Special Chapter - Underneath The Moon
❝Kala salah satunya pergi, yang lainnya akan bangkit. Laksana baskara dan candranya.❞
────────────
Sang candra merangkak naik. Menjajakan diri di tengah kegelapan. Menciptakan semestanya yang niskala. Pun ragu dalam diri. Sejenak termangu di sana.
Sunyi menyambut. Serentak dengan gegana yang saling merangkul. Menyembunyikan apa yang ada di baliknya. Beriringan pada jam yang sebentar lagi akan berganti hari.
Sang puan mengagah ke arah jumantara. Hitam, gelap. Hanya setitik cahaya yang mampu terlihat. Tampak begitu terang di tengah langit malam.
Sebuah suara menyapa rungu. Kepala ditolehkan. Netra teduh menyorot pada sang teruna di sisinya. Pun diri menatapnya balik. Benak digandrungi berbagai persoalan.
"Oh, Fushiguro."
Jenamanya disebut. Raganya digerakkan. Duduk tepat di sebelah sang puan. Kala bayu berhembus dari arah utara. Solak menggoda surai untuk mengikuti iramanya.
"Apa yang sedang kau lakukan? Di malam hari seperti ini."
Gegana menyapu pandangan. Mencuri lirik ke arah kedua insan. Tengah duduk dalam diam. Hanya sekilas angin yang terasa.
"Menatap sang rembulan."
Ucapan diserap. Manik biru gelap menyorot ke objek yang dimaksud. Bersinar terang bagai lilin di tengah kegelapan.
Sang teruna kembali bertanya, "Kau menyukai bulan?"
"Tidak."
Rancu dalam benak. Pun ambigu perkataannya. Labium tertutup rapat. Diri terenggut ke titik dasar. Pun mematung yang ia lakukan.
"Lalu, mengapa kau menatapnya sejak tadi?"
Netra mencuri lirik. Sang teruna rupanya menunggu jawabannya. Kurva ditarik melengkung. Terbuka ke atas. Manik menyorot ke atas, ke arah sang rembulan.
"Hanya ingin. Ia tampak sangat indah malam ini," ujarnya.
Bukan jawaban yang memuaskan. Namun, cukup menjelaskan apa yang dimaksud.
Kedua sukma kembali diam. Tersiram sinar sang candra. Gegana saling berpegangan tangan. Sunyi datang dalam kalbu. Diri termangu meski sukma masih di sana.
"(Y/n)."
Pemilik jenama menoleh. Sirat penuh tanda tanya ditunjukkan. Pun penasaran menggandrungi benak. Hanya gumam sebagai akibat.
"Hm?"
"Apa yang kau inginkan di tahun depan? Harapanmu."
Alih-alih menjawab, sang puan kembali bersoal, "Kau ingin tahu?" Jenaka terselip di ucapannya.
"Ya, kurasa."
Dengusan lolos melalui hidung. Terlampau lucu baginya. Entah apa, namun sang puan merasa demikian. Mengetahui kala sang teruna tertarik pada diri.
Perih yang ia rasakan. Jantung berpacu dengan cepat. Ketidakpercayaan merangsang diri. Ragu menyeruak dalam benak. Raga menggertak, menolak untuk percaya. Rungu hanya menyampaikan sejujurnya.
"Aku hanya ingin mati."
Itulah hasrat terbesarnya.
────────────
Yo minna!
Happy New Year's Eve!! ʕ ꈍᴥꈍʔ
Semoga apa yang kalian inginkan di tahun 2022 ini bisa tercapai ya!♡
Btw, chapter ini singkat banget kek umur husbu kalian ('º∀º`)
Canda, tapi emang sengaja😍
/digebuk
Supaya book ini gak dianggep udah mati, jadi aku publish special chapter ini sekaligus sebagai perayaan tahun baru.
Tapi, pas aku baca ulang, kok gak ada sangkut-pautnya sama tahun baru- (-""-;)
Ya sudonelah, tak apa. Aku pun ngetik chapter ini tadi siang. Lupa aku ges🚶♀️
Meskipun tiba-tiba hari ini update, nyatanya status hiatus yang aku berikan pada book ini masih ada ya, minna.
Ideku mentok untuk cerita ini. Padahal udah ganti tahun. Gak laik👎🏿
/memberi dislaik sebanyak mungkin
Itu sj yang aku ingin katakan. Terima kasih masih menyempatkan diri dan meninggalkan jejak di cerita ini!! (♥ω♥*)
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top