Chapter 2 - Clove, The Guardian Spirit
Author's POV
Ternyata (Y/n) memiliki rumah di dunia ini. Berbeda dengan dunia sebelumnya, kini gadis itu memiliki rumah. Awal kejadiannya adalah secara tiba-tiba saja kakinya melangkah dengan sendirinya seolah-olah sudah tahu ke mana tujuannya. Dan benar saja, sebuah rumah bergaya minimalis berdiri dengan kokoh di hadapannya. Ketika ia masuk ke dalam, semuanya sudah dilengkapi dengan furniturnya.
Mungkin (Y/n) benar-benar harus berterima kasih entah kepada siapa. Namun, kali ini (Y/n) tidak ingin mencolok di antara para tokoh Jujutsu Kaisen. Sebisa mungkin kali ini ia tidak ingin bertemu dan bahkan berbicara dengan mereka meskipun sebenarnya ia sangat menginginkannya. Toh ia juga tidak tahu sama sekali di mana para tokoh utama berada saat ini.
Kali ini, (Y/n) memutuskan untuk mengelilingi rumahnya—bukan, lebih tepatnya rumah milik seseorang yang tubuhnya ia pinjam sekarang. Pertama-tama gadis itu mengelilingi lantai satu rumah itu. Tidak ada yang istimewa di sana. Hanya ada dua kamar yang masing-masing diisi dengan furnitur lengkap di dalamnya. Lalu, ada sebuah taman yang dihias oleh bunga mawar dan semak-semak berduri. Setelah melihat taman itu, (Y/n) memutuskan untuk tidak pernah ke sana lagi.
Selanjutnya, (Y/n) beranjak ke lantai dua. Di sana, ia mendapati tiga ruangan yang masing-masing berada tak jauh dari tangga. (Y/n) mendekati ruangan pertama. Sama seperti ruangan yang berada di lantai satu, ruangan itu pun demikian. Hanya berupa kamar kosong yang dilengkapi oleh furnitur biasa.
Lalu, (Y/n) membuka pintu ruangan kedua. Ruangan itu terlihat seperti perpustakaan yang tidak terlalu besar. Besarnya kurang lebih satu per tiga dari perpustakaan yang ada di rumah (Y/n) yang berada di dunianya. Namun, baginya sudah cukup besar untuk ditinggali seorang diri. (Y/n) pun memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu dan memasuki ruangan ketiga.
Di dalam ruangan ketiga, ada sebuah karpet bulat di tengah ruangan. Di sekeliling karpet tersebut terdapat lilin-lilin yang menyala. Pada bagian dinding, ada kertas-kertas yang ditempel secara acak dengan tulisan bahasa asing. Kertas tersebut tampak telah usang dan berwarna kecokelatan. Bahkan, ada beberapa yang telah berlubang akibat dimakan oleh rayap.
"Ini aneh. Kondisi rumah ini masih bagus, namun mengapa kertas-kertas ini sudah tampak dimakan oleh usia?" gumam (Y/n) heran. Antara kondisi rumah yang ia pijak saat ini dengan kertas yang ia lihat sangat berbanding terbalik. Sungguh membuatnya bingung dan heran sekaligus.
(Y/n) melihat sebuah meja di sudut ruangan. Di atas meja tersebut ada banyak buku yang beserakan. Beberapa di antaranya ada yang terbuka dan sisanya tampak ditumpuk secara acak dan asimetris.
Jemari (Y/n) menyentuh permukaan buku itu. Pada sampulnya tertulis bahasa asing yang belum pernah (Y/n) pelajari di dunia nyata. Namun, entah mengapa ia bisa membacanya dengan lancar tanpa perlu memikirkan artinya di dalam kepalanya.
"Tentang Dirimu dan Aku."
(Y/n) membaca judul yang tertera di sampul buku itu. Lalu, ia membaliknya hingga tiba di halaman pertama. Tulisan-tulisan itu berupa tulisan tangan, bukan diketik. Terlihat dari bentuk hurufnya yang berbeda-beda di setiap katanya.
"Aku adalah roh dan kau adalah manusia. Aku tidak bisa memanggilmu, tetapi kau bisa memanggilku. Perjanjian ini sudah ditulis semenjak seribu tahun yang lalu. Tidak ada yang bisa mengubahnya, baik aku maupun dirimu."
Selesai membaca paragraf pertama, (Y/n) pun semakin bingung. Apa maksudnya? Gadis itu sama sekali tidak paham meskipun ia bisa membacanya dengan mudah.
"Kau hanya perlu memanggilku. Caranya sangat mudah. Bahkan anak kecil pun bisa mengerti," lanjutnya.
(Y/n) berniat membaca kalimat selanjutnya di dalam hati. Namun, tidak sesuai niatnya, ia justru membacanya dengan lantang.
"Wahai roh dari dunia lain, tunjukkanlah kesetiaanmu."
Setelah sadar dirinya membaca kalimat tadi secara langsung, (Y/n) diselimuti oleh keterkejutan. Pasalnya lilin-lilin yang terletak di tengah ruangan tiba-tiba padam. Angin pun mendadak berhembus dengan kencang. (Y/n) menutupi wajahnya dengan tangan. Khawatir jika sesuatu yang buruk akan terjadi di depan matanya.
Semuanya perlahan mulai tenang. (Y/n) menurunkan tangannya dari depan wajahnya dengan perlahan. Alangkah terkejutnya dirinya ketika gadis itu tahu kini ia tidak sendiri di ruangan itu. Seorang anak lelaki berlutut dengan hormat di atas karpet tadi. Salah satu tangannya ia silangkan di depan dada.
"Clove siap melayani Anda, (Y/n)-sama."
Clove menengadahkan kepalanya. Manik emerald-nya menatap intens pada (Y/n). Ia pun berdiri dan berjalan mendekat ke arah (Y/n). Sontak gadis itu melangkah mundur. Oke, (Y/n) akui kini ia semakin takut.
"Apakah Anda tidak mengingat mengapa Anda bisa selamat di saat melawan roh terkutuk itu? Lalu, di saat Anda berjalan tak tentu arah, Anda bisa pulang dengan selamat memangnya karena siapa?" cerocosnya panjang lebar.
"Jadi, itu semua karena... dirimu?" tebak (Y/n) ragu.
"Tentu saja!" Ia tampak bangga. "Sekarang Anda sudah tahu cara memanggil saya, saya pamit undur diri lebih dahulu."
"Tunggu, Clove. Tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi." (Y/n) menarik tangan Clove dan mencegahnya untuk pergi.
Clove pun terdiam namun ia belum membalikkan tubuhnya. Kemudian, ia berbalik sambil berkata, "Baiklah. Saya akan menjelaskannya pada Anda, (Y/n)-sama."
"Ah, satu lagi. Tolong jangan terlalu formal padaku," pinta (Y/n).
"Baiklah, baiklah. Akan aku turuti semua permintaanmu." Clove kemudian duduk dengan manis di depan (Y/n). (Y/n) pun mengikutinya.
"Seseorang sudah menitipkanmu padaku. Dengan cara meminjam tubuh majikanku yang sebenarnya, Lilliana-sama. Tenang saja, beliau bukan orang terkenal. Jadi kau tidak perlu khawatir akan menjadi pusat perhatian."
(Y/n) meringis mendengarnya. Siapapun yang menitipkan dirinya ke sini pasti sudah sangat mengenalnya dengan baik.
"Namun, Lilliana-sama telah meninggal tiga bulan yang lalu. Meskipun umurnya masih lima belas tahun, tetapi sebuah roh terkutuk telah merenggut nyawanya dan aku gagal menyelamatkannya," lanjut Clove. Dari nada suaranya terdengar sedih dan penuh penyesalan.
(Y/n) tampak mulai paham dengan apa yang terjadi. Sedikit demi sedikit puzzle yang berantakam mulai tersusun sesuai dengan polanya.
"Tugasku adalah menjaga keturunan dari keluarga Tyazel. Sudah seribu tahun berlalu semenjak pertama kali aku menjadi roh penjaga. Semenjak kontrak itu dibuat, aku tidak akan bisa lari ke manapun," jelas Clove lagi.
"Lantas, bagaimana caranya aku bisa mengeluarkan Senjata Kutukan dan juga pulang ke rumah ini tanpa tahu jalannya?" (Y/n) menuntut penjelasan.
"Oh, tentang itu. Akulah yang memerintahkan saraf di tubuhmu agar bisa menyelamatkan diri. Ya, karena aku tahu saat ini kau tidak tahu apa-apa tentang dirimu yang sekarang. Bukankah begitu?" Clove menaikkan sebelah alisnya.
"Ya, kau benar. Berarti, kau juga bisa memerintahkan diriku untuk bertindak sesuka hatimu, bukan?" Manik (e/c) itu memicing curiga ke manik emerald milik lawan bicaranya.
Clove menyeringai. "Ya, aku bisa melakukannya."
"Serius?"
"Tentu saja tidak, Bodoh. Kau pikir aku adalah roh terkutuk, hah? Aku adalah roh penjaga, bukan roh terkutuk, (Y/n)," ujarnya sewot.
"Maaf," sahut (Y/n) singkat. "Jadi apa saja yang bisa kau lakukan?"
"Memerintahkan sarafmu untuk melakukan sesuai perintahku. Namun, teknik itu hanya berlaku untuk kebaikan saja. Sisanya, lebih baik kupraktikkan nanti karena menjelaskan itu sungguh merepotkan," jawab Clove sambil menerbangkan buku yang ada di meja tadi mendekati mereka.
Sekilas (Y/n) terkejut dengan apa yang baru saja Clove lakukan. Namun, wajahnya kembali normal setelahnya.
"Buku itu ditulis dengan bahasa apa?" tanya (Y/n) sambil menunjuk ke objek yang ia tanyakan.
"Bahasa Aprizel. Hanya keluarga Tyazel saja yang mengerti."
Semua sudah jelas. Alasan mengapa (Y/n) tiba-tiba bisa memanggil Senjata Kutukan, mengetahui jalan ke rumah ini dan bisa mengerti bahasa asing di buku itu. Namun, masih ada satu hal yang belum dijelaskan oleh Clove.
"Lalu, bagaimana tentang diriku di sini? Apakah aku sudah meninggal?" tanya (Y/n) setelah diam cukup lama. Ia mulai merasa takut dengan apa jawaban lelaki itu nanti.
Clove mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Aku tidak diberitahukan tentang hal itu oleh-nya. Kau bisa bertanya pada ia nanti."
Entah mengapa, (Y/n) merasa sedikit kecewa setelah mendengar jawaban Clove.
***
Yo minna!
Untuk kalian semua yang penasaran sama visualnya Clove, akan aku perlihatkan.
Ini dia!
Bagian yang paling kusuka adalah matanya dan yang paling kubenci adalah rambutnya. Masih kurang puas sama shading rambutnya yang aneh itu🚮
Oke, stop curhat.
Semoga visualnya Clove yang telah kubuat tidak menghancurkan ekspektasi kalian ya😭🙏🏻
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top