part 6 - Bencana Besar?

Ledi memberhentikan sebuah taxi dengan tangannya. Kemudian masuk dan mengatakan tempat tujuan. Dan sesuai dengan perkiraannya, sekarang ia sampai di sekolah dalam waktu 5 menit.

Setelah ledi memberikan ongkos,Ledi berjalan dengan pasti melewati pagar besi sekolahnya. Ia sudah belajar dengan keras tadi malam. Kini saatnya ia akan berperang secara sehat. Ia tak ingin tangannya ternodai dengan berbuat hal yang keliru.

Tak berapa lama berjalan ia sudah sampai di ruang yang terkutuk itu,kelasnya. Ingin rasanya ia pindah karna tak ingin sekelas dengan reni si wanita setan. Wanita yang bahkan tanpa alasan memusuhinya.

Ah benar. Itu karna wanita setan itu berpacaran dengan lelaki lucifer si raja setan!

Ledi memutar matanya jengah,kemudian duduk di kursi kayu miliknya. Menanggalkan tas yang sedari tadi ia sandang. Lalu mengambil sebuah buku matematika dari sana. Berniat sedikit mengulang rumus yang sedikit luntur dari otaknya.

Sekitar beberapa menit miss eni datang dengan lembaran soal di genggamannya, yang di letakkan di sebuah plastik.

"baiklah miss akan mulai ujian kali ini,miss harap kalian tidak mengecewakan miss". Tutur miss eni dengan mata berharap.

Para murid hanya mendengus kesal. Berharap ujian tak pernah ada di dunia ini. Atau sekalian saja sekolah tidak ada.

Dan Dengan terpaksa merekapun mengeluarkan pensil,pena,penghapus dan alat tulis lainnya.

Ledi hanya bersikap biasa.ia akan mendapatkan nilai sempurna kali ini. Dan menurunkan derajat seorang reni sebagai orang pintar. Bahkan reni tak sebanding dengan dirinya.

Miss eni tampak mulai membagikan soal. Ia mulai berjalan dari sudut kiri ke kanan,kemudian kebelakang. Dan Sampai saat miss eni sudah di depan ledi dan memberi ledi selembar kertas ujian.

Ledi mengambil kertas itu dan melihatnya sejenak. Kemudian memberikan seulas senyum di wajahnya. Ia langsung mengambil pulpen di samping kanan. Lalu mencoret-coret lembaran kertas di depannya dengan goresan-goresan yang pasti.

...

"ok,waktu kalian sudah habis,sekarang kumpulkan kertas ujian kalian ke depan".

Semua murid mengaduh,karna waktu yang kurang. Tapi tidak bagi ledi waktu itu sangat pas,tidak kurang dan tidak lebih. Namun ia tak langsung mengumpulkan,dan malah masi berpura-pura masi mengerjakan soal.

"ayo kumpulkan, miss hitung sampai tiga kalau tidak mengumpulkan maka nilai kalian nol!". Tegas miss eni. Dan semua murid dengan cepat mengumpulkan lembaran kertas ujiannya sebelum waktu tiga detik itu habis dan begitu pula ledi.

Tak lama semua lembar ujian sudah tergeletak indah di meja miss eni.

"baiklah, miss akan memeriksa sekarang. Miss harap kalian tidak ribut".

"ok miss". Jawab salah seorang murid.

...

Sesambil menunggu ledi menenggelamkan kepalanya di antara tangannya yang terlipat. Ini kebiasaan yang sangat membuatnya nyaman. Bahkan semua masalah terasa ikut tenggelam bersamanya.

"baik, sekarang miss akan mengumumkan nilai tertinggi dan terendah. Miss mohon kalian perhatikan ke depan". Ucap miss eni lantang. Khas seorang guru yang di mintai perhatian. Miss eni juga memukul mejanya sesekali agar para siswanya tak lagi ribut.

Ledi mendongakkan kepalanya, menatap lurus kedapan. Mendengarkan setiap kata yang akan keluar dari mulut miss eni,dengan sedikit berharap.

"kali ini miss sangat tak menyangka. Bahwa salah seorang siswa yang biasanya mendapat nilai terendah kini mendapatkan nilai tertinggi".ucap miss eni.

Sayup terdengar para siswa tengah berbisik. Dan Dapat ledi dengar ada namanya di sebut di sana. Tapi ledi juga pernah tak mendapatkan nilai terendah atau lebih tepatnya nomer dua terendah. Walau hanya terkadang.

"ya, ledi. Kamu mendapat nilai sempurna. Dan kris kau harus belajar lagi. Karna nilaimu sangat buruk. Atau kau bisa belajar dengan ledi". Ucap miss eni.

Semua tepuk tangan bergema dengan terpaksa.

"grrr nilai gue ga ada kapok-kapoknya ya du urutan terakhir". Rutuk kris pada teman sebangkunya.

Ledi hanya menyunggingkan senyum. ia sudah menebak bahwa hasilnya seperti yang ia harapkan. Dan tampak di mata ledi bahwa reni sangat kesal saat ini.namun setelah itu reni melihat ke arah ledi. Dengan menyunggingkan senyum sinisnya.

Kenapa dia? Apa dia tidak marah? Atau sebagainya? Pikir ledi.

Harusnya wanita itu menatap kesal bukan malah menatapnya dengan sebuah senyuman. Dan itu di luar ekspektasinya.

"dan reni, kamu menempati posisi kedua setelah ledi".

Reni mengangkat tangan. Seakan mengatakan sesuatu yang sangat penting.
Seketika suasana sedikit menegang.

Ledi hanya menautkan kedua Alisnya,bingung. Apa yang akan di lakukan gadis setan itu lagi.

"silahkan reni". Miss eni memberi kesempatan reni bicara. Dan kini di kepala ledi tengah di singgahi kecurigaan.

"miss, saya ingin bertanya. Bagaimana seorang yang bodoh bisa pintar dalam semalam? Apakah itu wajar?". Tuturnya. Membuat sebahagian kepala penduduk kelas itu mengangguk mengiyakan. Termasuk juga miss eni.

"ya benar, tapi semua itu bisa saja mungkin reni,jika ia bersungguh-sungguh". Bela miss eni. Ia tak ingin berprasangka buruk dulu. Karna ia harus menunjukkan kesan baik pada anak muridnya.

"bisa saja wanita itu berbuat curang miss". Ucap reni penuh penekanan. Dengan menunjuk ke arah ledi. Ledi hanya membelalakkan matanya. Spekulasi macam apa itu. Bahkan ia rela tidur terlambat hanya untuk belajar. Dan kini ia di tuduh, dan yang menuduhnya wanita setan itu. Dan ledi tak akan pernah terima itu.

Ledi berdiri. Mengeser kurisnya ke belakang.

"jangan seenak jidat anda menuduh saya, apa anda bisa membuktikannya?". Lawan ledi dengan penuh emosi yang mengebu-gebu. Matanya terulas tajam memberikan tusukan pada mata yang menatapnya.

Reni mendengus meledek. Menampakkan kembali senyum sinisnya. Lalu berjalan ke arah cenayangnya.

"tolong kalian periksa mejanya. Buktikan jika wanita itu curang!". Perintah reni pada temannya.

Cenayang reni mulai tampak berjalan ke arah ledi. Ledi hanya melipat tangannya di dada. Dan beranggapan bahwa mereka tak akan menemukan bukti apapun. Karna ia tak pernah melakukannya. Kecuali renilah dengan sengaja melakukannya.

Seketika mata ledi membulat.

Benar! Pasti ini sudah di rencanakan. Sial aku lupa akan hal itu!

"miss ada sebuah kertas di bawah meja ledi, yang tertempel dengan permen karet". Sorak salah satu cenayang reni,wika. Ia mengangkat tinggi kertas yang ia dapat lalu menurunkannya,menujukkannya pada miss eni.

Miss eni tampak memeriksa kertas kecil itu. Dan ia mendapatkan rumus-rumus di dalam sana.

"ledi,temui saya di kantor!". Titah miss eni yang menambah ketegangan di kelas. Kecuali reni dan cenayangnya. Tampak menyunggingkan senyum kemenagan. Ingin rasanya ledi meremukkan dan mengahancurkannya bagai abu.

Kemudian miss eni beranjak dari tempat ia berdiri. Keluar dari kelas.

Ledi hanya meliahat reni dengan sudut matanya. Ia sangat kesal,lalu berjalan mengikuti miss eni dari belakang.

"sial!". Rutuknya dengan sesekali menendang angin.

....

"kamu! Coba jelaskan semuanya!". Tutur miss eni dengan tegas. Dengan sorot mata mematikan,dengan genggaman yang sangat erat di sebuah tongkat kayu miliknya.

Ledi hanya menundukkan kepalanya takut. Ia memang tak salah. Tapi ini kali pertama ia di marahi miss eni. Seakan rasa takut menjalar keseluruh saraf untuk ditanggapi di otaknya.

"kamu tau ini salah?". Ucap kiss eni lagi. Seketika ledi mengangkat kepalanya.

"bukan miss,saya tidak melakukan kecurangan itu miss". Belanya. Namun dengan tangan yang bergetar di balik seragam.

"lalu ini?". Miss eni menunjukkan sebuah kertas kecil yang di dapat salah satu siswanya tadi. "bisa kau katakan ini milik siapa?".

"itu bukan milik saya miss, saya bahkan tidak tau itu mengapa bisa berada di bawah meja saya".

Bahkan kini ledi merasa bahwa ia sudah kalah telak. Dan bahkan ia juga hancur sekarang. Dan bisa saja dia akan di skor atau di keluarkan.

Semua kakinya seakan menjadi agar seketika. Namun tetap ia kuatkan untuk berdiri.

Hari ini harusnya dirinyalah yang menyunggingkan senyum kemenangan. Bukan wanita setan itu.

Takk

Tongkat kayu yang di pegang miss eni kini tengah menyakiti meja di depannya.

Sontak membuat ledi sedikit terlonjak.

"apa kata-katamu itu di sertai bukti ledi? Jika tidak! kau hanya bicara kosong!".

Wajah ledi mulai memanas. Matanya mulai bergelinang air mata. Namun ia tahan sekuatnya. Bahkan sampai maut mengatakannya kalah. Ia tak akan menangisi kekalahannya bak sekali saja.

"beri saya waktu miss untuk membuktikannya". Tuturnya dengan mencoba menguatkan diri. Nafaasnya tersenggal-sengal dalam berucap. Namun ia tak akan pernah kalah sampai disini. Bahkan ini baru awal. Bukan saat dirinya untuk kalah.

Miss eni mendengus. Merasa dirinya sudah salah mendidik anak. Atau memang anak yang berada tepat di depannya ini bukan sesuatu yang harus ia curigai.

"baiklah, saya beri kamu waktu 3 hari". Ucap miss eni mengakhiri. Lalu beranjak dari duduknya.

Ledi yang masi berdiri dengan kepala tertunduk hanya bisa menguatkan dirinya. Ini bukan saatnya dunia runtuh. Bahkan ia kini sedang menyusun pazel sebagai bukti kemenangannya hari ini.

Ledi menghirup udara di sekitarnya dengan rakus. Mencoba menanamkan dalam benaknya ini bukan sebuah akhir. Bahkan ini akan menjadi pertarungan barunya.

"fighting". Sorak ledi riang. Dengan sebuah kepalan tinju sebagai penguatnya. Kemudian ia berbalik meninggalkan ruang, Ruangan yang akan menjadi tempat peradilan reni nanti. Dan ledi akan melihat dengan senyum kemenangan.

....

"aku sekarang sangat senang sayang". Ucap reni dengan senyum yang tak terbendung. Ia terus menyunggingkan senyumnya tanpa henti.

Membuat syam juga ikut tersenyum karnanya. Walalu tak tau alasannya,ia ikut senang melihat senyum reni yang begitu manis di hadapannya.

"senang? Memang kenapa?".

"aku berhasil mengerjai ledi, dan kini ia tengah di introgasi di kantor. Hahaha ".

"benar kah, haha aku ikut senang sayang".

Mereka saling tertawa di bawah penderitaan ledi. Tak ada yang lebih menyenangkan bagi syam saat ledi mendapat sebuah kesulitan. Karna wanita itu sudah membuat segala barang taruhannya hilang dan sudah kembali ke tangan raga sekarang.

"tentu. Itu ku lakukan karna mu,syam. Demi kamu". Tuturnya dengan tawa yang masi terulas di wajahnya.

"aku bangga memiliki kekasih seperti mu". Ucap syam dengan mencium pipi reni sekilas. "kau tak pernah mengecewakanku".

....

Ledi berjalan dengan tergesa menuju kelas. Ia harus menemui reni. Memakinya dan membuat ia mengaku.

Langkah demi langkah ia injakkan di lantai sekolah dengan penuh emosional. Kepalanya sudah di hiasi asap panas di atas sana.

Braak

Ledi mendorong pintu kelasnya dengan kasar. Menampakkan sorot mata terkejut bagi penghuninya. Namun sedetik kemudian mereka saling berbisik satu sama lain.

"dasar wanita bodoh".

"ih bisa-bisanya dia melakukan kecurangan".

"wajahnya di letakkan di mana si?".

Ledi sangat tak peduli dengan yg ia dengar. Ia harus mendapatkan reni sekarang. Dan wanita itu bahkan tak ada di kelas . kemana dia?

Ah base camp

Lagi-lagi ledi harus melangkahkan kaki ke tempat kumpulan para setan itu. Kecuali lelaki pemilu itu. Ia malaikat bukan setan.

Kini ledi sudah berjalan dengan sedikit berlari. Setidaknya ia harus menampar wajah wanita jahannam itu. Jika bisa syam juga akan ia tendang ke langit ke tujuh, menjatuhkannya di gurun sahara dan menguburnya di pegunungan himalaya.

Taaak

Pintu base camp terbuka menampakkan sebuah sepasang kekasih sedang tertawa terbahak-bahak seakan menertawakannya. Bahkan bukan seakan, memang itulah kejadian sebenarnya.

"ada apa kau kesini?". Ucap syam yang berdiri dari duduknya. Memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Berjalan mendekati ledi.

"aku kencari wanita itu".

Ledi menujukkan wajah reni tepat di depan wajahnya. Reni hanya masi santai dengan duduknya yang bersandar bak primadona.

"untuk apa kau mencari kekasihku".

"oh jadi kau sudah mengakui dia sebagai kekasihmu?ku kira di hanya budak sex mu".

Entah kenapa kata-kata itu terucap dari mulutnya. Dan ledi tak menyesalinya. Untuk apa disesali jika itu kenyataannya.

Reni tampak melotot dari arah belakang, seakan tak terima. Ia sudah berdiri dari duduknya berjalan ke arah dua manusia yang sedang berbicara itu.

"apa yang kau katakan?!!!". Bentaknya. Menatap ledi dengan sorot mata tajam dan ledi membalas dengan hal yang sama.

"oh ternyata kau bukan hanya murahan tapi juga tuli!".

Betapa puasnya ledi mengatakan kata-kata kasar itu. Kata-kata yang tengah di bisikkan setan kepadanya. Membuat kaum mereka bersorak merdeka.

Plak

Sebuah tamparan tepat di berikan reni di wajah ledi.namun ledi tak meringis karnanya, bahkan ledi kini menyunggingkan senyumnya. Kemudian menatap reni dan syam.

Sesaat kemudian ia tertawa mengejek.

"haha, apa kau hanya bisa menggunakan kekerasan?". Tambah ledi di sela tawanya.
"cih, bahkan kalian tak pantas di sebut manusia!". Tutur ledi lagi. Dengan memegang pipinya yang sakit. Namun ia nikmati. Matanya masi setia memandang reni dengan sudut mata.

"apa kau bilang?". Tanya reni tak percaya. "bahkan kaulah yang harus di pertanyakan apa kau manusia atau tidak. Kau itu terlalu buruk rupa! Bahkan wajah manusia, tak ada di wajah burukmu itu".

Ledi hanya kembali menyunggingkan senyumnya. Senyum yang beberapa waktu tadi ia persembahkan kepada kedua makhluk di depannya.

"haha. akan lebih baik dari kalian yang mengaku manusia,tapi bertingkah layaknya setan jahannam". Lawannya.

"kau diam!". Sergah syam. Ia juga sudah kehabisan kesabaran sekarang. "apa kau sangat ingin mati?".

Ledi mengangkat satu alisnya.

"bukankah itu ancaman saya sebelum ini kepada anda? Akan lebih baik anda yang berhati-hati! Dan cobalah lebih kreatif lagi". Bentak ledi dengan menujuk-nunjuk dada bidang syam. Menekankan telunjukknya di sana setiap kata yang ia tekankan.

"kau!". Syam hendak melayangkan tinjunya. Siap meninju gadis si depannya hingga mati. Ia sudah tak peduli bahwa orang didepannya ini wanita. Bahkan di sekolah sekalipun!.

Ledi menutup kedua matanya. Siap untuk menyambut tinju syam diwajahnya. Setidaknya ia akan membuat lelaki ini terpenjara karna melakukan kekerasa pada wanita.

"tunggu!". Ucap seseorang dari balik dinding yang kemudian muncul di hadapan mereka.

Syam yang sudah mengepal tinjunya yang sudah separuh melayang. Kini ia turun kan dengan penuh keterpaksaan.

Ia mendapati teman kecilnya. Teman yang beberapa hari ini mengagalkan tindakannya di hotel.

"apa kau seorang lelaki atau wanita?". Ucapnya menatap syam kemudian berpindah kepada reni. Lalu menatap gadis itu tajam. Reni yang melihat hanya menundukkan padangannya.

"memang apa urusan mu, bahkan kau bukan temanku lagi!".

"hah! Benar. Tapi kini dia temanku!". Ucap lelaki itu dengan meletakkan tangannya di bahu ledi. Menepuk-nepuknya sesekali." dan kau akan berurusan denganku jika kau menyakitinya!". Ancam lelaki itu kemudian.

Ledi yang melihat lelaki itu yang ia sebut lelaki pemilu itu hanya bisa diam menatapnya dengan mata penasaran.

Teman? Apa tadi ia menyebut teman? Ledi semakin bingung dengan lelaki pemilu ini.

"wanita buruk rupa ini? Apa kau sudah buta atau kau sudah di guna-guna olehnya?".

"jika aku bisa menguna-guna sudah aku santet kalian!". Ucap ledi mengebu-gebu. Benar saja jika ia bisa menguna-guna mungkim sepasang manusia di depannya sudah ia lenyapkan sedari kemarin.

"sudah! Kau ingat saja kata-kataku! Jangan sekali-kali kau menyakiti wanita ini! Atau kau akan berhadapan denganku". Ancam lelaki pemilu itu lagi. Lalu menarik tangan ledi keluar dari sana. Meninggalkan Reni dan syam sedang merutuki diri mereka. Namun, Bukan berati mereka akan menyerah begitu saja.

-----

Makasi udah baca cerita way
Jangan lupa taburan bintangnya😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top