part 12 - Perpisahan?

Empat hari berlalu,ini saat-saat terakhir ledi dan lelaki pemilu itu berdampingan pulang dengan mobil dengan suasana klasik itu.

"kita lulus gak ya?". Ucap lelaki pemilu memecah keheningan.

"entahlah". Jawab ledi tanpa semangat sedikitpun. Mengingat ini adalah hari terakhir ia pulang bersama,sudah cukup membuat hari ini menjadi sangat buruk.

"lo tau gak?".

"gak".

"ah lu mah". Lelaki pemilu itu tampak kesal dengan memukul setir mobil dengan gemas.

"iya iya,apaan?".

"gue bakalan ngerinduin masa-masa kek gini sama lo".

Sejenak ledi terdiam,ia hanya memperhatikan kakinya yang asik beradu di bawah sana. Jika saja ia tak berada di samping lelaki pemilu ini air mata nya akan luluh lantak keluar,di tambah lagi sumpah nya yang tak akan ia patahkan sedikitpun.

"gue juga". Cicit ledi. Suaranya begitu kecil keluar,seakan menahan sebuah rasa di dadanya.

"dan gue ga bisa dateng pas hari kelulusan dan perpisahanpun sama". Ucap lelaki pemilu dengan hati yang begitu sangat menyesakkan. Dan ini memang hari terakhir untuk ia bisa melihat wanita di sampingnya.

Ledi mencoba mencerna ucapan lelaki di sampingnya, jika benar ia tak akan pergi ketika hari penting itu,maka ini lah akhir dari segala bentuk bala bantuan untuknya. Dan lebih menyesakkan lagi, yang membuatnya tak mampu mengatakan apapun yg tersirat dalam hatinya,adalah ketika ia harus mengatakan selamat tinggal kepada lelaki yang baru akan ia tambatkan rasa.

"kenapa?". Hanya itu, bahkan suara nya seperti tak terdengar.

"gue bakalan pergi jauh,dan jelas bukan di negara ini". Jelasnya. Ingin sekali ledi melarangnya untuk pergi. Namun percuma,seperti apapun ledi melarangnya ia akan tetap akan pergi. Karna Papanya sungguh tak berhati.

"kemana?".

"entah,gue juga ga tau".

"ya sudah". Berat sangat berat.

Kau tau? Di saat wanita merasakan luka yang terasa berat baginya,ia hanya mengatakan tidak apa,terserah,ya sudah. Itu bukan berati ia tak memperdulikanmu,ia hanya tak sanggup berkata dengan ucapan yg lebih panjang,mungkin saja air matanya sudah lebih dulu luluh sampai ke dasar.

"hm". Kecewa? Tak usah tanyakan. Lelaki pemilu itu sungguh sangat kecewa, bahkan sedikit kata menghibur saja tak tertoreh indah pada ucapan wanita yang ia sukai itu.

Dan bagaimana caranya menghibur orang lain di saat diri sendiri saja tengah kecewa dan terluka. Coba kau katakan, bagaimana caranya?

Seketika hanya diam menyelimuti sepasang anak manusia itu. Hingga mobil berhenti tepat di depan apartement padidia.

"thanks". Hanya itu, dan ledi beranjak dari duduknya,keluar dan hilang dari hadapan lelaki di sampingnya.

Bahkan menanyakan nama saja ia lupakan. Karna pikirannya sudah tak karuan.

...

"kau sudah siap bukan?". Tanya suara kokoh milik lelaki paruh baya dengan setelan jas yg begitu rapi. Matanya menuntut untuk di iyakan,tiada bantahan walau bernada tanya.

"siap pa". Ucap lelaki tegap dengan pakaian lusuh anak SMA. Dengan hati yang berdenyut merasakan sakit dua kali lipat. Di sisi lain ingin rasanya ia melawan,tapi apa daya dengan dirinya nanti. Mungkin hanya menjadi gelandangan,pengangguran tentunya.

"bagus,tiga minggu lagi kita brangkat". Hanya senyum kecil yang tersungging,namun menakutkan.

Sedangkan lelaki dengan umur belasan tahun,yang beranjak dewasa itu hanya menundukkan kepala. Dan tanpa pamit memundurkan diri,dan pergi dari singgah sana kerja papanya.

Seketika kasur terasa lebih keras dari biasanya,ketika tubuhnya mengguncang keras permukaan kasur king size itu. Jangan tanya hatinya,itu lebih dari sekedar luka yang tertoreh dari hari biasanya. Sakit memang ketika seorang ibu sudah tiada,tiada kelembutan hanya sebuah ketegasan yang diringi paksaan.

Tapi ini sudah membuatnya sedikit bersyukur,karna hidupnya sudah tercukupi.hanya sebuah kasih sayang ibunya saja yang tak tercapai. Dan ketika ia menemukan sosok wanita yg mungkin akan mengobati lukanya,ia harus pergi tanpa sebuah kata perpisahan nantinya.

Mata coklat legam itu semakin tak terlihat,hanya kelopak mata yang kian bergeser menutupi bola matanya,dan sebuah bulir air jatuh seketika. Mengoloknya seakan ia kalah.

....

Ledi hanya mengaduk susu di depannya dengan putaran yang sama. Dengan mata yang tertertuju kesana.

Hampa? Sangat hampa.

Bahkan tadi bukan perpisahan yang manis, namun mengingatnya saja sudah membuat hati perih seketika. Dan andai saja ia mengatakan ucapan yang lebih indah,mungkin itu bukan perpisahan yang pahit.

"akhhh". Kesalnya dengan menggebrak meja dengan kedua tangannya yang tentu dengan sendok di sebelah kanan tangannya.

"kok sakit lagi si, kanpa hati gue disakitin mulu,akhhh". Ia menggerutu dengan rambut yang ia acak tak menentu.

"dan gue kapan bahagia?". Ucap nya lemas seketika. Dan kini kepala nya sudah menumpu dengan sempurna di atas meja,dengan sedikit menghentakkannya.

"akh bodo amat! Gue harus fokus sama syam dan reni! ". Ledi mamantap kan diri lalu meneguk abis susu di depannya tanpa sisa.

...

"gimana? Semua udah siap?". Ucap suara khas milik syam dengan reni di sampingnya.
Hari ini bertepatan dengan hari kelulusan,entah berapa bulan sudah terlewati, dengan hambar.

"udah nih". Jawab seorang anak laki-laki berperawakan jangkung,dengan hidung yang juga mancung,raga.

"ok gue ga mau tau ,semua harus lo lakuin tanpa kesalahan apapun!". Titah syam dengan mata yang menajam,menampakkan pupil mata yang kian membesar.

Di basecamp seperti biasa,mereka menyusun rencana untuk ledi. Bukan berarti dari mereka adalah manusia patuh yang akan menyanggupi keinginan syam selalu.

"iya lu tenang aja!".

"btw gue pergi dlu,kabarin gue kalo kalian semua mau beraksi!". Ucap syam dengan menunjuk raga didepannya.

"iye iye".

"hai sayang". Sapa reni yang baru datang. Seketika ia memeluk badan kokoh milik syam. Kemudian menciumnya di bibir. Ya itu memang hal biasa yang menjijikkan.

"aku baru saja akan ketempatmu,menemuimu". Ucap syam seraya mengelus lembut permukaan wajah reni,kemudian rambutnya. Menunjukkan kepada semua betapa sayangnya ia kepada wanita di depannya.

"dan aku datang untukmu". Kemudian reni mengalihkan pemandangan kesekeliling. Lalu menyunggingkan senyum setannya. "semuanya udah siap kan sayang?".

"menurutmu?". Senyum setanpun tampak tertoreh sama di wajah syam. Entah apa yang dipikirkan mereka.

Untuk di ketahui,hari ini hari pengunguman kelulusan,sudah 3 minggu yang bertepatan dengan perginya lelaki pemilu itu ke negara antah brantah. Dan tentu tiada kata sebuah penyelamatan untuk ledi sekarang. Hanya tubuh lemah yang ia coba kuatkan yang ada.

"ah,aku tau. Semua sudah siap bukan? Aku sudah tak sabar". Ceria reni dengan menggenggam kedua tangn syam denGAn begitu erat. Seperti anak kecil meminta mainan kepada kedua orang tuanya.

"aku pun sama". Sebuah senyum terulas indah untuk wanita di depannya. Lalu mengacak lembut puncak kepala reni.

...

Hanya ada sebuah kemalasan untuk ledi bergerak,apa lagi menyetir mobil. Ingin rasanya ia tak datang. Tapi ini hari penting, dan harus ia lihat dengan mata kepalanya di saat di sebuah kertas tersemat namanya. Dan reni dapat ia kalahkan.

Dengan kaki gontai ia keluar dari apartemen menuju mobilnya di parkiran.

Mobil itu melaju pelan ketika ledi sudah memantapkan duduknya dan siap untuk kesekolah. Tanpa peduli dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.

Ia hanya sibuk fokus menyetir dan berhenti seketika ia sudah sampai di sekolah tercinta? Mungkin tidak jika masi ada sepasang manusia setan itu di sekolah ini.

Ledi turun dengan kepastian, yang kesepian yang terselimut di baliknya. Sepi tanpa lelaki pemilu di sampingnya. Dan ya,ia ingat jika ia lupa menanyakan nama di hari terakhir itu.

Ia berjalan dengan tegas, membohongi keadaannya sendiri. Jangan sekali kali ia tunjukkan seorang ledi yabg lemah di hadapan reni dan syam. Terkecuali ia sudah terbaring mati di hadapan mereka.

"semua yang berada di luar di harapkan memasuki aula,karna sebentar lagi pengumuman kelulusan akan segera di sampaikan". Sorak sorai toa di segala penjuru sekolah. Membuat ledi berjalan pasti menuju aula sesuai dengan yang di katakan suara lantang itu.

"sekali lagi,semua yang berada di luar di harapkan memasuki aula,karna sebentar lagi pengumuman kelulusan akan segera di sampaikan".

Semua siswa sibuk dengan langkah mereka masing-masing,dengan teman disampingnya,yang terkadang saling berangkulan,atau hanya sekedar menautkan kedua tangan. Dan lihat lah ledi,sendiri sepi. Tanpa siapapun disampingnya. Hanya angin yang hampa,seakan mengoloknya yang sendiri.

Dan di sini, ia pun duduk sendiri. Di sudut kanan bagian belakang . Sangat menyedihkan.

"baiklah, pertama saya selaku kepala sekolah sangat bangga akan usaha dari anak-anak sekalian". Suara itu hanya seakan sebuah suara tanpa nada,ia hanya memperhatikan dengan kekosongan dalam hatinya.

"....hanya itu yang bisa saya sampaikan, kali ini penguman dengan nilai tertinggi akan di sampaikan miss eni". Tampak di depan kelapa sekolah mempersilahkan miss eni berbicara di depan,dan di sambut sebuah senyum dari miss eni.

"ok... Miss akan memulai pengumaman juara dengan nilai tertinggi, namun sebelum itu miss eni sangat bangga sebagai wali kelas,karna salah satu siswa dengan nilai tertinggi juga tersemat di kelas yang miss ajarkan dan juga miss selaku wali kelasnya.".

Ledi tentu sedikit penasaran,apakah dirinya atau reni yang menadapatkannya. Tentu ini sangat menegangkan. Begitupun reni di balik sana yang semakin mengeratkan tangannya di genggaman syam.

"aku kan syam?". Tanya reni dengan ketegangan di dalam sana.

"ya tentu sayanngku,apa Yang tak pernah kau dapatkan. Kau sempurna". Syam mencoba menghibur reni.

"dan sekarang miss akan memulai mengumumkan juaranya". Miss eni berhenti dengan ucapannya membawa lebih banyak ketegangan di hadapannya. "nilai tertinggi ketiga di raih oleh....". Semua tampak memperhatikan dengan raut wajah ingin tau. Walau banyak dari mereka yang pemalas hanya bersikap biasa karna tentu bukan mereka dari bagian nilai tertinggi itu. "selamat kepada reni,kamu menadapat nilai tertinggi ketiga. Kepada reni miss persilahkan ke panggung.".

Hanya raut wajah kecewa yang tersemat di wajah reni. "sayang,aku hanya menadapat peringkat ketiga". Rajuknya.

"tak apa, ayo sana ke panggung". Reni yang mendengar titah syam hanya mengiayakan dengan langkah lemah.

"untuk nilai tertinggi kedua miss ucapkan selamat kepada mhin ladelard. Kepada mhin miss persilahkan kepanggung".

Tiada yang muncul,tiada yang bergerak, hanya kebisingan yang menyeruap mencari sosok yang akan di sematkan nilai tertinggi kedua itu.

"tenang-tenang, di karnakan tidak ada yang maju dengan nama mhin ladelard,miss akan melanjutkannya ke penguman dengan nilai tetinggi pertama".

Ledi sedikit bingung,entah kenapa nama itu seakan menyita perhatiannya. Dan di tambah ia tak menemukan namanya di antara nilai tertinggi itu. Dan tak mungkin ia mendapatkan nilai tertinggi pertama, kemudian ledi berdiri untuk sekedar ke toilet.

"ledi?!". Ucap suara toa yang menggema,membuat ledi memberhentikan langkahnya. Dan melihat ke arah panggung." selamat kepada ledi, kamu mendapat nilai tertinggi pertama". Ucap miss eni dengan pasti.

Ledi masi mengerjabkan mata nya tak percaya,sedangkan reni sudah menampakkan wajah masamnya.

"kepada ledi di persilahkan ke atas panggung".

Lamunan ledi buyar seketika,dengan semangat empat lima ia berjalan menuju panggung dengan kebahagiaan tiada tara. Dan usahanya selama ini tidak sia sia. Ia menjadi yang pertama dan reni berhasil ia kalahkan,sungguh ia sangat bahagia walau tanpa lelakk pemilu di sampingnya.

Kini ledi sudah berdiri dengan tegak di atas panggung sana. Dengan senyum yang menyungging di wajahnya.

"untuk penyerahan hadiah dan tropy miss kembalikan kepada kepala sekolah".

Satu persatu tropy dan hadiah di berikan hingga sampai di hadapan ledi.

"selamat nak, kau membuat semua orang termotivasi". Ucap kepala sekolah dengan senyum yang begitu menggembang.

"ia pak". Jawab ledi seadanya.

...

Berawal dari tatap indah senymmu memikan,memikat hatiku yang hampa lara
-yura song-

Dering hp lelaki pemiku itu berdering di antara saku celananya, dengan malas ia mengambil dan mengangkatnya.

"...".

Ia hanya menunjukkan wajah keterkejutannya.

"lo beneran?".

"...".

Lelaki pemilu itu mengempaskan entah kemana ponselnya. Dan berlari keluar dari pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas.

"kau mau kemana". Tegas papanya.

"sekolah". Jawabnya singkat dengan sudah beberapa langkah meninggalkan papanya.

"jika kau ke sekolah,kau tak akan ku anggap anak". Teriak papanya pasti tanpa memperdulikan sekitar. Dan lelaki pemilu itu tak berhenti dari larinya.

Hingga sampai di depan airport. Memberhentikan sebuah taxy dengan nafas yang tak karuan,mungkin hati nya lebih dari itu di saat ia mendengar bahwa ledi akan di celakakan oleh syam dan reni serta mempermalukannya.

"pak tolong di percepat".

Taxy itu mulai mempercepat lajunya.

Dapat ia perkirakan, dengan melewati simpang terakhir maka hanya akan berjarak 800meter lagi ia akan sampai.

Namun itu tak menajadi kenyataan saat taxy yang ia tumpangi berhenti seketika.

"ini kenapa pak? Kenapa berhenti?".

"minyak mobil saya habis nak".

"akh". Kesal memang ketika akan sampai namun sebuah hal yang tak di inginkan terjadi tanpa.izin.

"ini pak". Ia memberikan sebuah lembaran uang kepada supir taxy.

Kemudian berlari sekencangnya dan sekuatnya menuju sekolah. Lelaki itu tak peduli dengan nasibnya setelah ini.

Ia hanya berlari dan terus berlari.

...

"ah". Ledi terjatuh ke lantai oleh kaki yang entah milik siapa.

Ia berdiri tanpa ingin tau bahwa lututnya berdarah.

Dug!

Ledi terjatuh kembali,dengan adanya dorongan dari seseorang.

"apa-apaan kalian!". Teriak ledi seketika syam dan reni di hadapannya.

"kau tau, kami sangat membencimu. Lebih dari apapun. Dan kau sangat menjijikkan, dan dengan hinanya kau menggambil posisi reni sebagain nilai tertinggi pertama!". Marah syam dengan emosi berlapis-lapis.

"dan kau tau! Lelaki penyelamatmu tak akan ada di sini! Ia sudah pergi! Dan kau tak akan selamat dari kami!". Tambah reni dengan menendang-nendang kaki ledi.

"jangan di karnakan kau sudah merasa hebat karna lelaki penyelamat itu! Kau salah kau bahkan kau tetap hina".

"coba kau katakan lagi! Hina saya atau anda! Laknat!". Balas ledi dengan sudah mengokohkan dirinya untuk berdiri.

Plak!

Sebuah tamparan keras dari syam menghajar ledi dengan sangat keras. Membuat darah di bagian sudut bibirnya bercucuran.

"cih, kau lelaki apa wanita? Ha?".

Plak!

"jangan berani-berani lo mengatai pacar gue!".

Bahkan tamparan reni tak lagi terasa oleh ledi,ia seakan mati rasa

"kenapa? Anda yang bagai anjing yang tak berhenti mengonggong, apa harus saya hormati?".

Dug!

Sekali lagi ledi di dorong keras menuju dinding keras di belakangnya.

Ia tak mengaduh sedikitpun.

Plak!

"ingat,lo cuman orang menjijikkan,pergi kau!". Teriak reni tanpa ampun kemudian pergi bersama syam untuk rencana selanjutnya.

"akh". Ledi mencoba berdiri. Semua terasa patah seketika. Ia hanya wanita lemah bukan wanita petangguh dengan sedikit lerlawanan dapat meruntuhkan semua orang yang menyerangnya. Bahkan hidup tak seperti cerita novel yang ia baca bahkan seakan berbanding terbalik. Walau dari sana ada sedikit kebenaran. Tapi tetap saja kini dirinya terhuyung lemas dan mencoba berdiri.

Dengan tertatih ledi berjalan, ia harus menuju mobil nya di parkiran sana. Yang tentu akan melewati lapangan upacara.

Pluk!

Sebuah telur tepat menggajar kepalanya, saat ia tepat di tengah lapangan, seketika sebentar lagi ia akan sampai di mobilnya. Namun itu tak akan terjadi ketika seluruh siswa mengitarinya seketika. Mengajarnya dengan telur tepung,air comberan dan hal bau lainnya di tambah dengam caciam dari mulut mereka yang mengatakan dirinya curang.

Ia hanya bediri seakan tak menginjakkan kaki di tanah. Ia merasa hampa. Semua yang ia rasa sekan tak lagi ada. Hingga ia jatuh dengan lutut mendahului.

"apa-apaan kalian". Teriak seseorang dari balik sana, semua diam seketika. Dan siapa yang tidak tau dengan sosok yang berdiri dengan tegasnya.

Ya seorang anak dari ceo terkaya saat ini, rio padidia. Dan tentu pendiri sekolah ini dengan donatur kecil di belakangnya.

Dengan setelan jas rapi ,dengan mobil mewah hitam di belakangnya. Ia berjalan menuju ledi dengan di beri jalan dengan sigap oleh semua murid di sana.

Tampan tentu, tinggi,tegas dan sangat menawan.

"lo gapapa dek". Tanyanya ketika ia berjongkok dengan satu kaki yang menumpu di lantai sement itu.

Ledi yang hanya menumpukan kedua lututnya dan tangan yang mengahalangi wajahnya. Mendongakkan wajahnya.

"abang? Abang ngapaim di sini?". Tanya nya ketika mendengar suara familiar di dekatnya. Dan tangan yang tak menghalangi wajahnya lagi.

"kau tak ingat? Aku berjanji padamu akan melihatmu ketika hari kelulusan?" ya memang. Dulu ketika ia masi tinggal di rumah yang bak istana itu, ketika ia belum di usir halus. Kakaknya pernah mengikat janji padanya.

"tapi,bukan hari ini. Tapi ketika hari perpisahan kak". Jelas ledi.

Rio menyemburkan sedikit tawanya. Bahkan saat seperti ini adiknya masi ingat dan itu seakan sebuah candaan.

"beruntunglah kakamu ini datang sekarang,jika tidak akan seperti apa dirimu,lihat saja wajahmu sangat sembab, dan darah ini? Siapa yang melakukannya padamu?".seketika emosi rio memuncak.

"ah tak apa, mereka hanya iri padaku karna aku menadapat nilai tertinggi pertama".

"kau? Kau kembali? Ledi,kau? Kenapa?".

Ledi hanya diam sejenak.

"tidak apa, hanya terjadi sedikit hal". Jawabnya lemah.

Dan rio tau ini bukan saatnya ia menanyakan lebih.

Sedangkan di balik sana, ada sesosok dengan wajah penuh kepenatan melihat kejadian di depannya. Ada raut kecewa ada raut bahagia. Kecewa di saat bukan dirinya lah yang menyelamatkan ledi dan bahagia karna jika saja orang dengan baju hitam itu tak datang lebih dulu darinya mungkin ledi akan lebih parah dari yang ia lihat kini. Dengan nafas tak terataur ia menyunggingkan senyum beratnya, kemudian megundurkan diri dan pergi dari kerumunan di sana.

"ayo pergi". Ajak rio kepada adik satu-satunya itu. Adiknya yang tak mengetahui apapun selama ini. Yang ia tau sakit dan hal semacan itu. Tanpa satupun menjelaskan padanya. Termasuk durinya. Karna akan lebih sulit ketika semua di jelaskan.

Ledi hanya patuh, ia menuruti kemana kaki kakanya melangkah.

...

"ahk,auh,sakit kak ah". Rintik ledi ketika sebuah kapas dengan cairan dingin itu menekan-nekat pelan permukaan wajahnya.

"kau lemah sekali!".

"diam! Gue kuat ya bang!".

"wuah, ini ni baru adik gue hahah". .

"hahah".

Tawapun pecah seketika saat kekakuan tak lagi menyelimuti.

"btw napa lo bisa kek gini si". Tanya rio lagi.

"udah gue jawab,dan jawabnnya bakalan tetap sama".

"apa lo semenderita ini karena gue udh jauh?".

"menurut lo?".

"yah,gue lihat si ia".

"hahaha. Santai aja kali bang".

Drrrtttt

"bentar ya, dad nelfon".

"hm ya". Ledi sangat benci itu. Ketika ia butuh kakaknya selalu saja papanya membuatnya sendiri. Di apartemennya ini ia coba mengoles kembali wajahnya yang lebam. Jika di ingat saat syam menamparnya semua yang ia rasa terasa hampa. Bahkan telinganya pun tak dapat mebdengar beberapa detik. Tamparan itu begitu keras. Dan apa syam lupa jika dirinya lelaki.

Lihat saja,jika bukan sekarang. Nanti semua akan terbalaskan.

"sorry ya dek, gue harus pergi dulu,dady lagi butuh gue. Lo tau kan ?".

"ya gapapa,sono hus pergi".

"santai aja ya dek!".

Rio pergi dari hadalan ledi dengan senyum yang hilang, ingin rasanya ia berlama-lama menemani adiknya yang selama ini begitu kesepian.

"huft" .ledi hanya menggembuskan nafas berat,kemudian mengoleskan kapas dingin itu ke sudut bibirnya.

"akh sakit". Rintihnya sendiri. Hanya angin yang mendengar.

...

"kenapa kau kembali?". Bentak lelaki tegas di hadapan lelaki pemilu itu,siapa lagi jika bukan papanya.

"maf,ada kejadian yang tak bisa aku kendalikan".

"sepenting itukah?".

"mungkin". Ia hanya menundukkan kepala pasrah.

"baik,besok kita berangkat!".

"papa memaafkan ku?".

"tidak! Hal ini lebih penting dari kata menerima maafmu!".

"baiklah". Lelaki pemilu itu pergi dengan wajah kusamnya lagi. Dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Dengan mata sayu kekecewaan.

Akan selau seperti itu yang ia dapatkan ketika keluar dari rungan gelap ini.

"kau harus bertahan!". Ucap lelaki bernama nando itu dengan lemah,melihat kepergian anak semata wayangnya.

Kemudian menundukkan pandanganya.

"apa lagi yang bisa ku lakulan padamu,ketika aku tak bisa memerankan dua tokoh dalam satu tubuh". Dan hanya sebuah lingkaran lembab di atas kertas yang membuktikan bahwa lelaki tegas ini begitu lemah.

...

"gue pamit pergi ya, maaf gue cuman tiga hari di sini". Pamit rio kepada adiknya yang sudah terlihat sedikit sehat. " dan sorry,gue bener-bener ga bisa dateng pas perpisahan lo, gue udah nyiapin bodyguard pas hari itu,dan mereka gak akan ngikutin lo kemana-mana kok cuman liat dari jauh doang".

"haha, lu serius amat si bang,gapapakali . Hati-hati ya, sorry gue ga bisa ke bandara ngelepas kepergian lo. Dan lo tau kan sebabnya?".

Ya, ledi sangat tak ingin. Menemui kedua orang tuanya. Yang ia dapat hanya seakan kurir pembawa barang.

"haha, dramatis banget ya?".

"ye lu ngeledek?".

"gak si. Ya udah gue pamit yak. Ati-ati ya di sini".

"et dah ia sono pergi".

"bye".

"bye".

Ledi hanya bisa melihat punggung kakaknya mengilang di balik pintu. Lagi-lagi ia di tinggalkan. Mungkin hdupnya memang di ciptakan seperti ini.

...

"baiklah, kali ini ada seseorang gadis yang akan menyumbangkan lagu untuk kita semua. Kepada ledi di persilahkan".

Jangan tanya reni dan syam di mana, mereka tengah di sibukkan oleh kedua bodyguard ledi yang berpura-pura menjadi pengurus acara. Dengan menyuruh mereka ini itu. Itu adalah sebuah ide cemerlang Ledi tentunya.

"baiklah, aku kan menyampaikan sebuah lagu untuk kalian semua, dan lebih spesial orang yang pergi sbulan lalu".

Ya lelaki tanpa nama itu, lelaki yang pergi tanpa kata perpisahan. Tanpa kata manis.

Dan lelaki pemilu itu tengan menonton dengan seksama gadisnya di balik layar ponsel, karna raga dengan sangat baik merekam untuk dirinya.

-Berawal dari tatap-

berawal dari tatap
indah senyummu memikat
memikat hatiku yang hampa lara

senyum membawa tawa
tawa membawa cerita
cerita kasih indah tentang kita

terkadang ku ragu
kadang tak percaya ooh
tapi ku yakin kau milikku

kau membuatku bahagia
di saat hati ini terluka
kau membuatku tertawa
di saat hati ini terbawa
terbawa oleh cintamu untukku, untuk kita

terkadang ku ragu, kadang tak percaya ooh
tapi ku yakin kau milikku

kau membuatku bahagia di saat hati ini terluka
kau membuatku tertawa di saat hati ini terbawa
terbawa oleh cintamu untukku, untuk kita

kau membuatku bahagia di saat hati ini terluka
kau membuatku tertawa di saat hati ini terbawa
terbawa oleh cintamu untukku, untuk kita

Semua ia nyanyikan dengan mengenang lelaki pemilu dalam benaknya.

Ketika lelaki itu menyelamatkannya,ketika lelaki pemilu itu membuat detak jantungnya di pompa dua kali lebih cepat, ketika mereka bersama saling mengajarkan,ketika mereka pulang bersama dan ketika sebuah perpisahan pahit memisahkan mereka.

Begitupun lelaki pemilu itu di balik ponsel pintarnya
...

Maaf update yang terlalu lama
Terus stay ya kk
Jangan lupa votenya😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top