Chapter 21 - Endless Darkness

Author's POV

Kegelapan.

Sebenarnya, kegelapan hanyalah suasana yang diciptakan oleh manusia ketika merasa takut. Kegelapan yang sebenarnya tidak ada. Justru hanya berupa gambaran yang dibuat oleh manusia.

Lalu, jika kegelapan hanyalah omong kosong belaka, mengapa sejak tadi (Y/n) hanya berjalan di tempat yang sama?

Berputar ke sana dan ke sini. Mencari letak jalan keluar dari kegelapan tak berujung itu. Sudah beberapa saat gadis itu diam di sana. Rasanya tempat ini tidak ada bedanya dengan yang pertama kali ia lalui. Semuanya terasa sama, tanpa terkecuali.

"Wahai roh dari dunia lain, tunjukkanlah kesetiaanmu."

Seberkas cahaya yang tidak terlalu terang namun telah memberikan penerangan yang cukup tiba-tiba muncul di hadapan (Y/n). Dari balik cahaya itu, seseorang tampak di baliknya. Dengan pakaian yang masih sama semenjak terakhir kali (Y/n) melihat lelaki itu.

"Clove siap melayani Anda, (Y/n)-sama." Ia membungkuk ala bangsawan. Dengan tangan kanannya yang berada di depan dada kirinya.

"Hentikan, Clove. Saat ini bukan waktunya untuk bercanda," tukas (Y/n). Ia masih tetap waspada bahakn setelah memanggil Clove ke sini.

"Meskipun kau ingin seperti itu, nyatanya tidak bisa. Aku sudah terlalu biasa dengan hal itu," balas Clove seraya meletakkan tangan kanannya di pinggang.

Mengabaikan ucapan Clove, (Y/n) kembali berjalan. Namun, baru saja beberapa langkah ia lewati, kakinya sontak berhenti. Hawa keberadaan yang sudah tak asing baginya seketika dapat ia rasakan saat ini.

"Clove, kau juga merasakannya, 'kan?" tanya (Y/n), menunggu jawaban lelaki itu.

"Ya. Kutukan."

Tepat setelah ucapan Clove dilontarkan, kutukan yang dimaksud itu muncul di hadapan mereka. Wujud mereka adalah berupa topeng dengan wajah di atasnya. Namun, jumlah mereka yang banyak seketika membuat (Y/n) tidak yakin bisa mengalahkan mereka semua.

"Yakinlah, (Y/n). Aku ada bersamamu saat ini." Clove menepuk bahu gadis di sampingnya itu. Seolah memberikan kekuatan tak kasat mata melalui telapak tangannya.

"Um, arigatou, Clove." (Y/n) tersenyum kecil.

(Y/n) menarik napas panjang, kemudian ia menghembuskannya. Manik (e/c)nya menatap para roh terkutuk yang melayang di udara itu. Ketika mereka mulai menyerang, gadis itu pun menghindari semua serangan dengan mudah. Serangan seperti itu sudah terlalu biasa baginya. Ditambah dengan pengalamannya di dunia yang pertama: Kimetsu no Yaiba.

"Senjata Kutukan: Yellow Sunset!"

Dari tangan (Y/n), muncul seberkas cahaya. Namun, secara perlahan cahaya itu bersinar semakin terang hingga akhirnya membentuk ribuan jarum yang tampak bersinar di tempat gelap itu.

Jarum-jarum tersebut menusuk para kutukan dengan mudahnya. Menembus ke dalam tubuh mereka hingga darah mereka bercipratan ke mana-mana. Secara spontan, (Y/n) memasang perisai di sekitar tubuhnya. Melindungi dirinya dari hujan darah yang terjadi secara mendadak itu.

"Kau sudah berhasil menggunakannya, (Y/n)."

Secara perlahan, perisai yang mengelilingi tubuh (Y/n) pun lenyap. Menyisakan serbuk-serbuk berwarna cyan di udara.

"Um, kurasa. Namun, aku masih belum terbiasa," ujar (Y/n) seraya mengambil sebuah jarum yang tergeletak di atas lantai yang ia pijak.

Gadis itu menatap sejenak jarum di tangannya. Ia mengamatinya sesaat sebelum bertanya, "Lalu, bagaimana cara kita keluar dari tempat ini?" Ia menoleh pada Clove. "Kita tidak mungkin menunggu Fushiguro datang ke sini, bukan?" lanjutnya.

"Tentu saja tidak. Justru merekalah yang saat ini memerlukan bantuanmu, jika kau memang ingin menolong mereka," jawab Clove santai.

(Y/n) memasang raut wajah serius. "Tentang hal itu akan kupikirkan nanti. Yang terpenting, kita perlu keluar dari tempat ini sekarang."

"Baiklah, baiklah."

Clove merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Sebuah kunci berbentuk serupa dengan yang pernah (Y/n) lihat sebelumnya terpampang di depan wajahnya. Lelaki itu memutar-mutar kunci itu selama beberapa kali.

"Kita hanya perlu memakai ini," ujarnya.

"Semudah itu?" tanya (Y/n) sangsi.

Clove menyeringai. "Akan kubuktikan langsung padamu, (Y/n)."

Sama seperti dengan waktu itu, saat ini Clove juga tengah memasukkan kunci itu ke dalam lubang pintu yang tak kasat mata. Kemudian, ia memutarnya.

Hanya dalam satu kedipan mata, mereka telah berpindah tempat. Kali ini (Y/n) sudah tidak lagi berada di ruangan serba gelap tadi. Melainkan lebih parah. Dirinya tengah jatuh bebas ke bawah, entah ke mana.

"Cypleuse!"

Tepat sebelum (Y/n) menyentuh permukaan lantai, dirinya sudah membuat perisai di balik punggungnya. Lebih tepatnya, gadis itu terpaksa membuat perisai itu. Ia teringat dengan janji yang secara tak langsung telah ia buat dengan Yuuji. Alhasil, untuk saat ini (Y/n) harus menghentikan percobaan bunuh diri itu.

Belum sempat gadis itu menghela napas lega, sebuah serangan mendadak muncul di depannya. Bukan, bukan serangan yang biasa ia lihat, melainkan sebuah Energi Kutukan yang dikeluarkan oleh Roh Terkutuk Tingkat Tinggi itu.

"Oi, Tyazel! Bagaimana kau bisa berada di sini?!"

"Penjelasannya nanti saja! Masih ada hal yang lain yang lebih penting!" sahut (Y/n) seraya bangkit dari posisi sebelumnya. Ia menatap ke sekitarnya. Fushiguro dan Nobara pun masih berada di sana. Mereka juga tampak berwaspada.

Roh terkutuk tingkat tinggi itu kembali tertawa-tawa. Mendengar tawanya yang mengejek dan meremehkan itu, mendadak (Y/n) sangat ingin membunuhnya.

"Senjata Kutukan: Orange Maple!"

Sebuah kipas kini berada di tangan (Y/n). Dalam sekali tebasan, gadis itu mengeluarkan ratusan daun mapel berwarna jingga kekuningan. Daun-daun itu menyerang roh terkutuk di depan mereka. Dengan mudahnya juga, roh terkutuk itu menghindarinya.

(Y/n) mendecih kala roh terkutuk itu bisa menghindari semua serangannya dengan mudah. Namun, gadis itu tidak bisa kesal terlalu lama karena roh terkutuk itu mulai menyerang. Lebih tepatnya, ia mengeluarkan Energi Kutukannya lagi dan kini lebih besar daripada yang sebelumnya.

Mereka memang bisa menghindari. Namun, pelepasan Energi Kutukan itu justru menimbulkan dampak yang tak terduga. Dinding-dinding bangunan di sekeliling mereka mendadak retak. Keretakan itu pun merambat ke atas hingga pada akhirnya meruntuhkan bagian atas bangunan itu.

Secara refleks, (Y/n) membuat perisai yang sama dengan yang sebelumnya ia telah buat. Tubuhnya pun bergerak sendiri. Padahal ia tak berniat untuk melakukannya.

"Cepat! Pergi dari sini!" (Y/n) menoleh pada mereka. "Aku tidak bisa menahannya lebih lama! Jangan pikirkan tentang aku!" lanjutnya kala ia melihat mereka tampak ragu untuk menuruti perkataan (Y/n).

Belum sempat tersadar dengan apa yang terjadi, tubuh (Y/n) tiba-tiba terdorong begitu saja. Gadis itu terjatuh tersungkur ke atas tanah. Secara otomatis, perisai yang ia buat pun sontak menghilang tak berbekas. Menyisakan serbuk-serbuk berwarna cyan di udara.

Namun, bukan karena itu ia merasa terkejut, melainkan karena seseorang yang tadi mendorongnya kini terperangkap di dalam sana. Terpisah dengan mereka bertiga yang masih tampak terkejut dengan apa yang terjadi.

Dan, pelakunya adalah si tokoh utama, Itadori Yuuji.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top