Chapter 28 - Another Objective

(Y/n) sudah benar-benar sembuh.

Pasca kunjungan Fushiguro dan Nobara dua hari yang lalu, kini (Y/n) hanya bisa merenungi perkataan terakhir yang Fushiguro katakan. Jujur saja, ia sama sekali tidak menyangka jika lelaki itu justru akan berkata demikian. Meskipun perkataannya tidak ada bukti sama sekali. Namun, entah mengapa, (Y/n) justru mempercayainya dengan mudah. Semudah ia membalikkan telapak tangannya.

Karena kesembuhan (Y/n) telah disebarluaskan entah oleh siapa—namun, gadis itu yakin pelakunya pasti adalah Gojo Satoru, sensei-nya sendiri—kini gadis itu telah kembali ke sekolahnya. Ia kembali tidur di asrama dan juga bisa kembali berlatih dengan Clove seperti biasanya. Meskipun dirinya juga belum terlalu bisa berlatih dengan sekuat tenaganya. Tetapi, setidaknya ia tidak perlu duduk manis dan membiarkan perkataan terakhir Fushiguro sebelum lelaki itu pulang menghantui pikirannya.

"Kau menjadi lebih sering melamun setelah pulang dari rumah sakit."

Tentu saja, (Y/n) menoleh ke sumber suara yang mengatakan kalimat yang sesuai dengan fakta saat ini. Si pelakunya, Clove, tengah menatapnya balik seraya duduk di sebelah (Y/n).

"Sesuatu pasti telah terjadi setelah kunjungan kedua teman tapi musuhmu itu 'kan?"

"Teman tapi musuh?" (Y/n) mengulang perkataan Clove yang masuk ke dalam telinganya.

"Keren 'kan istilahku?" Clove tersenyum bangga.

(Y/n) hanya mendengus. Merasa jika Clove tengah berusaha untuk menghiburnya. Setidaknya itulah yang ia pikirkan meskipun (Y/n) pun tidak terlalu yakin jika memang benar demikian.

"Hei, ceritakan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi di saat aku pergi hari itu?" Clove melemparkan tatapan seriusnya pada (Y/n). Yang ditatap hanya meliriknya sekilas sebelum kembali mengagah pada hamparan rumput di depannya.

"Tidak ada. Tidak ada hal yang terjadi," sahut (Y/n) spontan.

Clove menatap (Y/n) jengah. "Kau berbohong. Aku tahu apa yang kau rasakan, (Y/n)." Ia diam sejenak. Memastikan jika (Y/n) mendengarkan perkataannya. "Gelisah, bingung, kesal, juga marah. Benar, 'kan?"

Dalam satu delikan mata, (Y/n) menatap Clove tajam. Tidak peduli dengan tatapan lelaki itu yang seketika berubah terkejut dikarenakan tindakannya. "Jangan seenaknya membongkar apa yang tengah kurasakan, Clove. Aku sangat membenci hal itu," ujarnya dingin.

Selepas mengatakan dua pernyataan itu, (Y/n) bangkit berdiri. Ia pun berjalan meninggalkan Clove yang menatapnya dengan tatapan sendu.

***

Entah siapa yang memulai, bagi (Y/n) semuanya tiba-tiba berubah begitu saja. Keadaan di sekitarnya, perasaan di dalam relung hatinya, dan juga dirinya sendiri. Sampai-sampai gadis itu tidak tahu harus bereaksi apa kala ia mengetahui semuanya telah berubah hanya dalam sekejap.

Kepalanya ia tengadahkan ke atas. Menatap ke arah awan cumulonimbus yang tengah mengangkasa beberapa puluh ribu meter di atasnya. Keheningan di sekitarnya seolah mendukung dirinya untuk diam termenung. Memikirkan apa-apa saja yang telah terjadi selama belakangan ini. Instrospeksi diri? (Y/n) terlalu malas untuk melakukannya. Menurutnya, ia sudah benar dan pemikiran itu akan terus berlanjut entah hingga kapan.

Suara sirine ambulans yang sayup-sayup terdengar membuat (Y/n) menolehkan kepalanya. Para petugas rumah sakit seketika keluar dari dalam gedung dan segera membawa pasien ke ruang Unit Gawat Darurat (UGD).

Seketika (Y/n) terdiam. Melihat kejadian di depannya itu membuat dirinya teringat dengan seseorang. Orang yang senantiasa selalu tersenyum dan juga selalu ingin melindungi orang lain. Surainya yang berwarna merah muda tidak dapat (Y/n) lupakan begitu saja. Terlebih ia tidak melihat siapapun di dunia ini yang memiliki warna surai senada dengan lelaki itu.

Apakah Yuuji juga mengalami hal yang sama dengan peristiwa yang baru saja ia lihat? Dibawa dengan tergesa-gesa ke dalam UGD diikuti dengan suara orang-orang yang saling bersahutan. Ia pun bertanya-tanya; apakah yang lelaki itu pikirkan saat ia berada di saat itu?

Suara langkah sepatu yang beradu dengan pavling block yang menjadi pelapis permukaan tanah terdengar memasuki telinga (Y/n). Gadis itu sontak menoleh kala ia merasakan seseorang duduk di sebelahnya. Ya, orang yang tak ia duga akan duduk di sampingnya dengan tanpa beban.

"Kau tampak semakin tidak sehat setelah keluar dari rumah sakit," komentarnya yang menjadi pembuka percakapan yang sebenarnya tidak (Y/n) inginkan untuk terjadi.

"Itu hanya menurut pandanganmu, Sensei," balas (Y/n) acuh.

Gojo melirik sekilas ke arah anak didiknya itu. Ia terkekeh pelan dan tindakannya itu menciptakan perempatan imajiner pada kening (Y/n). Apa yang lelaki itu tengah tertawakan?

"Sebenarnya memang tidak ada yang lucu. Aku hanya ingin tertawa."

"Oh."

Diam. Hening menyambut kedatangan mereka berdua. Gojo yang biasanya mudah mencari topik pembicaraan kini tampak lebih diam. Yang entah mengapa membuat (Y/n) merasa heran. Namun, ia tidak ingin ambil pusing dan memilih untuk tetap optimis meskipun tidak ada hal-hal yang optimis berkaitan dengan sensei-nya itu.

"Sensei."

"Ya, (Y/n)?"

(Y/n) menoleh. Menatap tepat ke arah manik biru samudra yang tersembunyi di balik penutup mata lelaki bersurai putih itu. "Sensei sengaja menyuruh Megumi dan Nobara untuk menjengukku, 'kan?" hardiknya.

Senyum yang sejak tadi terbentuk di wajah lelaki itu kini mendadak lenyap. Gojo hanya menatap (Y/n). Lalu, ia menyeringai.

"Setengah benar dan setengah salah."

"Maksudmu?" (Y/n) mengernyit.

"Ada tujuan lain aku menyuruh mereka datang menemui dirimu," ujar Gojo.

(Y/n) tak mengatakan apa-apa. Namun, sudah jelas apabila ia memang menunggu perkataan lelaki itu selanjutnya.

"Yaitu, untuk menguji kemampuanmu. Maa, anggap saja sebagai ganti tes uji lapanganmu. Jujur saja, aku merasa kecewa dengan perbuatanmu saat itu." Bibir Gojo membentuk kurva yang melengkung ke bawah. Namun, kemudian kembali normal.

"Kecewa?" gumam (Y/n).

"Kau malah melakukan percobaan bunuh diri di hari itu. Kau pasti masih mengingatnya," ujarnya lagi.

Tidak ada respon apapun yang (Y/n) berikan. Namun, Gojo tahu gadis itu masih mengingat peristiwa di hari itu dengan sangat jelas. Karena ia yakin, tidak mungkin (Y/n) melupakannya begitu saja. Ditambah dengan fakta bahwa ia gagal melancarkan aksinya.

Entah karena apa, Gojo masih belum mengetahuinya. Namun, yang pasti ia merasakan ada sesuatu yang masih (Y/n) sembunyikan dari dirinya. Oleh karena itu, ia melakukan tes uji lapangan ulang terhadap (Y/n) bahkan di saat gadis itu tengah sakit. Memang kejam, namun itulah satu-satunya cara. Selain itu, keberadaan Fushiguro dan Nobara di sana bukanlah untuk menjadi sebuah patung belaka. Pasal kekecewaan yang ia katakan hanya menjadi alibi belaka untuk menyembunyikan tujuannya yang lain. Ya, ini pun demi masa depan (Y/n) sendiri.

Tetapi, kala (Y/n) tiba-tiba mengangkat bicara, Gojo benar-benar tidak habis pikir dengan muridnya itu.

"Kalau begitu, sebagai gantinya, bagaimana jika Sensei saja yang membunuhku?"

***

PTM ternyata capek juga ya—🚶‍♀️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top