Chapter 2

Akademi Swasta Harapan Tertinggi.

Hanya siswa dengan bakat super saja yang disetujui oleh pemerintah untuk masuk ke sekolah ini.

Mereka diajarkan untuk menjadi 'harapan' bagi negara ini. Akademi ini pantas disebut sebagai sekolah harapan. Oleh karena itu, sejak orang-orang menganggap bahwa 'Setiap siswa yang lulus dari sekolah ini pasti akan memiliki kehidupan yang sukses', menimbulkan kecemburuan sosial bagi mereka yang tidak memiliki bakat. Mengingat sebagian besar lulusan dari akademi ini akan menjadi pekerja dengan posisi yang tinggi di bidang pekerjaan mereka masing-masing. Hal tersebut membuat pernyataan itu sudah pasti tidak dilebih-lebihkan.

Ada dua syarat agar dapat lulus menjadi siswa Akademi Harapan Tertinggi, yaitu :

- Telah terdaftar menjadi siswa SMA.

-Menjadi yang paling terbaik di salah satu bidang keahlian yang telah mereka pilih.

Tidak ada ujian untuk masuk ke Akademi Harapan Tertinggi. Mengingat semua siswa yang masuk memiliki bakat yang berbeda-beda, alasan tersebut pun menjadi masuk akal..... Itu adalah salah satu kebijakan sekolah ini.

Para murid dibina oleh para staf akademi dan pengajar disana yang mana tugas mereka juga mencari dan mengajari mereka tentang bakat.

Para staf akademi dan pengajar tersebut sekaligus bertugas sebagai orang tua yang membantu perkembangan bakat para murid disana. Mencari murid berbakat lalu membimbingnya adalah tugas mereka yang sangat penting.

Tetapi, mereka sekarang...

Sekarang Akademi itu sudah...

Menghadapi krisis yang belum pernah dialami oleh mereka sebelumnya.

Akademi Harapan Tertinggi, distrik timur, dan bangunan sekolahnya.

Bangunan-bangunan tersebut berjajar di sepanjang distrik timur dan tersembunyi dari pintu masuk para siswa. Sehingga di dalam bangunan tersebut hanya ada ketenangan dan kesunyian.

Koridor yang dulu dijadikan sebagai tempat berkumpulnya para staf akademi dan pengajar, sekarang sudah dikosongkan. Ruangan pribadi, ruangan besar yang digunakan oleh para staf akademi, semuanya sepi. Semua orang yang berada di sana dipindahkan ke tempat yang lain.

......Ruang rapat No. 13

Terletak di lantai paling atas, bisa menampung hingga 300 orang, seakan-akan menjadi tempat terluas di akademi. Sekarang, para staf akademi berkumpul di ruangan itu. Ruangan tersebut sudah mencapai daya tampung maksimal. Tidak ada kursi di sepanjang meja, sehingga orang-orang berdesakkan dengan meja tersebut. Tetapi anehnya, suasana disana sangatlah sunyi.

Di dalam ruang rapat tersebut hanya ada satu suara yang dapat terdengar.

Pemilik dari suara tersebut adalah...

Kepala Sekolah Akademi Harapan Tertinggi, Kirigiri Jin.

Ia sedang berdiri di depan meja, menatap para staf akademi yang sedang berkumpul. Ia kelihatannya tidak peduli dengan suasana penuh sesak tersebut dan tetap membaca dokumen yang sedang ia pegang di tangannya.

Tanpa menunjukkan ekspresi apapun, ia membaca dengan lantang tiap kata yang tertulis dalam dokumen tersebut dengan wajah serius, layaknya sebuah audio rekaman. Namun, ini adalah tugas penting untuk Kirigiri. Sudah menjadi tugasnya untuk berdiskusi dengan para staf akademi tentang keputusan yang akan diambil. Tidak peduli sekecil apapun ia merasakan keanehan dalam membuat keputusan... Tidak, ia tidak punya waktu untuk berlabuh pada keraguan dan kebimbangan. Jika ia memiliki waktu lebih, ia pasti akan menyelesaikan hal yang lain yang lebih penting.

"Apa kau meminta kami untuk menutup-nutupinya?"

Sebuah suara bergema diseluruh ruang rapat.

Kirigiri meresponnya dengan cara mengangkat kepalanya agar dapat memandangi 300 orang yang bertentangan pendapat dengannya.

Mereka semua tidak menyudutkan dan tidak pula mengadili Kirigiri, lebih tepatnya mereka terbelalak kearahnya dan merasa tidak puas dengan keputusannya tersebut. Dengan sedikit membela dirinya, ia merasa bahwa 300 orang tersebut ingin mempengaruhi keputusannya itu dengan tatapan yang mereka berikan kepadanya. Kririgiri pun merasakan firasat yang buruk hingga seluruh bulu kuduknya berdiri.

Bersamaan dengan dirinya yang berusaha menghindar dari tatapan mereka, Kirigiri melirik kearah empat orang yang berada tepat di samping kanannya.

Keempat orang tersebut duduk di depan meja yang sama dengan Kirigiri. Wajah mereka semua berkerut. Dengan mata mereka yang terpejam, membuat kerutan di wajah mereka semakin terlihat jelas. Dari sudut pandang Kirigiri, ia bisa melihat kerutan di wajah keempat orang tersebut semakin bertambah banyak. Ekspresi para anggota komite pengurus Akademi Harapan Tertinggi menunjukkan seakan-akan mereka mengatakan bahwa mereka sudah menyerah.

Itu sepertimu... ia tanpa sengaja menunjukkan senyum masamnya. Ya, ini bukan seperti aku mengharapkan sesuatu yang lebih baik darimu, gumamnya dalam hati sehingga tak seorangpun dapat mendengarnya. Karena hal itu, Kirigiri langsung melirik kearahnya.

Ia pun memutuskan untuk mengemukakkan isi pikirannya.

"Pertama-tama, izinkan aku untuk mengatakan sesuatu" Lalu, Kirigiri mengingatkan mereka "Ini adalah keputusan awal yang sudah dibuat oleh para pengurus Akademi Harapan Tertinggi"

Temperatur di ruangan tersebut pun menurun.... atau mungkin temperatur tubuhnyalah yang meningkat. Dalam keadaan apapun, Kirigiri terlebih dahulu membasahi mulutnya dengan meminum segelas air yang ia pegang sebelum ia melanjutkan perkataannya tadi.

"Kita semua tahu bahwa keputusan ini agak sedikit aneh"

Seketika wajah-wajah berkerut pun bermunculan, itu karena kata 'kita' yang ia sebutkan tadi. Sedari tadi ekspresi mereka tidak berubah sedikitpun. Seakan-akan mereka tahu sikap yang akan Kirigiri ambil adalah untuk mengekspresikan kata-katanya

"Tetapi, jangan berasumsi bahwa kita menutup-nutupi ini untuk alasan lain. Bila memungkinkan, aku akan bertanggung jawab untuk ini. Tapi, untuk urusan relevansi keputusan ini aku tidak bisa menjaminnya. Baik beberapa maupun semua orang bertanggung jawab atas hal ini tidak akan bisa membantu. Ini adalah sesuatu yang berada di level yang berbeda"

Kirigiri pun berhenti sejenak, lalu ia meminum kembali sisa air di gelasnya.

"Jangan buat kesalahan. Aku tidak berfikir bahwa keputusan kita ini adalah keputusan yang terbaik. Jika ini adalah keputusan yang terbaik, 'parade' itu tidak akan pernah terjadi"

Kirigiri melirik kearah jendela yang bertirai, beberapa orang ikut melirik kearah jendela dengan pandangan tidak suka.

"Malah, baru-baru ini 'parade' tersebut malah semakin menjad-jadi. Orang-orang yang terlibat didalamnya membenci kita... Dan aku tidak berfikir bahwa mereka bersalah bila melakukan hal itu"

Setelah itu, secara perlahan pandangan Kirigiri melihat ke sekeliling ruangan, tepatnya ia melirik kearah wajah para staf akademi. Ia mengutarakan maksudnya dengan mengekspresikan wajahnya  kepada semua orang yang ada disana.

"Aku tidak berfikir bahwa filosofi kita, yaitu 'harapan bagi umat manusia' adalah hal yang salah. Tetapi jika mereka mau belajar dari 'insiden itu', arti dari filosofi itu lebih baik hilang saja. Karena hal itu akan menyebabkan lebih banyak kerugian bagi umat manusia... bukan asosiasi pendukung dan bukan pula para alumni yang menginginkan hal tersebut terjadi"

Asosiasi pendukung dan alumni... kini ruang rapat dipenuhi dengan kebisingan para hadirin yang saling berbisik satu sama lain.

"Itulah mengapa aku dan 4 orang panitia Akademi Harapan Tertinggi memutuskan untuk menutupi hal ini"

Kirigiri lalu melirik kembali kearah seorang pria tua. Posisi mereka berdua kembali seperti semula. Menghasilkan kesunyian dan tanpa ekspresi sedikitpun.

"Seperti apa yang telah kukatakan tadi, kita tahu bahwa keputusan ini sungguh aneh. Tetapi, sebagai pencari bakat dan pengajar para siswa, ini menjadi tugas kita untuk melindungi bakat para siswa. Tidak ada hal yang lebih tragis jika rasa benci dan permusuhan muncul kepada para siswa berbakat. Dan...jita juga harus ingat satu hal penting"

300 orang akademi tersebut dengan sabar menunggu perkataan selanjutnya yang akan dilontarkan oleh Kirigiri.

"Tidak peduli bagaimanapun mengerikannya kejahatan yang terjadi, tidak akan mengubah kenyataan bahwa para siswa adalah 'harapan spesial' yang kita kembangkan bakatnya disini"

Pandangan mata para panitia akademi pun seketika berubah.

Namun, tidak ada yang berbisik maupun bergumam.

Suasana pun menjadi sangat hening.

Tak satupun para hadirin yang merasa keberatan maupun menyangkal pendapat Kirigiri tersebut.

Meskipun pernyataan yang ia utarakan dalam cakupan yang sempit, semuanya memiliki pandangan yang sama tentang hal tersebut.

Mereka semua adalah para pencari bakat sekaligus pengajar, dan para murid ada di sana untuk belajar. Mereka semua hanya terobsesi dengan yang namanya bakat. Jika kamu bukan seseorang yang seperti itu, kamu pasti tidak ada disini.

Itulah mengapa mereka semua mendengarkan pendapat Kirigiri dan membuat keputusan.

Untuk ide yang mereka percayai, untuk masa depan yang mereka percayai, untuk harapan yang mereka percayai, mereka semua pun menutupi insiden terbesar dan terburuk yang pernah terjadi dalam sejarah Akademi Harapan Tertinggi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top