Bab 21

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and comen.

Wajib Komen setiap paragrafnya ya biar aku semangat

****

Pak Maruf sebagai guru agama duduk dengan tenang di kursi. Beliau membuka buku paket untuk memulai materi. Tadi kelas dibuka dengan membaca doa bersama yang dipimpin ketua kelas. Sedangkan yang beragama selain Islam menuju ruangan kelas lain dengan guru agama sesuai keyakinan yang dianut. Evan dan Daniel adalah beberapa orang yang keluar dari kelas.

"Kita buka bab dua. Materi fiqih tentang pernikahan dalam Islam." Kemudian Pak Maruf menjelaskan tentang pengertian pernikahan, hukumnya, rukun, syarat-syaratnya dan lain-lain.

Kalau udah bahas nikah pasti anak-anak antusias. Bahkan banyak yang bertanya. Moka menggelengkan kepalanya. Memang dikira nikah seindah yang ada di novel. Lihat saja orang tuanya bercerai lalu ayahnya nikah lagi. Padahal dulu mereka saling mencintai. Nikah itu mungkin cuma manis di awal aja. Yang susah itu mempertahankan usia pernikahan.

"Bapak mau ngadain praktek akad nikah. Ada yang mau jadi sukarelawan jadi pengantin, wali nikah dan saksi?" tanya Pak Maruf.

"Saya Pak." Suara Bima membuat semua mata menoleh ke arah cowok tersebut.

"Saya mau jadi mempelai cowoknya pak, tapi pasangannya sama Moka." Gila! Manik mata Moka melotot ketika namanya disebut. Meski ini cuma nikah bohongan tapi tetap saja. Kenapa nggak cari yang lain aja?

Sedangkan anak-anak langsung mengejek dan mencie-ciekan Bima. Pipi Moka bersemu mendengarnya. Wajahnya terasa panas. Tanpa sadar ia meremas roknya. Ada apa sih dengan Bima? Dari tadi hobinya bikin baper terus. Ia jadi malu.

"Silahkan, ada yang mau jadi wali nikahnya?"

"Joni aja Pak. Dia ketua kelas," usul salah satu anak. Pak Maruf mengangguk setuju.

"Nanti saksi nikahnya seluruh murid disini aja."

Moka terpaksa berjalan ke depan kelas sambil menunduk. Kenapa ia merasa seperti akan dinikahin beneran? Lalu ia duduk di kursi yang bersebrangan dengan Pak Maruf. Beliau yang jadi penghulunya. Disampingnya Bima duduk dengan tenang.

"Pak ini butuh mahar nggak?" pertanyaan Bima membuat Moka menunduk semakin dalam. Ia mengutuk Bima dalam hati. Dasar keparat! Padahal ini cuma nikah bohongan ngapain pakai akad nikah!

"Kamu ini ada-ada aja Bima." Pak Maruf menggelengkan kepalanya. Ia takjub dengan tingkah laku Bima.

"Praktiknya biar totalitas Pak."

"Terserah kamu."

Kemudian Bima mengeluarkan uang sebesar 322.500 dan ia juga melepas kalung emas putih yang dikenakannya. Lalu menaruhnya di atas meja. Moka tertawa tanpa sadar ketika tahu Bima mengumpulkan recehan. Gayanya selangit uangnya receh, uang yang Bima taruh itu isinya ada yang dua puluh, sepuluh, seribu dan campuran lainnya.

"Langsung kita mulai saja."

"Saya nikahkan engkau Bima Calvin Anggara bin Pangeran Calvin Anggara dengan Vanila Mochalatte bin Jonathan Ryan dengan mas kawin uang sebesar 322.500  dan kalung emas putih seberat 5 gram dibayar tunai," ucap Joni. Bahkan ia menggunakan nama lengkapnya sendiri sebagai ayah untuk Moka. Sontak saja ada beberapa yang tertawa.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Vanila Mochalatte binti Jonathan Ryan dengan maskawinnya yang tersebut, tunai." Moka melirik ke arah Bima. Suara Bima begitu tegas. Ia benar-benar merasa dinikahkan sungguhan. Raut wajah Bima begitu serius. Andai saja ini nyata. Moka langsung menggelengkan wajahnya. Ia tidak boleh baper. Bima itu hobi sekali tarik ulur. Jangan sampai hatinya terluka disaat tau apa yang Bima lakukan padanya selama ini hanyalah gurauan.

"Bagaimana saksi sah?" Pak Maruf bertanya kepada murid-muridnya.

"Sah."

"Sah."

"Alhamdulillah."

"Kamu mau ngapain?" cegah Pak Maruf saat Bima hendak mencium Moka.

"Udah sah kan Pak. Berarti boleh cium?" Pak Maruf langsung menggeplak tangan Bima dengan pecinya. Sontak anak-anak tertawa dengan kelakuan Bima. Memang mood banget Bima. Cuma dia doang yang berani lelucon di kelas Pak Maruf. Padahal yang lain pada takut.

"Mana ada ini cuma praktek." Bima tertawa kemudian bangkit duduk kembali ke kursinya. Ia hanya bercanda saja sebenarnya. Agar suasana dikelas tidak tegang.

"Cie udah ijab tinggal resepsi." Perkataan Joni membuat Moka mendelik. Pipinya merona.

"Apaan sih lo! Lagian tadi nggak sah masa gue jadi anak lo!" Mana ada ijab. Nama ayah yang disebutkan Joni tadi saja bukan nama asli ayahnya. Moka terdiam sejenak, kalau ia menikah nanti siapa yang akan jadi wali nikahnya nanti? Apakah ayahnya mau? Mengingat ayahnya memintanya untuk pergi dari kota ini. Moka sedih memikirkan itu.

"Kalian bisa duduk kembali ke meja masing-masing." Ketiga sukarelawan tersebut beranjak dari tempat duduk. Mereka menata kursi ke tempat semula. Lalu kembali duduk.

"Maharnya simpan aja."

"Hah?" Otak Moka loading sebentar mendengar ucapan Bima. Mahar buat dirinya? Ia menatap Bima bingung.

Bima menaruh uang dan kalung mahar tersebut di atas meja gadis itu. Tanpa menunggu jawaban, Bima melangkah duduk di tempatnya kembali. Moka menghembuskan napas panjang. Kalau ia kembalikan pasti Bima akan memaksanya menerima. Kenapa cowok itu bersikap seolah-olah mereka nikah sungguhan sih?

Dasar Bima!

****

Jam istirahat tiba, anak-anak berhamburan keluar kelas. Moka, Reva dan Rini jalan bersamaan ke kantin. Namun di tengah jalan, Moka pamit ke kamar mandi. Ia meminta kedua temannya itu duluan ke kantin.

Kebetulan sekali selesai ia membuang air kecil. Ia dipertemukan dengan Lana. Gadis itu sedang berdandan di depan kaca wastafel. Muka tanpa dosa itu membuat Moka gemas. Ingin sekali ia mencakarnya hingga menjadi buruk rupa.

"Puas fitnah gue?" perkataan Moka membuat Lana menghentikan menggunakan lipstiknya.

"Kalau mau fitnah itu mikir pake otak. Udah tau bego, IQ sedengkul masih aja nekat mau jatuhin gue." Ledek Moka dengan senyum mengejek. Ia bisa melihat kemarahan di mata Lana.

"Lo!" Lana kehabisan kata-kata. Sialan!

"Bye bye cewek idiot!"

"Basi! Tunggu pembalasan gue!" Moka tertawa mendengar ocehan Lana. Ia memilih untuk keluar dari kamar mandi.

Moka melangkah hendak menyusul temannya ke kantin. Namun baru beberapa langkah ada yang meneriakinya dari belakang. Moka menghembuskan napas jengah. Apalagi? Kenapa hari ini banyak yang mencari masalah dengannya?

"Cewek tengil!"

Moka membalikkan badan. Ia terkejut ketika tahu orang yang memanggilnya adalah cowok yang kemarin tidak sengaja tabrakan dengannya. Cowok yang bertengkar dengan Bima. Ada apa? Moka mendesah. Ia menatap cowok itu kesal karena memanggilnya tengil!

"Apa???" sahut Moka galak.

"Ganti rugi sepatu gue yang lo injek kemarin."

Moka tertawa, ia tahu trik basi ini. Sama seperti di cerita novel. Cowok minta ganti rugi terus nanti cewek nggak bisa bayar. Sebagai gantinya si cewek bakal jadi babu dan di tindes. Drama sekali cowok ini. Dikira Moka gadis menye-menye apa.

Moka teringat uang yang diberikan Bima tadi. Ia mengambilnya dari kantong lalu memberikannya pada cowok dihadapannya. Uang tersebut recehan. Harga diri seorang cowok arogan pasti langsung merasa ternistakan dapat uang receh.

"Segini cukup buat bersihin debu di sepatu lo?" Sindir Moka. Ia benci dengan cowok arogan yang sok berkuasa.

Dante terkekeh ketika tahu uang yang diberikan gadis itu. Ia mengambil uang dua ribuan. Lalu memberikan sisanya ke Moka. Hal itu membuat Moka bingung. Tidak mungkin ganti rugi hanya sebesar dua ribu rupiah.

"Gue ambil segini, sisanya bisa lo cicil dengan jumlah yang sama ke gue setiap hari." Dante menyeringai, ia selalu punya cara agar bisa bertemu dengan Moka. Ia tidak perlu repot-repot mencari gadis itu. Tapi Moka lah yang akan mendatanginya.

"Dasar gila! Lo butuh berapa gue bayar cash sekarang." Dikira kredit baju apa. Sehari bayar dua ribu.

"Sayangnya gue nggak suka uang cash. Jadi Lo bisa bayar dua ribu setiap hari ke gua selama setahun penuh."

"Licik!"

"Gue harap lo bayar, kalau nggak gue bakal bikin perhitungan sama lo."

"Oh iya inget satu lagi. Nama gue Dante Leandro kelas XI IPA 1. See you, Moka."  Setelah mengatakan itu Dante pergi. Tangan Moka terkepal menahan amarah. Kenapa semua orang hobi mengancamnya? Ayahnya, Lana dan sekarang dante. Kenapa tidak bunuh aja dirinya sekalian? 

Moka menghembuskan napas, ia menoleh menatap kepergian Dante. Cowok itu tahu namanya. Padahal mereka belum berkenalan. Sepertinya Dante memang berniat membalas kelakuannya kemarin yang merendahkan harga diri cowok itu. Bisa dikatakan cowok itu meminta ganti rugi harga diri bukan sepatu. Ia tidak akan semudah itu menuruti keinginan Dante. Lihat saja nanti.

****

Semoga suka cerita ini 💜💜💜

Kalau cerita ini rame aku bakal update cepet

1000 komen yuk...

Gimana part ini?

SPAM KOMEN "BIMA GANTENG" DISINI

SPAM ♥️

SPAM NEXT

Ada yang mau di sampaikan ke Bima?

Ada yang mau di sampaikan ke moka?

Ada yang mau di sampaikan ke Dante?

Ada yang mau di sampaikan ke Dimas?

Ada yang mau di sampaikan ke Dandi?

Ada yang mau di sampaikan ke Evan?

Ada yang mau di sampaikan ke Joni?

Instagram Roleplay

@mokavann_ | Moka
@bimacalvin | Bima
@psychoteam46

@yudis_tiracalvin | Yudistira
@naomilee124 | Naomi
@bimacalvin | Bima
@arju.nacalvin | Arjuna
@sadewacalvin | Sadewa
@nara.asavira | Nara
@nakulacalvin | Nakula

Instagram author

@wgulla_
@wattpadgulla buat info update cerita

Song Gulla
Istrinya song Jong Ki

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top