part 16 - Matahari Itu Kamu
Mobil Mhin kini berada tepat di atas pasir tak jauh dari sisi pantai. Deburan ombak jelas terdengar,suara burung pun mengiringinya.
Burung yang beriringan menuju rumah mereka.
"ayo turun," ajak mhin. Mhin dengan sigap turun dan beralih ke posisi kiri membukakan pintu untuk Ledi.
Ledi hanya memandangi bingung,ia rasa Mhin tak akan seromantis itu.
Mhin menggenggap tangan Ledi erat. Berjalan menyusuri sisi pantai tanpa sepatah katapun keluar. Ada banyak hal yang berputar-putar di benak mereka masing-masing. Namun belum berani menyampaikan.
" Mhin"
"dy" ucap mereka bebarengan.
"kau duluan," sergat Ledi tak ingin bantahan.
Mhin sejenak berfikir,apa dia pantas untuk bertanya hal demikian.
"apa kau sudah bertemu dengan syam...?" tanya Mhin ragu.
Ia tak datang di acara satu tahun perayaan perusahaan Ledi. Karna ada rapat di Jerman yang harus ia laksanaankan saat itu. Walau bisa saja ia menyuruh seseorang untuk memantau Ledi. Rasanya itu terlalu murahan.
Ledi melihat sekilas ke arah Mhin yang tengah mendongakkan kepalanya ke langit.
"sudah," jawabnya dengan mengembalikan pandangannya ke kedua kaki mungilnya yang melangkah pasti.
"jadi kau sudah bertemu dengan Reni juga?"
"ya,mereka sudah menikah dan aku tau," ucap Ledi berhenti dari langkahnya.
Dan Mhin juga ikut berhenti. Dan menghadap ke arah Ledi yang tampak masi tertunduk.
"dan aku senang mereka menikah, karna mereka pasangan yang serasi bukan?" tanya ledi dengan pandangan mengejek.
"cih, aku tak menyangka pada akhirnya mereka akan menikah"
"tapi mungkin mahluk seperti itu memang sudah dijodohkan". Ledi menghadap ke laut lepas. Menutup matanya pelan. Ada hal yang harus ia resapi dalam-dalam.
Mhin kembali menggenggam tangan ledi yang telah terlapas tadi.
"kau mengikhlaskannya?," tanya Mhin yang juga memandang laut lepas.
"tidak... Dan tidak akan," jawab Ledi pasti. Bahkan kini matanya yang terpejam memandang tajam ke depan.
"aku di sini untuk mu," papar Mhin dengan masi memandang ke arah depan.
"maksudmu?" tanya ledi dengan mengalihkan pandangannya pada lelaki di sampingnya.
"aku akan ada untukmu,membantumu,"
"kenapa?"
"karna aku di lahirkan di posisi di mana aku yang selalu membantumu dan aku yang selalu menggenggammu erat saat semua tampak semu di matamu, saat semua menghilang di hadapanmu, saat semua menyakitimu. Itu aku,tugasku, baik dulu ataupun nanti" jelas mhin dengan menatap lirih mata Ledi,dengan kedua tangannya yang menggenggam erat tangan Ledi.
"kau yakin?" tanya ledi menatap pasti. Mencari sebuah kebohongan telak di mata Mhin.
"aku sangat yakin," pangkas Mhin.
Tidak ada dan tidak ada sebuah kebohongan di mata hitam legam itu.
"baiklah,ku harap kau tak hanya omong kosong"
"aku tak seperti mereka, aku berbeda,"
"aku masih menunggu buktinya,"
"aku akan membuktikannya,".
Mata mereka tampak berdebat. Tak ada yg mau mengalah akan pandanga satu sama lain.
"baiklah, aku percaya" elak Ledi yang rasanya wajahnya akan memerah sebentar lagi. Mengingat ucapan panjang kali lebar Mhin tadi saja membuat jantungnya tak normal.
"dan tadi kau mau bilang apa,dy?"
"hah? Aku?". Bagaimana bisa Mhin mengingatnya. Ia saja sedikit malu bertanya.
"iya, kau?". Mhin masi menatap Ledi intens. Ia rasa wanita itu sudah memerah dan ia terlihat malu.
Ledi mulai berjalan dan pada akhirnya berlari. Ia tak ingin mengatakan hal memalukan itu.
"hey kau mau kemana?" teriak Mhin. Mhin ikut berlari mengejar wanita di depannya tanpa heels di kakinya itu.
"apa yang akan kau katakan tadi,ledi," teriak Mhin semakin keras dan secepatnya menyusul Ledi. Ledi seperti anak kecil yang hrus di kejar-kerjar.
"kau mau kemana? Jawab aku!" titah Mhin saat sudah menggenggan pergelangan Ledi dan membuat wanita itu berhenti.
"tidak,aku hanya memanggilmu saja," elak Ledi. Yang kemudian mendudukkan badannya di atas pasir. Nafasnya masih saling terpacu. Bahkan ia belum seberapa jauh berlari ia sudah sangat kelelahan.
"aku lelah," ucap ledi dengan nafas tak teratur.
"aku menunggumu menjawabnya," tutur Mhin seakan sebuah perintah.
"kau sangat pemaksa"
"lalu kenapa? Kau tak suka,"
"bukan begitu,"
"lalu kau menyukaiku?" ucap Mhin tanpa ragu.
"kau gila" tutur Ledi dengan sebuah senyum yang coba ia tahan. Tapi bagaimana bisa ia tak mampu manahannya. Kini senyum ini mengembbang sempurna dan terpaksa Ledi haru menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"jangan lihat aku," titah Ledi dengan suara yang terdengar aneh,karna mulutnya yg ikut tertutup.
Mhin ikut tersenyum karnanya, wanita di depannya ini sangat mengemaskan. Bagaimana bisa sepuluh tahun lalu ia begitu tersakiti. Mungkin kini masih sama,tapi yang tertinggal hanya dendam.
"bagaimana aku tak melihatmu,sedangkan kedua mataku masi berfungsi," jawab Mhin dengan menatap Ledi terkadang wajahnya berada tepat di depan ledi sekedar mengintip.
"sudah, kau tak bisa lagi melihatku," papar Ledi dengan menutup kedua mata Mhin dengan cepat kilat. Persis seperti anak kecil yang sedang bergelut.
"hatiku masih bisa merasakanmu,bahkan saat mataku tak memperlihatkanmu di dalamnya," tutur Mhin dengan sepenuh hatinya.
Ledi yang awalnya masi tersenyum dan bertumpu pada lututnya untuk menutup mata Mhin kini terdiam terpaku mendengar ucapan lelaki itu. Perlahan kedua tangan Ledi terlepas,memunculkan sepasang mata yang kemudian perlahan bergerak membuka,dengan sedikit senyum di bibirnya.
Pipi Ledi bersemu merah seketika,ketika mata legam itu menatapnya begitu lekat dan dekat. Mhin yang tersenyum kemudian tampak tegang. Tak menyangka jika mereka akan sedekat ini.
"heem," ledi berdeham. Kemudan beralih keposisi semulanya. Duduk dan menatap ke arah kaki mungilnya. Sedangkan jantungnya sudah berdentum tak seirama. Begitupula dengan Mhin.
Hanya diam yang menyelimuti mereka. Persis seperti kisah anak SMA.
"li..lihat itu," ucap Mhin kagok. Ledi melihat pasti ke arah yang di tuju Mhin.
Dan lihatlah,semburat mega merah dan matahari tebenam terpapar indah di depan matanya.
Ledi tak mengerjab sedikitpun. Pemandangan indah di depannya lebih menawan saat ini.
"Mhin,aku harus banyak berjalan-jalan," ucap Ledi dengan masi menatap lurus ke depan.
"kelihatannya begitu," balas Mhin mengejek.
Tidak ... Ledi tak memperdulikannya. Ia masi menatap intens pemandangan indah di depannya.
"kau tau?" tutur Mhin. "Kau seperti matahari itu,"lanjutnya.
Ledi melepas pandangannya pasti. Melihat ke arah Mhin yang tengah melihat ke arahnya dengan wajah miris.
"kau sendiri dan kau kokoh. Kau terlihat indah di waktu yang tepat. Walau kau tinggi kau tau kapan merendah. Dan kau menyinari setiap mata yang memandangmu. Tak terkecuali,Aku ...." jelas Mhin. Entah berapa kali Mhin mengatakan hal yang membuat Ledi harus terbang ke langit ke seratus.
"Aku?" tanya Ledi dengan menujukk dirinya sendiri.
"ya kamu,Ledi Victoria ...."
"Kau sangat pandai menggombal Mhin," elak Ledi kemudian memposisikan kembali tubuhnya duduk menatap sunset dengan seksama.
"tidak... Aku sedang tidak menggobal,"
"sudah... Ayo pulang,aku lelah," papar Ledi. Ia tak ingin berkali-kali malu di depan Mhin. Ia harus menunjukkan bahwa dirinya biasa saja. Harga dirinya terlalu tinggi untuk menujukkannya.
Mhin berdiri dari duduknya "ayok," ajak min. Ledi hanya mengikuti Mhin dari belakang. Melihat punggung kokoh itu mendahuluinya. Ingin sekali ia memeluk lelaki itu,menggabil aroma tubuh yang telah lama Ledi rindukan.
Tidak lama hingga mereka berdua duduk dan mobil melaju ringan di aspal jalanan. Angin sepoi-sepoi mengiringi perjalan mereka. Langit sudah mulai menggelap. Lampu-lampu jalan sudah terhias indah di tempatnya. Banyak mobil berlalu lalang mengejar waktu untuk sekedar berkumpul dengan keluarga mereka malam harinya.
Indah jika di bayangkan... Tapi Ledi mungkin hanya bisa berkhayal dalam otak liarnya. Entah kapan ia pulang untuk menyisihkan waktu sekedar berkumpul dengan keluarganya.
"Kau kenapa diam?" tanya Mhin. Ledi sedikit tersentak kaget.
"hah?" ucapnya. "hmm tak apa," jawabnya setelah kembali ke alam sadarnya.
"kau tampak melamun,"
"tidak... Aku hanya menatap pemandangan di depanku,"
"Ku kira kau melamun," pasrah Mhin. Ia tau pasti Ledi membohonginya. Tapi ia hanya cukup tau tanpa menyampaikan.
Tak lama mobil itu mendarat sempurna di depan apartemen LB capital. Dengan sigap Mhin keluar dan membukakan pintu untuk Ledi. Dan ledi keluar dari dalamnya.
"kau pulang! Cepat!" titah Ledi stelah melihat lelaki tak jauh dari tempat ia berdiri.
"kenapa?"
"pulang lah,sampai bertemu lagi,"
"baiklah,kau harus berjanji... Besok kau harus menghabiskan waktu bersamaku," pinta Mhin sedikit mengamcam.
"ya,sekarang cepat... Pergilah,"
Mhin hanya menaikkan alisnya beberapa kali. Ia bingung dan tidakk mengerti. Apa wanita di depannya tengah mengusirnya dan lebih parahnya lagi menolaknya.
"baiklah," pasrah Mhin. Kemudian beranjak pergi menuju mobilnya. Dan berlalu pergi.
Ada kelegaan di hati Ledi sekarang. Mhin tak harus bertemu dengan lelaki bajingan di depannya ini.
Dan lihatlah lelaki itu sudah melihatnya dan tersenyum ramah. Menjijikkan.
Ledi berjalan dengan gaya super tegasnya,dengan senyum terpaksa.
"kau di sini,syam," ucapnya dengan sangatlah ramah.
"ya,aku merindukanmu,".
Menjijikkan,berapa kali Ledi harus menekankan bahwa apapun yang di ucapkan oleh lelaki di depannya sangat menjijikkan.
"haha kau sangat humoris,syam,"
"tidak, aku memang sangat merindukanmu...."
"haha okok. Kau hanya ke sini untuk itu," pangkas Ledi.
"akan lebih baik kita bahas di dalam apartemenmu,sayang," goda Syam. Berharap wanita di depannya akan teperdaya akan rayuannya. Dan itu tak akan pernah.
"owh ok," ucap ledi. Ledi memutar matanya jengah. Lalu berjalan dan di ikuti Syam di belakangnya.
...
"jadi kau kesini untuk mengajakmu makan malam?" tanya Ledi mengulang ajakan Syam.
"ya, apa kau bersedia...."
"tentu dengan senang hati,". Ini adalah kesempatan emas bagi Ledi. Bagaimana bisa ia melewatkan kesempatan berharga itu. Di tambah lagi dengan rencananya yang seakan sudah sangat ingin keluar dari otaknya itu.
Syam menyunggingkan senyumnya. Rencananya menggoda Ledi sangat mudah dalam kenyataannya. Bahkan ia tak perlu memohon untuk itu,apa lagi merayu.
"ok... Aku akan menjemputmu jam 7 besok,"
"tentu," balas Ledi singkat.
Syam sudah bersorak dalam hatinya. sedangkan Ledi tengah tertawa melihat betapa bodohnya lelaki di depannya.
"aku pamit,sayang. Ku harap kau tak merindukaku...," ucap Syam dengan sangat pedenya. Jika saja Syam tak lagi di depan ledi,ledi sudah memuntahkan isi perutnya.
"haha semoga..." balas Ledi seadanya.
"baiklah, sampai ketemu besok,"
"hm iya,".
Syam beranjak dari tempat duduknya.
"bye,"
"bye,"
Kini syam sudah lenyap dari hadapan Ledi.
"setan bodoh," rutuk Ledi sendiri.
Dan kini tawanya meledak. Betapa senangnya ia bisa menjalankan rencana dengan berpikir tujuh keliling. Bahkan Syam datang padanya,tanpa perlu di rayu dan menggoda. Ledi tau di cukup menggoda hanya untuk lelaki setan seperti Syam.
...
"kau kenapa sedari tadi Ledi? persis orang gila," tanya Martin.
"bukan apa-apa, aku hanya sedikit merasa senang,"
"ku rasa lebih dari kata 'sedikit',"
"kau seakan menjadi cenayang sekarang,Martin," papar Ledi.
Kemudian beranjak pergi dengan berkas-berkas di depannya. Meninggalkan Martin yang kebingungan.
Ledi hanya perlu menghindar,jika tidak Martin si cenayang itu akan terus membaca pikirannya. Ckckc
"kau kenapa?" suara serak itu seaakan memberhentikan langkah Ledi seketika.
Ledi berbalik,menemukan Mhin di hadapannya.
"kau?"
"why? Ikut aku, kau berjanji menghabiskan waktu bersamaku hari ini," Mhin memeluk bahu Ledi. Dan membawa ke dalam tangan kokohnya.
Kemudian menelusupkan tangannya di antara pinggang Ledi. Mengunci kepemilikannya atas wanita itu.
"kau sedang bercanda,mhin?" tanya ledi. Lihatlah pandangan mata karyawannya sekarang. Sampai lift berhenti di lantai utama saja,mhin masi betah memeluknya. Mata-mata liar karyawannya serasa ingin Ledi congkel.
"bercanda? Aku sedang sangat serius sekarang," telak Mhin. Mengunci semua pergerakan Ledi. Ledi hanya diam. Ia rasa ia akan mati sebentar lagi jika ia membalas perkataan Mhin.
"masuklah," titah Mhin setelah membukakan pintu untuk Ledi. Ledi hanya patuh. Tak ada penolakan.toh hatinya saja tak ingin menolak.
"kau mau bawa aku kemana?" tanya Ledi setelah diam cukup lama. Membiarkan Mobil yang ia naiki berjalan sempurana di hitamnya aspal.
"ke kuburan,"
"what? Kau gila?"
"ckckc,kau sangat polos Ledi," ucap Mhin dengan menyemburkan tawanya.
"ku kira kau serius,"
"jika aku serius,kau mau ikut dengan ku ke kuburan?"
"ya gak lah," balas Ledi kilat.
"atau kau mau ku bawa ke gedung pernikahan?"
"hah?". Ledi melongo tak percaya.
"sudahlah,tampang mu sangat jelek" papar Mhin. Membuat Ledi mengalihkan pandangannya dan merubah wajah buruknya ke wajah datar.
"aku tak jelek,"
"ya kau tak jelek,tapi kau tak cantik,"
"bedanya apa?" tanya Ledi sedikit merungut.
"kau... Sangat cantik," ucap Mhin. Ia lagi-lagi berhasil membuat Ledi mengeluarkan semburat merah di pipinya.
"terserah kau," elak Ledi. Kemudian mengalihkan pandangannya ke sisi jendela mobil. Dan mengembangkan senyumnya lebar. Lupa jika di depannya kaca yang bisa menampakkan dirinya di dalamnya.
Mhin hanya tersenyum dalam diam melihat bayangan ledi di kaca hitam itu yang tengah tersenyum karnanya.
'sungguh,kau benar-benar cantik. Dulupun kau sangat cantik di hadapnku'
Teriak hati Mhin di dalam sana. Kemudian memfokuskan pandangannya ke jalan. Mengetuk-ngetuk kecil setir mobilnya. Seakan melantunkan irama lagu yang sedang menggambarkan hatinya sekarang.
Sedangkan Ledi,berangan-angan dalam otak penuh khayalannya.
....
Hehe gimana? Basi ya?
Vote aja ya kk😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top