part 20

Dengan gaun merah dan rambut hitam legam panjang yang bergelombang menghias wajah cantik Ledi. Sepatu putih berkilau yang senada dengan tas yang kini ia genggam dan bibir yang di poles merah. Membuat lelaki di hadapannya tak berkedip sedikitpun.

"Mhin? Kamu gapapa?" tanya Ledi. Dengan membolak balik tangannya di wajah Mhin. Sekedar menyadarkan Mhin dari lamunan nya.

"Ah... " Mhin tersadar dari lamunannya. "Aku gapapa. Hanya saja wanita di depanku begitu cantik,sangat di sayangkan jika hanya menatapnya hanya sekilas,"

Wajah Ledi yang sudah merah karna make up bertambah merah karna Mhin memujinya. "Hmm sudah jam 7 lewat, kita brangkat sekarang? Dari pada semakin telat?" elak Ledi. Berjalan mendahului Mhin. Karna jika berlama-lama menatap Mhin bisa saya jantungnya melompat-lompat keluar dan berhamburan ke angkasa.

Mhin hanya tersenyum sambil mengikuti Ledi dan mencoba mengiringinya. Dan menganggam tangan Ledi erat. "Wanita cantik ga boleh jalan sendirian," ujar Mhin yang semakin erat mengenggam tangan Ledi di tangan lebarnya.

Ledi hanya bisa menyebunyikan senyumnya walau pada akhirnya senyum itu mengembang. Dan kedua pasangan itu sama-sama tersenyum hanya karna hal sederhana. Karna bahagia tidak harus mewah.

...

"Ini untukmu." Mhin memberikan sekotak coklat kepada Ledi. "Maaf, aku lupa membawanya tadi ke atas. Jadi ku berikan sekarang," jelas Mhin yang menjawab sebuah pertanyaan dari wajah Ledi.

Ledi mengambil coklat itu dari tangan Mhin. Membukanya dan mecicipinya. Tidak peduli sopan tidak sopannya,ia suka coklat tapi ia lebih suka makanan super pedas.

"Hm kamu mau?" tanya Ledi dengan masi melahap coklat pemberian Mhin.

"Engga usah, coklat itu cocoknya buat kamu,"

"Kenapa?"

"Karna walau ia bisa meleleh ataupun pernah meleleh ia masi bisa kembali padat karna ada penguatnya di sini." Mhin menyentuh dadanya. "walaupun ia tidak bisa utuh seperti semula,tapi karna ada hal yang harus membuatnya kokoh ia akan tetap bertahan di keadaan apapun," jelas Mhin menyingkirkan rambut Ledi yang terurai ke belakang telinga.

Ledi hanya bisa berdeham karna suasananya terasa sangat canggung sekarang. "Tempatnya masi jauh ya?" tanya Ledi mengalihkan pembicaraan.

Mhin yang menyadari itu hanya tersenyum tulus. Kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. "Sebentar lagi sampai,"

"Umur sahabatmu berapa?" tanya Ledi.

"Sama seperti kita, bukankan umur 28 tahun sudah sangat pantas menikah?" tanya Mhin sedikit penyinggung tentang pernikahan. Yang semoga saja Ledi cukup peka untuk itu.

"Temanku saja umur 40tahun baru menikah, umur bukan masalah bukan?"

Wajah senang Mhin luntur begitu saja,karna harapan untuk Ledi sedikit peka tidak terealisasikan.

"Haha tentu," jawab Mhin seadanya.

Sekitar jam 19.30 Mhin dan Ledi sampai di depan gedung pernikahan. Begitu mobil berhenti Cardy membukakan pintu untuk Mhin sekaligus Ledi.

Tidak banyak kamera yang memotret,karna sahabat Mhin hanya mengundang beberapa stasiun tv untuk menyorot tentang pernikahannya. Karna menjadi aktor terkenal memerlukan sedikit privasi.

Mhin mengadengan Ledi,membawanya menuju pintu masuk. "Sebenarnya aku tidak ingin mengandengmu, karna terkesan fomal. Tapi karna ini memang acara formal aku terpaksa melakukannya," bisik Mhin tepat di telinga Ledi. Yang membawa aura geli di telingan Ledi.

"Iya aku mengerti, sepertinya sahabatmu itu sudah terlalu lama menunggu. Karna kamu seperti siput dengan sarang berlapis baja, sangat lama ,"

"ayolah, kamu sangat perfeksionis," kesan Mhin, mendengus kesal.

"Bukan, aku hanya menjadi seseorang tepat waktu. Agar orang yang menungguku tidak kecewa,"

"Yaya, tapi apa kau pernah menungguku?" tanya Mhin balak-blakan. Dann kini mereka sudah berada di dalam ruangan dengan nuasa putih.

"Pernah, tapi karna kau memang raja ngaret. Aku menunggumu terlalu lama. Beruntung aku sudah terbiasa menunggu," jawaban Ledi mencelos begitu saja. Ia saja tanpa sadar mengatakan hal itu.

"Aku juga menunggumu, tapi seperti perkataanmu. Kamu tak membuatku kecewa,"

Dan percakapan itu berhenti sampai di sana. Saat sahabat Mhin menyapa mereka.

"Hei,Mhin. Lo bawa siapa?" tanya Sahabat Mhin.

Ledi menyalami mempelai wanita sedangkan Mhin menyalami mempelai pria secara bergantian.

"Hmm, ini kekasihku," jawab Mhin. Dan dalam sekejap Ledi sudah menatap horor ke arah Mhin. Namun hanya di balas seringai dan Ledi menyerah karna Ledi juga berharapnya juga begitu.

"Aku seperti mengenalimu," ujar Ledi ke pada mempelai pria. "Raga?" tebak Ledi. Dan membuat Raga terkejut.

"dan lo?" Raga menerka-nerka. Mengingat siapa wanita di depanya ini, hingga tau namanya. " Lo Ledi? Bener, lo Ledi? Demi apa? Mhin!  Ini ledi. Wah gue ampir mau struk barusan. Lo berubah banget,Dy" ujar Raga dengan wajah penuh eksresi keterkejutan.

"Iya, aku Ledi. Yang dulu pernah ngelabrakmu waktu SMA," papar Ledi. Sedikit menyindir Raga. Karna lelaki itu sudah termasuk lelaki jahat. Karna dialah yang sebagai penyebab terjadinya pertaruhan itu.

"Haha, kau masi ingat. Maafin gue ya. Namanya juga anak muda. Oh ya ini istri gue,Manda,"

"Hai, aku Manda. Salam kenal,"

"Hmm. Aku Ledi. Salam kenal juga." dan semenjak perkenalan kecil itu. Pembicaraan Ledi dan Manda mengalir begitu saja. Dan mereka meninggalkan pasangan masing-masing.

"Lo serius, itu Ledi?" tanya Raga tak yakin.

"Iya dia Ledi,"

Raga mengeluarkan tangannya dari saku celana dan mengenggam kedua bahu Mhin. "dan dia kekasih lo? Wah gue bisa koma!"

"haha,kenapa? Kayaknya lo bisa serangan jantung dan mati mendadak di hari pernikahan lo. Ledi itu emang udah cantik dari dulu, cuman ga pernah perawatan aja kayak wanita haus kecantikan," papar Mhin.

Kedua tangan Raga sudah kembali ke saku celana. Dan melihat ke arah kedua wanita anggun yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Memang, Manda juga hanya wanita sederhana. Tapi gue bisa jatuh cinta tanpa alasan. Klise memang, tapi gue bisa gila kalo sampe dia ga jadi milik gue. Dan beruntungnya dia jodoh gue," cerita Raga panjang lebar. Walau dia seorang aktor papan atas, tapi ia tak munafik jika seleranya adalah sekelas Manda. Tapi siapa sangka wanita sederhana itu menjadi anggun dan cantik seperti sekarang.

"Dan kayaknya,mereka bisa sahabatan. Kayak lo sama gue," tambah Mhin. Yang juga melihat ke arah dua wanita sederhana tengah bercanda tawa. Entah sedang membicarakan apa. Yang terpenting ia senang melihat Ledi juga senang.

"Hm lain kali, kita harus liburan bareng. Tapi habis we bulan madu," ajak Raga.

"Boleh, tapi tergantung mereka. Toh walau kita mau, kalo mereka ga setuju. Kita apa boleh buat. Bukankah pria emang di ciptain buat ngebahagiain wanitanya?"

"Kayaknya kita udah cocok jadi bapak-bapak ya,Mhin," papar Raga yang membuat mereka tertawa bersama.

....

Kiyaaaaaa way bisa gila hueee
Typo di mana2
Tpi taburan bintangnya jan lupa😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top