Chapter 14 - Trying to Run Away, Miss?
Author's POV
Manik (e/c) itu tiba-tiba terbuka dengan lebar. Peluh menetes dari keningnya menuruni pelipis hingga ke dagu. (Y/n), si pemilik manik (e/c) itu bangkit perlahan dari posisi tidurnya. Ia menatap ke arah lampu di atas meja nakas yang masih menyala.
"(Y/n), ada apa?"
Suara itu mengejutkan (Y/n). Meskipun suara tersebut adalah suara milik Clove yang telah ia kenal, namun tetap saja membuatnya terkejut.
"Jangan mengagetkanku, Clove," tukas (Y/n) setelah keterkejutannya mereda.
"Gomen, gomen. Kau tiba-tiba merasa takut. Jadi aku pun mendatangimu." Clove menjentikkan jarinya. Sontak kamar (Y/n) berubah menjadi terang dalam waktu singkat.
"Mimpi buruk. Aku tiba-tiba mengalami mimpi buruk," ungkap (Y/n) masih sambil menunduk. Mimpi buruk yang ia lihat sebagai bunga tidurnya masih terlihat sangat jelas. Terlalu jelas sehingga sulit untuk dilupakan.
"Ah, sayangnya aku belum bisa menguasai teknik untuk melihat mimpi tuanku. Apakah kau mau menceritakannya?" tanya Clove. "Aku tidak akan memaksa jika kau tak ingin," sambungnya pelan.
Tentu saja, (Y/n) menceritakan mimpi yang ia lihat. Di mimpinya itu, ada banyak orang yang dibakar secara bergantian. Tidak hanya lelaki saja, bahkan ada perempuan yang juga ikut dibakar. Wajah mereka memang tidak jelas di dalam mimpi (Y/n). Namun, tidak ada anak kecil yang dibakar seperti itu.
"Kurang lebih mimpinya seperti itu. Aku harus cepat menceritakannya padamu sebelum aku lupa," ujar (Y/n) setelah ia selesai bercerita.
Clove memasang gestur berpikir. Alisnya saling bertautan. Perempatan imajiner muncul di keningnya.
"Apakah menurutmu Lilliana pernah melihat mimpi ini?" celetuk (Y/n) tiba-tiba setelah keheningan yang cukup lama.
Clove menggeleng. Lelaki itu tidak yakin jika Lilliana juga pernah melihat mimpi yang sama dengan yang (Y/n) lihat.
"Kau yakin?" (Y/n) mendengus. "Gadis itu tidak selalu mengatakan kejujuran padamu, Clove."
"Jangan pernah menghina beliau, (Y/n)." Clove melemparkan tatapan dingin nan menusuk ke arah (Y/n).
"Ah, gomen. Aku tidak sengaja melakukannya namun aku sangat niat untuk melakukannya."
Kalimat (Y/n) barusan mendapatkan delikan mata dari Clove. Yang ditatap seperti itu hanya diam. Tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Terima kasih sudah memberitahukannya padaku."
Ucapan Clove membuyarkan pikiran (Y/n). Gadis itu menoleh padanya.
"Aku tahu kau masih merasa takut, namun kau justru menjelaskan semuanya. Maaf membuatmu kesulitan," lanjutnya lagi.
(Y/n) terkekeh. "Bukan suatu masalah," sahutnya. "Kau khawatir padaku ya?" tanyanya jahil.
"Tidak! Hanya cemas," jawab Clove. "Itu pun hanya sedikit," tambahnya cepat.
"Maknanya sama saja."
(Y/n) kembali membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia mematikan lampu kamarnya dan menyalakan lampu di atas meja nakas.
"Sudah ya. Aku tidur dulu. Oyasumi."
Manik (e/c) itu langsung tertutup. Bersembunyi di balik kelopak matanya. Clove menatapnya sejenak, memikirkan sesuatu di dalam benaknya. Kemudian, ia pun pergi dari sana dengan pikiran dan hal-hal misterius di dalam kepalanya.
***
Suara bel pintu yang berbunyi membangunkan (Y/n) di pagi hari. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum terbuka sepenuhnya. Ia melirik ke arah jam dinding yang masih berdetak. Pukul tujuh lebih lima belas menit.
"Mengapa Clove tidak membuka pintunya?" keluhnya sambil bangkit dari posisi tidurnya.
Dengan wajah bantalnya, (Y/n) beranjak menuju pintu utama rumahnya. Ia masih mendengar bel pintu yang ditekan sekali lagi sebelum (Y/n) membuka pintu tersebut.
Seorang lelaki berdiri menjulang di depan wajahnya. Wajah lelaki itu tidak terlihat dengan jelas oleh (Y/n) yang baru saja bangun tidur. Namun, samar-samar ia bisa melihat perban dan plester di wajahnya. Sontak gadis itu pun bertanya.
"Kau siapa?"
Dengan wajah datarnya, lelaki itu menjawab, "Fushiguro Megumi."
Dalam hitungan detik, (Y/n) langsung tersadar. Tidak ada wajah bantal dan mata yang masih mengantuk lagi. Secara spontan, gadis itu menutup pintu dengan rapat. Membiarkan Fushiguro terdiam di depan rumahnya dilanda oleh kebingungan.
"Sial, mengapa harus Fushiguro yang datang?" umpat (Y/n).
Masalahnya bukan hanya karena lelaki itu tiba-tiba mendatangi rumahnya dan menyebutkan namanya sendiri, melainkan (Y/n) menemui Fushiguro di saat ia baru saja bangun tidur. Ya, bangun tidur. Ketika di matanya masih terdapat kotoran mata, wajahnya yang belum dibasuh oleh air, dan juga ia belum menggosok giginya.
Intinya, image (Y/n) telah rusak di depan Fushiguro.
Dan lagi, ke mana Clove pergi saat ini? Biasanya lelaki itu sudah sibuk di dalam rumah entah sibuk karena apa. Namun, di saat genting seperti ini lelaki itu justru menghilang. Lenyap tak berbekas seolah-olah tidak pernah ada.
Tunggu, dari mana Fushiguro tahu rumah (Y/n)?
Gadis itu berbalik dan membuka pintu dalam satu kali sentakan. Fushiguro masih saja berdiri di depannya. Sepertinya ia sama sekali tak bergerak dari posisi awal. Untungnya ia masih bernapas.
"Dari mana kau tahu rumahku?" todong (Y/n) langsung. Tanpa basa-basi. Toh ia juga yakin Fushiguro telah mengetahui namanya. Buktinya, lelaki itu bisa mengetahui alamat rumahnya ini.
"Dari seseorang. Namun, itu tak penting saat ini. Kau harus ikut denganku," jawab Fushiguro tanpa ada nada kesal ataupun marah karena sikap (Y/n) yang terlalu to the point.
"Mengapa aku harus ikut denganmu?"
Fushiguro menghela napas panjang. Sebenarnya ia juga terpaksa untuk datang ke sini. Menghadapi seorang gadis yang hampir terluka karena diserang tiba-tiba oleh Sukuna yang mengambil alih tubuh Yuuji namun kini ia tampak baik-baik saja. Bahkan ia terlihat lucu di dalam piyama motif kelincinya.
Menyadari pikirannya mulai kacau, Fushiguro berdeham. "Karena Sensei memintaku ke sini," jawabnya jujur. Ia pun melangkah masuk ke dalam rumah bergaya minimalis itu ketika (Y/n) menyuruhnya.
Ketika mendengar kata "sensei", pikiran (Y/n) langsung tertuju pada satu orang. Ya, lelaki dengan penutup mata yang digemari banyak orang itu. Khususnya kaum hawa. Oke, kini (Y/n) akui masalah semakin bertambah rumit.
"Aku akan bersiap dalam dua puluh menit."
Seusai mengatakan satu kalimat itu, (Y/n) berlari ke lantai dua. Tujuannya hanya satu: ia harus kabur saat ini. Ke mana saja pun boleh, yang terpenting ia lari dari mereka terlebih dahulu.
Sementara itu, Fushiguro ia biarkan menunggu di ruang tamu rumahnya. Lagi pula, (Y/n) tidak ingin dianggap sebagai perempuan yang tak berperasaan ketika seorang lelaki dengan wajah penuh perban dan plester dibiarkan menunggu di luar.
Pertama-tama, (Y/n) mencuci wajahnya dan menyikat gigi. Itu pun ia lakukan dalam waktu kurang dari empat menit. Setelah itu, ia berlari ke kamarnya. Mengganti piyamanya dengan pakaian yang lebih layak untuk dipakai ke luar.
Gadis itu pun mulai mondar-mandir di dalam kamarnya. Memikirkan cara kabur yang paling tepat dalam kurun waktu yang sangat singkat.
Kabur lewat atap? Gadis itu bisa saja naik ke atasnya, namun ia pasti tidak tahu cara untuk turun. Melalui taman belakang? Tidak, ia tidak boleh menarik perhatian siapapun untuk datang ke sana karena Uraes berada tepat di sana. Ia pun tidak bisa ke bawah, Fushiguro berada di sana. Kini ia menyesal membiarkan lelaki itu menunggu di ruang tamu.
Untuk saat ini, gadis itu membuka pintu balkon kamarnya. Ia memperhatikan sekelilingnya sejenak. Tidak ada jalan keluar lain selain melompat ke bawah, tepat ke dalam kolam renang.
Melihat kolam renang di bawah sana, (Y/n) teringat dengan kejadian yang membuatnya masuk ke dalam dunia Jujutsu Kaisen ini. Lebih tepatnya ialah percobaan bunuh diri yang ia lakukan di hari itu, di dunia asalnya.
Terbesit sebuah ide di dalam kepalanya. Bukan, bukan ide untuk lari ataupun kabur. Melainkan sebuah pemikiran yang telah menyeruak masuk ke dalam otaknya.
Belum sempat memikirkan apa tindakan selanjutnya yang harus ia lakukan, gadis itu telah jatuh bebas. Sambil berharap Fushiguro tidak mendengar apa-apa di saat (Y/n) masuk ke dalam kolam renang sekaligus berharap percobaannya kali ini akan berhasil. Rasanya saat ini seperti déjà vu.
Seharusnya (Y/n) sudah masuk ke dalam air. Seharusnya gadis itu telah tenggelam tanpa berusaha untuk berenang dan mencapai ke permukaan. Namun, tidak seperti dugaannya, kini ia justru mengapung di atas permukaan kolam renang yang tampak damai. Bukan, lebih tepatnya tubuhnya berada di atas tangan seseorang.
"Mencoba untuk kabur, Nona?"
Saat ini (Y/n) merasa sedang mengalami mimpi buruk. Tepat di saat ini juga.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top