part 17

"ayo!" ajak Mhin, setelah mobil yang mereka naiki selama 2 jam itu berhenti di sebuah rumah makan clasik, yang di sekelilingnya di penuhi tempat makan yang di buat seperti jamur.

Ledi hanya diam berdiri,setelah keluar dari mobil seakan kehilangan nyawa keduanya. Itu karna, saat di perjalan tadi Ledi hanya menghabiskan waktu untuk tidur. Dan sekarang ia mencoba mengerjab-ngerjabkan matanya sesambil menguceknya perlahan.

"ayo!" ajak Mhin lagi dengan mendekap Ledi.

"ini dimana?" tanya Ledi setelah sedikit kesadarannya muncul.

"tempat pembantaian,"

"apa kau bilang? Pembantaian? Kau mau membantaiku?" tanya Ledi histeris dengan mata membulat seketika.

Mhin tersenyum jail "bukan kau, tapi itu!" ucap Mhin dengan menunjuk seorang pelayan yang tengah membawa ikan panggang lengkap dengan pengapitnya.

"kau!" bentak Ledi seketika setelah melihat ke arah yang di tunjuk Mhin.

"sudah ... Ayok! sangat sia-sia jika kau menghabiskan waktu di sini hanya untuk marah-marah".

Mhin semakin mengeratkan dekapannya pada Ledi. Berjalan bersama ke rumah clasik di hadapan mereka yang terdapat beberapa tangga di sana.

"kau kedinginan?" tanya Mhin melihat Ledi yang sudah mengigil. Dan di sini memang begitu dingin karna berupa daratan tinggi.

Tak perlu menunggu jawaban dari Ledi,Mhin sudah menanggalkan jas nya dan memakaikannya ke tubuh wanita itu.

Ledi hanya tersenyum ringan dan berkata "trimakasih,".

...

Kini mereka duduk di bawah sebuah meja makan bundar dengan atap ijuk membentuk jamur tak lupa dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa mereka.

Suasananya persis perbukitan yang tak jauh dari suasana perdesaan.

"kau suka?" tanya Mhin.

"ku rasa kau sudah tau jawabannya,"

"kau itu seperti wanita gila kerja yang kekurangan asupan udara segar,"

"memang," ketus Ledi.

"Permisi," panggil Mhin ke salah satu pelayan di sana,tanpa memperdulikan wajah sebal Ledi.

Pelayan itu mulai berjalan menuju ke arah mereka,menyuguhkan menu di sebuah buku kecil.

"kamu mau makan apa,Dy?"

"samain aja,"

"baiklah,Aku mau ini,ini dan ini. Sebanyak dua porsi masing-masingnya" ucap Mhin. Dan memberikan buku kecil itu kembali kepada pelayan.

"oke trimakasih,pesanan anda akan kami siapkan sesegera mungkin,"

"hm ya," balas Mhin tak acuh.

Tak berapa lama makanan mereka sampai dengan keadaan hangat.

"kau gila,Mhin? Makanan sebanyak ini bagaimanna cara menghabiskannya?"

"benar, Aku gila. Sampai berkali-kali jatuh hati dengan orang yang sama,"

Ledi terdiam, ia menimang-nimang perkataan Mhin.

Berkali-kali jatuh hati dengan orang yang sama

Ledi menyipitkan kedua matanya. Apa itu untuknya atau bukan. Jika untuknya maka hatinya akan berbunga-bunga sekarang. Tapi jika itu bukan untuknya maka patah dan hancurlah hatinya berkeping-keping.

"dengan siapa?" tanya Ledi pada akhirnya.

"seseorang," jawab Mhin,singkat. Kemudian mengambil garpu dan sendok,mulai menyantap makanan di hadapannya.

Cukup sudah, kini Ledi sangat ingin mengamuk. Jika bisa ia sudah Melempar semua makanan di meja ke wajah lelaki di hadapannya ini.

"Aku ingin pulang!" pinta Ledi dengan nada ketus.

Mhin yang tersenyum geli ketika menyantap makanannya,kini diam dan menatap Ledi bingung.

"kenapa?"

"Aku tak suka di sini,"

"bukannya tadi kau senang?"

"sekarang tidak lagi!" bantah Ledi.

Kemudian Ledi berdiri dan meninggalkan Mhin yang masi bingung, Bingung dengan perubahan sikap Ledi yang tiba-tiba.

Mhin kencoba menyusul Ledi, wanita yang entah kenapa kini seakan marah padanya. Apa ia salah bicara atau bagaimana?

"Kamu kenapa,dy?" tanya Mhin dengan masi menyamakan langkahnya dengan Ledi.

"Aku ingin pulang!"

"oke baik,kita akan pulang. Tapi katakan kenapa?"

"sudah ku bilang,Aku tak menyukai tempat ini,"

Ledi berjalan cepat mendahului Mhin. Mhin hanya bisa mengacak rambutnya. Dan kembali ke tempat mereka tadi makan. Dan membayar semua pesanan yang tadi ia pesan.

Sedangkan Ledi hanya menautkan wajah kesal di dalam mobil. Bisa-bisanya Mhin yang selama ini seakan memberi sebuah harapan besar untuknya malah jatuh hati dengan wanita lain. Lalu sikap ia selama ini apa? Apa ia hanya menjadi sebuah permainan ... lagi!

Bahkan saat Mhin sudah memasuki mobil dan melajukan mobilnya. Ledi hanya diam tanpa ingin menyuarakan apapun. Ingin sekali ia menjitak,mengigit,melempar lelaki di sampingnya ini ke antariksa. Hatinya ini sudah cukup rapuh jika di tambah pukulan lagi.

Mhinpun hanya diam,ia rasa ini bukan saat yang tepat ia bertanya. Mungkin ia sudah melakukan kesalahan bahkan membuat wanita di sampingnya ini marah.

Namun,walau sudah menimang apa yang ia perbuat. Mhin tak menemukan salah dirinya dimana dan kenapa? Wanita itu sungguh sangat sulit untuk diterka. Makhluk yang sangat-sangat sulit di mengerti.

Drrtttt

Ponsel Ledi bergetar membuat wanita itu kembali ke kenyataannya setelah melamun cukup lama, merasakan betapa remuk hatinya.

"hallo," ucap Ledi tanpa memperduliakan siapa yang menelfonnya. Ledi hanya mengangkat dengan kejenuhan dalam dirinya.

"hai sayang," ucap suara di balik sana.

Ledi mempelototkan matanya,bagaimana ini?
Syam menelfonnya saat dirinya bersama Mhin.

"jangan lupa,jam 7 aku akan menjeputmu,"

"ehem," Ledi berdeham mencoba untuk bersikap biasa saja. Ia tak ingin Mhin curiga padanya.

Dan itu adalah hal yang sia-sia dilakukan Ledi. Mhin sudah lebih dulu menangkap wajah gelisah Ledi. Dan itu membawa banyak rasa penasaran di hati Mhin. Namun ia hanya diam dan masi melajukan mobil yang ia kendarai dengan sedikit melirik ke arah Ledi.

"iya,Aku ingat," ucap Ledi dengan wajah datar. Walau ekspreksinya berbanding terbalik dengan jantungnya.

"Aku merindukanmu,"

"Aku juga," balas Ledi tak berapa lama.

Ledi sesegera mungkin mematikan ponselnya setelah mengatakan hal yang sangat membohongi dirinya. Tapi bahkan lelaki yang menelfonnya ini sama saja dengan lelaki di sampingnya.

"siapa?" tanya Mhin dengan suara serak khas miliknya.

"bukan siapa-siapa yang harus kau tau," jawab Ledi ketus.

"kau nenyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Mhin dengan mata tajamnya mengarah ke area jalanan.

"memang kau siapa? bahkan hidupku juga harus kau ketahui?"

Mhin mengerem mendadak mobilnya,beruntung saat itu jalan sedang dalam keadaan sepi.

"apa? Aku bukan siapa-siapamu?" tanya Mhin dengan mata tajam bak elang.

"ya... Kau bukan siapa-siapaku?" balas Ledi tak ingin kalah. Untuk apa ia menjaga perasaan Mhin. Bahkan prasaannya saja sudah lelaki itu lukai.

"baiklah jika itu menurutmu,tapi kau... " Mhin menarik nafas dalam. "Kau orang terpenting dalam hidupku. Kau sebagian dari jiwaku. Baik kau tak menganggapku atau tidak!"

Ledi hanya diam saat mata mereka saling beradu tajam. Menusuk satu sama lain. Sebelum Mhin mengalah dan menghembuskan nafas beratnya. Kemudian kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh. Seakan menggambarkan hatinya yang kini begitu emosional.

Ledi hanya diam dengan wajah pucatnya. Ya ... ia sangat ketakutan. Bahkan kini ia melihat rahang Mhin mengeras dan matanya yang begitu mematikan.

Ia menyesal telah mengatakan hal yang bahkan saat dirinya mengingat kembali,dan mengambil alih posisi Mhin. Kata-kata Itu sebuah kata tajam yg menohok hati. Dan Ia menyesalinya.

Kini mobil Mhin berhenti di pelataran depan apartemen Ledi, tak sedikitpun Mhin mengarahkan pandangannya pada Ledi.

"Thanks," ucap Ledi pasrah. Kemudian beranjak pergi,dan perlahan keluar. Kemudian Menutup pelan pintu mobil lelaki yang telah ia kasari itu.

Siapapun itu akan berlaku sama jika mendapatkan kata menohok yang ia katakan pada Mhin tadi.

Dan mobil itu kian menghilang dari hadapan Ledi. Persis seperti lelaki itu 10 tahun lalu meninggalkannya. Namun dalam keadaan hati yang berbeda.

...

From Syam

lima menit lagi Aku sampai

Ledi hanya melihat lesu ke arah ponsel yang ia genggam itu dengan baju indah yang sudah terlekat sempurna di tubuhnya. Dan hatinya mencoba untuk tak memikirkaN Mhin lagi.

"Oke,fokus," ucap Ledi dengan menarik-turunkan nafasnya,mengembalikan seluruh otaknya yang sudah pergi entah kemana.

Rencananya harus berjalan sebaik mungkin! Tidak boleh ada kegagalan di dalamnya... Tidak akan! Baio secuilpun

...

Ting ting

Bunyi bel sudah cukup menandakan bahwa Syam sudah berada di ambang pintu apartemennya. Lelaki brengsek yang akan selalu menjijikkan di hadapan matanya.

"hai sayang, hmmm kau sangat cantik," puji Syam tepat saat Ledi membuka pintu dan menampilkan tubuh moleknya.

"terimakasih,Syam," balas Ledi seadanya.

"Ayo brangkat," ajak Syam dengan menggenggam tangan Ledi dan mengapitnya di antara tangan miliknya. Membawa kesan sebuah kebanggaan di sana.

Berbeda... Ya... berbeda yang di rasakan Ledi saat ia bersama Mhin. Saat lelaki itu mendekapnya,membuat dirinya terasa di lindungi. Lihatlah Syam ia hanya terkesan formal dan seakan membanggakan apa yang ia miliki saat ini.

"hmm. Kita akan makan di mana?" tanya Ledi. Saat ia sudah duduk di dalam mobil mewah milik Syam yang mulai melaju pelan.

"di suatu tempat," jawab Syam dengan senyum miring miliknya.

"ah Aku melupakan sesuatu," ucap Ledi dengan mengecek tasnya. Mencari ponsel di dalamnya.

"apa yang kamu cari,Sayang?"

"itu... Sepertinya Aku meninggalkan ponselku,"

"kau bisa menggunakan ponselku jika kau mau," saran Syam dengan mengarahkan ponselnya ke sisi Ledi.

"ah thanks,"

Ledi membuka ponsel lelaki itu,yang menampakkan wajah Reni di dalamnya.

Cih sangat memuakkan.

Ledi hanya mengetik pesan dan mengirimnya,tak lupa menghapusnya kembali.

"ini... Thanks lagi," ucap Ledi sungkan.

"tak masalah, asal itu untukmu,"

Ingin sekali Ledi memuntahkan seluruh isi perutnya sekarang. Namun demi tujuannya ia harus bisa menahan diri. Bagaimanapun caranya.

"kau bisa saja," balas Ledi dengan senyum di paksakan.

...

"kita sudah sampai," ucap Syam.

Kemudian ia turun dan membukakan pintu untuk Ledi. Menyambut wanita itu dengan tangan yang sudah setia menunggu sambutan dari Ledi.

Ledi tersenyum kecut kemudian menyambut tangan Syam yang sudah lelaki itu ulurkan.

Sebuah restoran mewah berada tepat di hadapan matanya. Dan lagi... Ledi menemukan perbedaan yang sangat signifikan antara Syam dan Mhin. Syam,lelaki kaya nan sombong dan Mhin, lelaki yang sangat sederhana di balik kekuasaannya.

Ledi berjalan anggun dengan Syam di sampingnya. Mengikuti langkah lelaki itu perlahan. Banyak dari pelayan di sana menyambut mereka dengan hormat setengah badan. Sebelum meja bundar dengan lilin,bunga yang membawa kesan romantis serta kursi yang juga terkesan begitu mewah.

Tampak Mhin mengode salah satu pelayan dan mereka tampak berkesiap dan membawa makanan-makanan kelas atas ke hadapan mereka berdua.

Sedangkah Ledi duduk dengan tenang menunggu-nunggu sebuah hal istimewa akan terjadi hari ini.

"makan lah," tutur Syam. Kemudian menggeser tempat duduknya dan mengambil garpu dan pisau untuk di berikan ke tangan Ledi.

"hm thanks," balas Ledi pelan.

"apa kau sendiri yang menyiapkan ini?" tanya Ledi seakan orang penasaran.

"bukan, pelayan-pelayanku lah yang melakukannya. Dan ah, apa kau lupa jika aku bisa melakukan segalanya tanpa turun tangan? Ku hrap kau tak melupakannya," balas Syam. Kemudian memotong-motong kecil daging di hadapnnya dengan senyum miringnya.

'Cih... Bajingan terkutuk. Tidak ada bedanya kau sekarang dan dulu. Sama-sama menjijikkan' rutuk hati Ledi.

"hm ya Aku tak mungkin melupakannya," ucap Ledi seadanya.

Ledi mencoba memakan apa yang ada di hadapannya dengan berat hati. Bisa saja makanan ini memiliki kandungan racun di dalamnya atau hal-hal lain yang membuatnya tak sadarkan diri.

"kau sangat menikmati makanannya Ledi, sampai mulut ada noda makanannya,"

"hah?"

Ledi tak mengerti dengan perkataan Syam. Wajahnya menjauh saat tangan Syam mulai mendekatinya. Dan mengelap pelan sudut bibirnya.

"Syam!" ucap seseorang dengan nada membentak.

Ledi melihat ke arah di mana suara itu berada. Suara seorang wanita yang sudah Ledi tunggu-tunggu sedari tadi dan dengan momentum yang sangat pas.

"Apa yang kau lakukan bersama wanita bodoh itu di sini,Syam?" tanya Reni dengan nada yang semakin meninggi.

"tunggu,kau mengapa ada di sini?" tanya Syam balik yang sudah dalam posisi berdiri.

"kau tak perlu tau mengapa aku bisa di sini! Dan kenapa wanita bodoh ini bersamamu!". Emosi Reni kian memuncak saat Ledi pun mulai berdiri dan memeluk Syam dari belakang.

"Dia mengundangku untuk makan malam di sini,ya kan Syam?" saut Ledi manja dengan memeluk erat Syam.

"wanita murahan,lepaskan pelukanmu!" bentak Reni. Dan melepas paksa pelukan Ledi dari tubuh Syam.

"apa kau bilang? Aku murahan? Apa cermin di rumahmu kurang banyak?" balas Ledi dengan nada datar yang menohok.

"dasar wanita bodoh," teriak Reni dengan sudah melangkan tangannya hendak menampar Ledi.

"cukup,pulanglah," bentak Syam pada Reni yang sudah lebih dulu menangkis tangan Istrinya itu sebelum mendarat indah di pipi Ledi. Wanita yang sangat istimewa baginya sekarang,tentu lebih cantik dari istrinya kini.

"lepaskan,aku ingin membuat perhitungan dengan wanita bodoh ini. Dia lah yang seharusnya kau suruh pulang,Syam!"

"jika kau tak mau pulang,maka aku yang akan pulang bersama Ledi," pangkas Syam. Kemudian menarik Ledi dan membawanya pergi dari hadapan Reni.

"Kau dengar apa yang suamimu katakan? Ah aku lupa jika kau sedikit tuli. Dan biar aku ulang dengan lebih keras. Lebih baik kau pergi dari sini atau kami yang akan pergi dari hadapanmu!" ujar Ledi penuh penekanan. Ia dapat melihat wajah Reni kian memerah dengan nafas memburu. Jika saja sekarang ia hanya berdua dengan Reni. Maka wanita itu mungkin sudah mencakarnya sekarang.

"Diam kau!" bentak Reni. "kau akan menyesal atau perlakuanmu padaku sekarang Ledi. Dan kau Syam! Akan ku bunuh kau!" Ucap Reni memperingati dengan emosi yang ia coba kendalikan.

Dan Reni pergi begitu saja dari hadapan Ledi dan Syam.

...

"kamu tak apa Ledi," tanya Syam setelah menggantar Ledi ke apartemennya. Mereka tepat berada di ambang pintu apartemen milik Ledi.

"tak apa, kau bisa pulang sekarang. Karna aku baik-baik saja,"

"aku pulang,jaga dirimu. Atau perlu aku memenggil pengawalku untuk menjagamu?"

"ah tak perlu,pulanglah,"

"ya sudah, aku pulang,bye,"

"bye," balas Ledi singkat di balik balik pintu apartemennya yang setengah terbuka. Melihat Syam yang sudah mulai menghilang jauh.

Ledi heran,bagaimana bisa lelaki di hadapannya ini lebih membelanya dari pada istrinya sendiri. Dan ya... Ia senang karna rencananya kali ini sukses...

Sangat di sayangkan Syam meminjamkan ponselnya pada dirinya.Mengingat itu saja membuatnya tersenyum sendiri setelah kepergian Syam beberapa saat lalu.

"sepertinya kamu sangat senang,dy?"

Ledi hanya diam saat suara itu menjalar ke indra penengarannya.

...

maap upnya lama
Way kehilangan ide dan mood -,-
Dan feelnya buruk banget
Yawlah
Jan lupa taburan bintang kecilnya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top