• Prolog •

Aku selalu mengagumi sebuah kisah pada jaman Rasulullah. Yaitu, kisah cinta dalam diam antara Fatimah dan Ali.

Kebayang nggak, sih? Perasaan yang selama ini kita simpan baik-baik dalam keadaan aman dan terkunci rapat-rapat akhirnya tersampaikan. Bahkan Allah juga memberikan restu untuk memperindah kisah itu.

Siapa yang tidak iri jika pasangan yang diidam-idamkan oleh hati menjadi pendamping hidup hingga mati? Tidak hanya ikhlas mengejar cinta Allah, tapi juga bahagia karena bersama dengan seseorang yang berhasil mengisi hati kita.

Namun, ternyata restunya tidak berpihak padaku. Sosok yang kuharap bisa menyebut namaku sebagai janji sucinya ternyata datang untuk orang lain. Menjadi mimpi buruk bagiku melihat dirinya duduk di tempat saksi pernikahanku bersama pria lain, yang sebelumnya bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiranku akan menjadi imamku.

Kuletakkan keningku di atas sajadah. Lagi-lagi memohon pada pemilik dunia untuk melapangkan hatiku, memberiku kesabaran yang tidak ada habisnya, dan membuatku yakin bahwa Allah punya rencana luar biasa di baliknya. Tanpa sadar, setetes air mata jatuh kembali. Membasahi sajadah beberapa kali. Semuanya terluap setiap aku berkeluh kesah pada-Nya.

Tidak tahu dirikah hamba jika merasa tidak bahagia dengan pernikahan ini, Ya Allah? Dia pria yang baik, In Syaa Allah bisa membimbing saya ke surgamu. Tapi, kenapa begitu sulit? batinku.

***

Lantas aku tersenyum. Saat itu, usiaku masih sangat muda. Aku terlalu mudah menebak rencana Allah padahal Allah adalah sebaik-baik perencana. Dibalik situasi yang tidak pernah kuinginkan terjadi, Allah sudah menyiapkan kejutan terbaik di halaman berikutnya.

Falisya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top