Chapter 10 - Damn, I Met Them

Author's POV

"Kau harus latihan malam ini."

(Y/n) yang tengah membaca buku berbahasa Aprizel itu sontak menoleh. Ia menutup bukunya dan berkata, "Malam ini?"

Clove mengangguk. Memberitahukan jika perkataan (Y/n) benar.

"Baiklah," sahut (Y/n) akhirnya.

Toh gadis itu juga merasa kemampuan dirinya masih kurang. Masih cukup jauh dari apa yang seharusnya (Y/n) capai. Ah, lagi pula ia latihan menggunakan Senjata Kutukan itu hanya untuk melindungi dirinya. Karena seingatnya tidak ada hal berbahaya yang harus ia hindari selain para roh terkutuk itu.

"Malam ini kita keluar," ujar Clove mengakhiri pembicaraan.

Anggukan kepala dilakukan oleh (Y/n) sesaat sebelum Clove menghilang dari pandangannya. Ya, menghilang. Benar-benar menghilang. Bukan dengan membuka pintu lalu keluar dari kamar (Y/n) melainkan sungguh menghilang tak berbekas. Tentu saja, melihat hal itu sudah menjadi hal yang biasa bagi (Y/n). Sudah terlalu sering hingga menjadi biasa.

Tidak ingin membuang banyak waktu, (Y/n) kembali membuka buku berjudul Tentang Aku dan Kau itu yang ditulis dalam bahasa Aprizel. Bahasa yang pernah Clove katakan hanya bisa dimengerti oleh garis keturunan Tyazel. Awalnya (Y/n) memang tidak mempercayainya. Namun, ketika ia dengan mudahnya membaca buku itu, ia pun mulai percaya.

"Rajin sekali yang menulis buku ini hingga setebal ini," komentar (Y/n) ketika ia mengamati ketebalan buku itu.

Karena sudah mulai malas membaca buku itu, (Y/n) menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia meregangkan otot tubuhnya yang juga terasa kaku setelah duduk dua jam di sana.

Sepertinya, gadis itu masih tetap harus membaca buku itu untuk membunuh waktu hingga malam tiba.

***

Jam baru saja berdentang tepat pada pukul enam sore. Sudah waktunya bagi (Y/n) untuk bersiap membasmi para roh terkutuk malam ini. Sebenarnya gadis itu berada pada fase tidak bersemangat dan juga bersemangat. Terletak di antaranya.

Tiga puluh menit yang lalu, (Y/n) sudah membaca buku tebal berjudul Tentang Aku dan Kau itu hingga tamat. Benar-benar tamat. Dari sana, ia menemukan banyak hal baru yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Termasuk tentang Clove dan cara menggunakan lelaki itu di dalam pertarungan. Bagaimanapun juga, Clove tetap seorang roh penjaga. Sudah sepatutnya ia melindungi (Y/n) yang merupakan tuan sementaranya saat ini.

Namun, seorang roh penjaga juga memiliki keterbatasan. Ia tidak bisa bergerak secara bebas jika si tuannya tidak bisa memakainya. Maka dari itu, (Y/n) pun berniat untuk memakai Clove lebih sering dalam pertarungan hingga ia menjadi terbiasa.

"Kita latihan sekarang?" (Y/n) memakai sepatu sneakers putihnya sambil bertanya pada Clove yang tengah mengecek sesuatu.

"Ya. Kau sudah siap?" Clove balik bertanya.

(Y/n) pun mengangguk kemudian. Itulah alasan mengapa gadis itu membaca buku itu hingga tamat. Ya, untuk mempraktikkan teori di dalam buku tebal yang bisa dijadikan pengganjal meja itu.

"Mochiron. Ayo!"

Seusai mengikat tali sepatu, (Y/n) bangkit berdiri. Ia membuka pintu rumahnya dengan Clove di belakangnya mengikuti. Sesaat angin malam yang cukup dingin berhembus dengan kencang menerpa wajah (Y/n). Beruntung hari ini gadis itu memutuskan untuk memakai hoodie tebal yang merupakan pakaian favoritnya.

Sedikit berhati-hati dan juga waspada, (Y/n) mengabsen sekelilingnya. Mengamati jika ada sesuatu yang mencurigakan di depan matanya. Namun, bukannya melihat sesuatu yang patut diwaspadai, justru (Y/n) menemukan sesuatu yang lebih harus ditakuti olehnya.

"Clove! Clove!"

Clove yang tengah memandang ke arah langit pun menoleh. Ia mengikuti arah telunjuk (Y/n) yang berhenti pada sebuah kedai.

"Aku mau beli itu!"

Setelah mengatakannya, (Y/n) langsung berlari kecil ke arah kedai. Ia ikut mengantri di antara pengunjung lain yang memiliki tujuan sama dengannya. Melihat itu, Clove melongo di tempat.

"Ternyata antriannya cukup panjang, ya," komentar (Y/n) setelah beberapa belas menit ia mengantri hingga akhirnya tiba gilirannya. Ia membawa wadah yang terbuat dari kertas itu mendekati Clove yang masih diam dengan posisi yang sama.

"Mau?"

Sebuah mochi bulat yang diisi es krim rasa matcha disodorkan oleh (Y/n). Kening Clove mengernyit heran. Tidak tahu menahu tentang apa yang (Y/n) sodorkan kepadanya itu.

"Ini mochi yang diisi es krim. Cobalah," jelas (Y/n) singkat.

Clove pun menerimanya meskipun masih merasa bingung. Rasa dingin yang dihasilkan dari es krim itu memenuhi rongga mulutnya. Namun, seketika berubah menjadi satu kata.

"Enak."

(Y/n) tersenyum lebar. Tampak senang jika Clove juga menyukai makanan favoritnya, mochi. Ia juga ikut memakannya dengan wajah senang.

Hari sudah mulai berubah menjadi malam. Langit yang gelap tampak menyelimuti bumi. (Y/n) masih menikmati mochi-nya dengan santai dan sudah lupa dengan tujuan awal dirinya dan Clove keluar malam ini.

Hingga pada akhirnya, sesuatu yang tiba-tiba menyerangnya mengejutkan (Y/n) seketika. Gadis itu secara spontan mengatakan satu kalimat yang ia ingat dari dalam buku tebal yang ia baca tadi siang.

"Clypeuse*!" (*Perisai)

Terkejut, Clove tiba-tiba memasang dinding tak kasat mata di sekitar (Y/n). Sekaligus membuat sesuatu yang menyerang (Y/n) tadi terpental beberapa meter.

"Kau sudah bisa menggunakannya?" Clove tampak terkejut meskipun ada rasa bangga yang terselip di hatinya.

"Ya. Ini adalah uji coba pertama kali," jawab (Y/n) tanpa memandang Clove. Manik (e/c)nya menatap lurus pada sesuatu-ah, bukan, melainkan seseorang yang tiba-tiba menyerangnya tadi. Sekali lagi, keterkejutan menyelimuti (Y/n).

Surai merah mudanya tampak lebih mencolok di malam hari. Seringaiannya yang terlihat menyeramkan itu ditujukan pada (Y/n). Wajahnya yang berbeda terpampang jelas di depan gadis itu.

"Are? Mengapa ia justru menyerangmu, Nona?"

Suara itu. Suara milik seseorang yang sudah (Y/n) duga akan berada di sini, bersamanya. (Y/n) pun menengadahkan kepalanya ke atas. Dari atas sana, ia bisa melihat seorang lelaki yang tampak terluka juga tengah memandang ke arah (Y/n).

Ya, mereka adalah Gojo Satoru dan Fushiguro Megumi. Yang menyerangnya beberapa saat yang lalu ialah Itadori Yuuji yang dikuasai oleh Sukuna.

Oke, kini kepanikan yang melanda (Y/n) lebih banyak berkali-kali lipat dibanding saat ia bertemu Yuuji untuk pertama kalinya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top