🎵II🎵
Suara derit roda ranjang besi rumah sakit, kini menggema di seluruh koridor saat keluar dari mobil ambulans. Beberapa kali, terdengar suara getaran khas roda yang melalui lantai dan dengan napas terengah-engah, dua sosok pria mengikuti laju ranjang besi itu.
Kedua pria itu masih tidak menyangka, saat seseorang yang begitu berarti bagi mereka, kini terbaring lemah dengan beberapa alat yang mulai terpasang. Bahkan, saat keduanya dapat melihat bagaimana teman mereka yang terlihat mengenaskan dengan darah yang hampir mendominasi.
"Hyung! Kau harus baik-baik saja!" ucap Taekyung yang terus berada di samping Hoseok. Bahkan, Jimmy juga berlaku yang kini tidak bisa menahan tangisnya.
Dan sesaat kemudian, seorang perawat yang mengenakan seragam putih, membelokkan ranjang besi ke arah kanan untuk menuju instalasi gawat darurat (IGD). Dengan sekuat tenaga, Jimmy dan Taekyung menahan seluruh tenaga yang ingin tumbang. Rasanya, mereka ingin masuk ke dalam sana untuk membuat Hoseok tersadar. Akan tetapi, perawat menyuruh mereka untuk menunggu.
Taekyung sontak menghempaskan dirinya di atas kursi dengan pikiran yang berkecamuk. "Jim, bagaimana dengan Hoseok hyung? Ah, aku sangat takut jika terjadi yang tidak diinginkan dengan dirinya," katanya seraya mengusap wajahnya dengan kasar. "Mendadak, aku memikirkan kompetisi itu."
Dengan spontan, Jimmy langsung menatap Taekyung begitu tajam. Bahkan, dengan jemari mungilnya seperti bayi, memberikan sebuah pukulan di kepala yang membuat Taekyung merutuk kesal. "Bisakah kau tidak membahas kompetisi dulu? Apa kau mau kugantung!"
Terkejut. Taekyung belum menyiapkan diri untuk mengelak dari pukulan itu. Sambil memegangi kepala bagian kirinya, matanya mengerjap-erjap. "Tapi, jangan kau pukul juga. Aku hanya mengungkapkan ketakutanku yang berada dinomor 2. Kau mungkin paham bagaimana konsekuensi yang didapat jika kita---iya, aku tidak akan membahasnya lagi."
Taekyung langsung menutup kedua bibir tipisnya dengan rapat, kala tatapan Jimmy memang begitu menusuk bagai tatapan burung elang. Takut-takut jika Jimmy melihatnya sebagai umpan bola yang siap untuk disundul---bukan sebagai seorang manusia.
"Kalau kau berbicara lagi, aku tidak segan-segan akan memusnahkanmu. Apalagi, jika kau membahas soal kompetisi omong kosong itu!" Jimmy berujar dengan memberikan aura yang menyeramkan. Membuat Taekyung sontak mengusap lehernya yang mendadak merinding.
"Aku … aku tidak bermaksud. Aku minta maaf."
Jimmy hanya menghela napas, yang kemudian berjalan mondar-mandir di depan IGD dengan rasa takutnya pada Hoseok yang sudah dianggapnya sebagai kakak lelaki.
Mengingat kecelakaan yang terjadi, membuat Jimmy merasa kesal dan marah. Dia berpikir, masih ada orang yang suka lari dari tanggung jawabnya setelah melakukan sebuah kesalahan. Sungguh, Jimmy dengan segala kemurkaannya, akan menghancurkan seseorang yang mencelaki Hoseok jika ia mengetahuinya.
"Aku berasa seperti psiko karena pengendara mobil sialan itu," gumamnya seraya memejamkan mata.
Taekyung mengerti. Ia cukup memahami bagaimana kedekatan Jimmy dan Hoseok selama ini. Sama seperti Jimmy, Taekyung pun masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Bahkan, tabrakan yang berada tepat di hadapan mereka.
Dan sekejap, Taekyung mengusap rambutnya dengan kasar karena kesal. Alhasil, membuat Jimmy yang masih memejamkan mata, merasa terganggu dan menggerutu karena pekikan Taekyung yang tiba-tiba saja terdengar.
"Jim---"
"Mau mati?"
Taekyung tidak memedulikannya dan memilih untuk mendekati Jimmy yang berada di dekat samping pintu ruangan itu. "Aku lumayan hapal ciri-ciri mobilnya, tetapi untuk pelat nomornya, itu terasa abu-abu. Awalnya, aku ingat! Tapi aku lupa karena khawatir dengan keadaan Hoseok hyung."
Mendengarnya, membuat Jimmy langsung menatap Taekyung amat lekat. "Kau serius."
"Aku tidak bisa seserius ini." Lantas pintu ruangan IGD kini terbuka dan menampakkan beberapa perawat dan dokter yang keluar. Membuat kedua memilih untuk mengabaikan hal itu untuk sejenak waktu dan mendekati sang dokter yang hendak ke suatu tempat.
"Dokter, bagaimana dengan keadaan teman saya? Dia baik-baik saja'kan?" Jimmy langsung menyerbu dokter itu dengan pertanyaan. Taekyung hanya mengangguk cemas karena pertanyaannya telah diwakili oleh Jimmy.
Sang Dokter terlihat menghela napas sebelum menatap kedua pria tampan di hadapannya ini. "Saya belum bisa memberikan keterangan apapun dalam waktu dekat ini." Kemudian dokter itu berlalu begitu saja. Meninggal Jimmy dan Taekyung yang mematung mendengarnya.
"Tae, sepertinya … Hoseok hyung tidak baik-baik saja."
***
Perkataan Jimmy soal keadaan Hoseok memang benar. Terbukti, saat dokter memberikan keterangan di mana; Hoseok mengalami patah tulang setelah melalui pemeriksaan fisik dan uji pencintraan dengan bantuan sinar X. Bahkan, Dokter Spesialis Ortopedi juga mengatakan agar Hoseok harus menggunakan gips di bagian kakinya yang mengalami patah tulang.
Gips ini sendiri, berfungsi untuk menahan anggota tubuh yang cedera agar tetap lurus sejajar sehingga tidak bergerak. Bahkan, dokter memberikan saran kepada Jimmy dan Taekyung untuk mengurangi pergerakan yang biasanya dilakukan oleh pasien selama berapa pekan ini. Membuat kedua pria tampan itu, merasakan kelu saat menerima kenyataan yang akan di dengar Hoseok setelah sadar nanti.
Hoseok tidak boleh menari.
Kenyataan yang begitu memilukan karena Hoseok memiliki peran penting dalam Lilac Dancer dan kompetisi kali ini. Bahkan, kejadian ini harus terjadi setelah mereka mencetuskan taruhan, juga sebelum membuat kesiapan untuk kompetisi kali ini. Manalagi, apa yang baru saja mereka ujarkan, tidak bisa diputar kembali untuk menolak. Membuat Taekyung dan Jimmy merasa frustasi secara bersamaan.
Kini, mereka menatap Hoseok dari sisi ranjang setelah mendapatkan izin dari dokter untuk menemuinya, walaupun Hoseok seharusnya tidak bisa dibesuk karena beberapa hal.
Dan tanpa mereka sadari, Hoseok kini sadar dari tidurnya. Dengan mata serasa berat, juga seluruh tubuhnya yang merasa ngilu saat digerakkan, membuat Hoseok meringis tidak tahan kala mencoba untuk bangkit dari tidurnya.
"Argh … di mana ini?" katanya secara meloloskan ringisan. Terlihat saat Hoseok memaksakan diri untuk menukar posisi, dan dengan kilat, semua bayangan soal kecelakaan itu, berputar mengitari isi kepalanya.
"Di rumah sakit. Hyung ditabrak mobil dan pengendaranya kabur begitu saja," ucap Taekyung yang mulai merasakan sulit untuk bernapas. Sangat takut melihat bagaimana ekspresi Hoseok jika telah mendengar semuanya.
Hoseok mengangguk "Aku ingat." Lantas, mencoba untuk bangkit. Akan tetapi, rasa sakit pada kaki kanannya begitu terasa. Bahkan, serasa tidak menyatu sebagaimana semestinya. Manalagi, saat Hoseok kini menyibak selimut dan mendapati kaki kanannya yang digips. Membuat Hoseok kini termenung dengan pikiran yang berkecamuk.
"Hyung---"
"Apa yang dikatakan dokter? Kenapa kaki seperti ini? Apa aku …." Hoseok tidak melanjutkan ucapannya dan memilih untuk memejamkan mata. "Taekyung … Jimmy … katakan kepadaku bahwa apa yang ada dipikiranku mengenai kakiku ini tidak benar. Katakan jika kakiku baik-baik saja."
Jimmy dan Taekyung saling melempar tatapan. Hingga di mana Jimmy akhirnya menghela napas. "Hyung, semuanya sudah terjadi. Bahkan, tidak pernah kita bayangkan sekalipun. Aku sangat berharap, hyung bisa menerima keadaan hyung untuk sementara waktu ini, di mana hyung harus berhenti menari hingga masa pemulihan selesai."
"Ini memang sulit, tetapi hanya itu yang bisa dilakukan dan tidak perlu dipermasalahkan---"
Hoseok menggeleng dengan tatapan kosong. "Ini akan menjadi masalah, Jim."
"Kita bisa melaluinya. Bukankah, hyung pernah mengatakan memiliki murid yang berpotensi di Joy & Hope---akh!" Taekyung meringis saat Jimmy memberikan pukulan telat di kepalanya. Kedua kalinya. Bahkan, beriringan dengan kedua mata sipit itu yang langsung melotot, seraya bermakna; kenapa kau membahas perihal tari?
Tidak ada yang Taekyung lakukan selain mengusap perpotongan lehernya dan menyengir. "Aku hanya mengatakannya," katanya lantas menatap Hoseok dan Jimmy secara bergilir. "Aku sudah membulatkan tekadku untuk melaporkan masalah ini kepihak berwajib. Setidaknya, pengendara itu harus belajar bagaimana caranya bertanggung jawab yang baik."
Detik selanjutnya, Hoseok tertawa renyah. Mencoba menahan sesuatu yang memanas pada pelupuk matanya saat ia mendongak. "Tidak. Jangan lakukan itu. Ini memang sulit untuk dilalui, tetapi aku pasti bisa," katanya dengan lirih yang kemudian mengembuskan napas dan mencoba untuk tersenyum pada kedua temannya yang begitu khawatir. "Maaf. Maaf telah menyusahkan kalian."
Dan tanpa mereka sadari, seseorang yang mengenakan hoodie juga masker, tengah mengamati tiga pria yang tengah berbincang. Bahkan, sosok itu menatap begitu lekat akan apa yang di amatinya dari pintu transparan. Lantas berbalik dan menjauh dari ruangan tersebut.
TBC.
Wuhhh, siapakah itu?☻
Tetap stay tune, manteman❤
Cee u😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top