima. Ketiga saudaranya yang lain sudah berangkat sekolah. Maklum hanya Sadewa dan Bima yang sering berangkat kesiangan. Mereka akan memanjat tembok belakang sekolah.

"Ngepet." Balas Bima.

"Anjir nggak ngajak-ngajak padahal gue pengen jaga lilin."

"Kapan-kapan tenang aja kita ngepet duitnya Kak Yudistira." Lalu mereka tertawa satu sama lain membayangkan berapa banyak uang yang akan mereka dapat dari tabungan Yudistira.

***

Bima dan Sadewa berhasil masuk ke sekolah tanpa ketahuan. Mereka saling ber-tos ria, lalu berjalan menuju lorong-lorong sekolah. Kelas mereka terpisah, Bima kelas sebelas sedangkan Sadewa sepuluh.

Ketika Bima masuk ke kelas, ia terkejut mendapati guru sudah datang. Seperti biasa Pak Raka menatapnya tajam siap memberikan hukuman. Sial!

Namun, disebelah Pak Raka ada seorang gadis cantik. Yang Bima yakini adalah murid baru. Semoga saja hatinya juga cantik.

"Bima berdiri kamu disini! Angkat kaki kamu satu." Pak Raka menunjuk Bima untuk berdiri di dekat papan tulis.

"Siap Pak." Bima dengan malas melakukan apa yang diperintahkan Raka.

"Moka kamu bisa perkenalkan diri kamu." Bima tertawa mendengar nama aneh gadis itu.

"Namanya Moccacino atau Moccalatte Pak? Nama kok kayak mau buat Starbucks," ledek Bima membuat seluruh siswa tertawa. Sedangkan Moka mengepalkan tangannya. Ia sudah biasa diejek seperti ini. Tapi tidak dihadapan orang banyak. Awas saja ia akan balas orang itu. Moka menatap tajam ke arah Bima lalu dengan jari telunjuknya mengisyaratkan akan memotong leher Bima. Bima tersenyum manis seolah tak takut dengan isyarat Moka. Sepertinya hari-hari Bima akan terasa manis dengan kehadiran Mokacino di hidupnya.

****

Gimana part ini?

SPAM KOMEN DISINI

Instagram Roleplay

@yudis_tiracalvin | Yudistira
@naomilee124 | Naomi
@bimacalvin | Bima
@arju.nacalvin | Arjuna
@sadewacalvin | Sadewa
@nara.asavira | Nara
@nakulasadewa | Nakula

Instagram author

@wgulla_
@wattpadgulla buat info update cerita

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top