Chapter 42 - Silent in Disbelief

Perkataan saja tak cukup untuk menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Tidak ada satu pun dari mereka yang berucap. Bahkan sepatah kata saja. Yang terdengar hanya keheningan panjang yang seolah-olah tak akan pernah menemui akhirnya.

"(Y/n)-san!"

Teriakan Junpei itu terjadi bersamaan dengan tubuh (Y/n) yang melemah. Kini dirinya berada di dalam dekapan Yuuji yang refleks menangkap tubuhnya. Seharusnya gadis itu tidak selemah ini. Seharusnya ia masih baik-baik saja hanya karena serangan yang diberikan oleh shikigami milik Junpei tadi. Ya, seharusnya.

Namun fakta berbalik menyerang. Napasnya kian sesak kian detik berlalu. Waktu yang dilewati kini terasa lebih lama dan berat, bahkan di setiap satu per enam detiknya.

Rasa nyeri yang (Y/n) rasakan tak berasal dari titik di mana serangan dari Junpei tadi. Melainkan berasal dari tangan kanannya itu. Tangan yang sebelumnya sempat cedera hingga terasa sungguh sakit. Kini rasa sakit itu kembali muncul, dengan corak-corak hitam di permukaan kulitnya.

"(Y/n)-san, tanganmu!"

Perhatian Yuuji pun teralihkan pada lengan kanan (Y/n) yang tak terbalut oleh pakaiannya. Corak hitam itu berpusat pada satu titik dan menyebar ke sekitarnya secara acak. Namun, kala Yuuji hendak menyentuhnya, (Y/n) sontak melarangnya.

"Jangan, Yuuji. Jangan sentuh tanganku," titah (Y/n) tegas. Ditatap olehnya Junpei kemudian. "Kau pun demikian, Junpei."

Keduanya pun terdiam. Urung melakukan apa-apa dan memilih untuk menatap (Y/n) dengan pemikiran mereka masing-masing. Kesalahpahaman yang terjebak di antara mereka belum hilang. Justru semakin membesar dan menciptakan kebingungan di antaranya.

Khususnya pada diri Junpei.

Lelaki itu bertanya-tanya mengapa (Y/n) justru melindungi Yuuji tanpa berpikir panjang. Padahal saat ini dirinya yang ingin melindungi (Y/n) dari lelaki bersurai merah muda itu. Namun, kini semuanya menjadi berbanding terbalik. Dirinyalah yang saat ini melukai (Y/n).

Lalu, apakah yang dikatakan oleh orang itu merupakan kebenaran?

Orang itu juga yang berkata bahwa Yuuji akan melukai (Y/n), bahkan hingga membunuh gadis itu. Dengan dalih untuk melindungi (Y/n), Junpei pun memilih untuk menghindar dari (Y/n). Ia berlatih menggunakan Energi Kutukannya dibantu oleh orang itu. Hasilnya ialah shikigami yang ia gunakan untuk melawan Yuuji dan melindungi (Y/n).

"Oi, Yoshino."

Ditengadahkanlah kepalanya. Junpei sontak memasang ekspresi waspada akan apa yang Yuuji lakukan selanjutnya. Karena pada dasarnya, ia tak pernah tahu apa yang lelaki itu pikirkan.

"Aku bukan orang seperti yang kau pikirkan saat ini," ujarnya lagi.

Sontak manik hijau tua itu membulat. Bertanya-tanya kembali dilakukan di dalam benaknya. Perkataan siapa yang benar saat ini? Perkataan Yuuji atau perkataan orang itu? Sulit untuk memutuskan perkataan siapa yang memang merupakan kebenarannya. Ditambah keduanya merupakan orang yang baru ia kenal.

Mengingat frasa 'orang yang baru ia kenal', seketika Junpei teringat dengan perkataan (Y/n) ketika mereka bertemu untuk yang ketiga kali di hari itu.

Bisa saja perkataanku itu merupakan kebohongan. Yang kugunakan hanya untuk memancingmu. Bagaimana jika aku memutilasimu, memotong-motong setiap bagian tubuhmu, lalu memasukkannya ke dalam berbagai kantung sampah sebelum kubuang?

Perkataan (Y/n) di hari itu memang sempat membuatnya terkejut. Namun, Junpei paham akan maksud dari gadis itu. (Y/n) menitahkan dirinya untuk tidak terlalu percaya kepada orang, apa lagi orang yang baru ia kenal.

Kembali kepada kasusnya sekarang. Saat ini, Junpei justru melanggar perkataan (Y/n). Dengan mudahnya dirinya percaya setiap kata yang dituturkan oleh orang itu. Naif? Memang, sangat bahkan.

Ditariknya napas panjang lalu dihembuskanlah sesaat setelahnya. Kini Junpei sudah mengetahui siapa orang yang harus ia percaya. Karena sejak awal, dirinyalah yang bodoh. Bodoh serta lugu karena menganggap bahwa semua orang itu baik. Namun, memang seperti itulah dirinya. Tak ada yang bisa diubah, mungkin.

"Baiklah. Sudah kuputuskan."

Ujaran tiba-tiba dari Junpei setelah keheningan yang panjang itu menarik perhatian (Y/n) dan juga Yuuji kepadanya. Tatapan yakinnya ditujukan pada Yuuji. Sementara mereka menatap Junpei dan menunggu perkataannya selanjutnya.

"Aku percaya padamu, Itadori-san."

Mendengar jawaban Junpei itu memberikan reaksi yang berbeda antara (Y/n) dan Yuuji. (Y/n) mendengus sesaat. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa sebuah senyum samar terpatri pada parasnya. Sejak tadi, gadis itu memang sengaja tidak meluruskan kesalahpahaman ini. Ia ingin Junpei sendiri yang membuat keputusan.

Sedang Yuuji menatap Junpei dengan mulut yang menganga. Ia tak tahu mengapa Junpei mendadak berubah pikiran dan kini mempercayai perkataannya beberapa saat setelah merenung di tempatnya berdiri. Yuuji merasa senang, namun di sisi lain ia pun digandrungi oleh rasa bingung dan heran.

"Mengapa kau tiba-tiba mempercayai perkataanku?" Yuuji pun bertanya setelah ia tidak berhasil menemukan jawaban yang pasti. Karena ia tidak tahu bagaimana isi pikiran Junpei terhadap dirinya.

"Karena (Y/n)-san melindungimu. Itu sudah menjadi bukti yang cukup kuat untuk percaya padamu," tuturnya seraya menatap ke arah Yuuji lalu beralih pada (Y/n). Ingin melihat bagaimana reaksi gadis itu. Kala sebuah kurva melengkung ke atas yang tampak di sana, seketika Junpei tertegun. Senyuman itu merupakan senyum pertama yang pernah (Y/n) tunjukkan pada dirinya.

"Ah, merupakan kejadian yang sungguh mengharukan."

Atensi mereka bertiga sontak menghadap pada seseorang yang berdiri beberapa meter di belakang Junpei. Jahitan yang tampak pada tubuhnya memberikan ciri khas tersendiri baginya. Serta surainya yang panjang sungguh menarik perhatian.

"Mahito," gumam (Y/n) tanpa sadar. Gadis itu pun bangkit berdiri. Ia tidak mungkin ingin terlihat lemah di hadapan musuhnya sendiri.

"(Y/n)-san, kau mengenalnya?" Junpei pun menoleh dan bertanya pada gadis itu.

"Tidak, tetapi aku sangat membencinya."

Sahutan (Y/n) itu mengundang berbagai pertanyaan dari Junpei. Namun, lelaki itu urung untuk bertanya dan memilih untuk memendam di dalam benaknya sendiri. Lagi pula, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk melakukan sesi wawancara.

Aksi pertama kali dilakukan oleh Yuuji. Lelaki itu memberikan pukulan dengan Energi Kutukannya. Namun, serangan itu bisa dihindari dengan mudah oleh Mahito. Wajar saja, perbedaan tingkat level mereka memang sangat kentara.

"Senjata Kutukan: Red Magma!"

Giliran (Y/n) untuk menyerang. Gadis itu mengeluarkan Senjata Kutukannya dengan tangan kirinya. Sulit rasanya mengayunkan senjata yang berat itu. Ditambah ia terpaksa harus menggunakan tangan kirinya.

Mendapatkan perlawanan seperti itu, Mahito tentunya takkan diam begitu saja. Ia menyeringai dan mulai menyerang. Pertama-tama ia mengubah tangannya sendiri menjadi rantai-rantai panjang dengan benda tajam di setiap ujungnya. Melihatnya dapat bergerak dengan leluasa dan menggunakan tangan kanannya, seketika (Y/n) merasa kesal.

"Senjata Kutukan: Yellow Sunset!"

Bak cahaya matahari yang ditatap langsung dengan mata telanjang, kini cahaya seterang itu berada di depan pandangan mereka. Suasana yang sebelumnya sangat gelap bagai langit malam sontak berubah seolah-olah matahari terbit di depan mata.

Banyaknya cahaya yang tak terhingga itu berubah bentuk menjadi jarum-jarum yang tajam dan runcing. Menusuk di setiap inci tubuh Mahito.

"Sekarang, Yuuji!"

Seperti sudah menunggu aba-aba itu sejak tadi, Yuuji pun melancarkan serangannya. Dengan Energi Kutukan yang ia gunakan, serangan yang ia berikan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.

Selama beberapa saat Yuuji terus menyerang Mahito dengan pukulan berenergi kutukannya itu. Di saat yang sama, (Y/n) dan Junpei pun memperhatikan. Mereka ingin ikut bergabung dengan irama pertarungan itu, namun nyatanya tak ada peluang untuk masuk semudah itu.

Hingga pada akhirnya, Mahito mengeluarkan benda setajam stalakmit dari tubuhnya. Yang menembus tubuh Yuuji sesaat setelahnya. Melihat apa yang terjadi di sana, (Y/n) sontak memakai Senjata Kutukannya untuk membebaskan Yuuji dari benda tajam yang dibuat oleh Mahito itu.

Namun, di kala Yuuji terbebas dan ingin kembali menyerang, seketika Mahito menghilang. Rupanya lelaki itu sudah berada di belakang mereka. Konsep gerak refleks seolah-olak tak berlaku saat ini. (Y/n) yang tak bisa membuat perisai, Yuuji yang terluka, dan Junpei yang terpaku di tempatnya.

"Jangan melamun di tengah pertarungan."

Suara itu mendadak muncul dan menangkis serangan Mahito. Sekaligus melindungi (Y/n) dan Yuuji di saat yang sama. Pria itu selalu mengenakan kemejanya, dengan dasi yang tersimpul rapi pada permukaan dada bidangnya.

"Ceramahnya nanti saja. Aku ingin kalian fokus untuk saat ini."

***

Yo minna!

Sudah berapa dekade berlalu semenjak terakhir kali cerita ini di-update?

Dasar lebay. Satu dekade aja gak nyampe—🚶‍♀️

Karena banyak (sebenernya cuma beberapa biji manusia aja sih) yang minta untuk update cerita ini, jadi aku update sekarang. Semoga kalian belum lupa sama ceritanya ya •́  ‿ ,•̀

Anw, terima kasih telah membaca dan juga meninggalkan jejak di cerita ini!! ( ◜‿◝ )♡

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top