part 11 - Ujian Akhir


Semenjak tragedi satu bulan lalu yang membuat ledi menjatuhkan diri ke lantai dan menyetujui keinginan lelaki pemilu yang meminta dirinya untuk mengajarnya. Tidak lupa Dengan jantung yang di pompa seratus kali lebih cepat.

Dan sekarang di sini lah ia, bersama dengan lelaki pemilu itu di apartemennya.

Dan perlu di ketahui, reni selalu mengusik hidupnya semenjak ia bebas dari hukuman miss eni dua minggu penuh.

Ya reni memang di hukum dua minggu penuh, mungkin reni sudah tak berbentuk lagi. Tapi nyatanya ia mempunyai tenaga ekstra dengan selalu mengerjai ledi dengan bentuk apapun.

Dan... Ah lupakan...

"ini nih, yang ini ajarin gue". Ucap lelaki pemilu itu dengan menunjuk soal-soal di depannya yang sudah berserakan kemana-mana.

"hoi!". Lelaki pemilu itu berteriak. Karna dirinya tak di iyakan oleh ledi, alias ledi tengah termenung, entah apa yg ia pikirkan.

"hah? Eh itu, apa?". Jawabnya terbata-bata. Kembali ke alam nyata.

"ini nih ajarin gue.yg ini!".

"ini doang?". Ledi menaikkan satu alisnya. Soal di depannya ini begitu mudah, dan kenapa lelaki ini tak mampu mengerjakannya. Apa dia berpura-pura bodoh atau memang ia sunguh-sungguh bodoh.

"ya iya, ajarin, cepet!".

Dengan kesabaran penuh ledi mengajari lelaki pemilu itu, tanpa tau namanya lagi. Di tambah dari buku-buku yg di pakai lelaki ini, tak satupun namanya tertera. Dan buku itu terlihat sangat rapi,seakan jarang tersentuh.

Dan beginilah seterusnya, selama satu minggu penuh. Dan esok saatnya ia memulai ujian akhir yang sesungguhnya. Mengalahkan reni dengan telak. Menjadikannya no satu di sekolah ataupun di angkatannya. Ia tak peduli dengan kunci yang beredar,ia hanya harus berusaha dengan sekuat tenaga. Dengan kemampuan sebenarnya.

Dan setaunya reni membeli kunci itu, kunci yg seharusnya tak ia gunakan. Karna wanita setan itu sudah pintar, untuk apalagi ia menggunakan kunci jika kepintarannya melebihi kunci di tangannya.

....

"besok gue yang jemput!".

Kata itu terus berputar-putar di otak ledi, kata-kata dari lelaki pemilu itu.

Ingat sekali baginya saat lelaki itu mengatakannya dengan tutur kata penuh penekanan, di saat mereka merasa canggung satu sama lain. Karna mata yang bertemu tak sengaja.

Flash back on

"nah begini, lu ngertikan". Ucap ledi setelah soal yang di ajukan lelaki pemilu itu selesai dan ledi masih asik merapikan tulisannya.

Di karnakan tak satupun jawaban dari lelaki pemilu itu. Ledi dengan secepat kilat mendongakkan kepalanya ,memastikan apa yang tengah terjadi hingga tak ada jawaban.

"lu ngerti k...".

Deg!

Kalimat ledi tergantung saat mata coklat legam itu tepat di depan matanya,sangat dekat! Jika di pergitungkan,mereka hanya berjarak lima senti.

Mata ledi terbelalak, pupil matanya membesar. Begitupun mata coklat di depannya.

Jika saja kulitnya tak hitam kusam, mungkin rona di wajahnya sangat memalukan saat ini.

Gluk gluk

Ledi menelan salivanya dengan sekuat tenaga, begitupun lelaki di depannya. Mata mereka masih bertemu, menikmati tatapan mereka satu sama lain. Ditambah dengan degub jantung yang tak lagi beraturan.

"besok gue yang jemput!". Tutur lelaki itu tegas. Lalu mengalihkan pandangannya dan merapikan duduknya,terkadang menepuk-nepuk celanaanya yang tak kotor.

Ledi juga hanya mengalihkan pandangannya. Ke pena dan kertas di hadapannya, dan mencoret-coret tak menentu.

Lalu mengangguk malu.

Flash back off

Ledi tersenyum malu mengingat kejadian semalam. Rasanya dirinya sudah berada di awang-awang sekarang.

Dan kini ledi tengah merapikan pakaian yang terekat dengan sempurna di tubuhnya, walau ia tau tak satupun hal yang bisa membuatnya lebih cantik,walau ia sudah merapaikan baju dengan sangat sangat rapi. Toh wajahnya saja sudah membuat orang jijik.

Tiit tiit

Ya! Ini lah saatnya gendang terlinga ledi mendengar hal kecil,yang membuat jantungnya di pompa dua kali lebih cepat, bagai piston yang di kemudiakan dengan kecepaatan tinggi .

Ledi keluar dari rumah dengan kaki agarnya lagi, dengan kegagapan luar biasa. Jika saja tak ia coba kuatkan,mungkin kakinya akan bergertar ketakutan.

"ayok cepetan!". Teriakan lelaki pemilu itu tak lagi bagaikan teriakan di telinga ledi. Bahkan seakan mengalun dengan sangat indah bagai melodi yang di mainkan seorang pianis melankolis terkenal.

Ledi dengan tergesa menuju mobil milik lelaki tanpa nama itu. Entah kapan ia akan mengatakan namanya, sungguh ledi sangat ingin tau. Tapi ia akan menunggu dengan sabar,sampai waktunya tiba.

"jalan lo kek siput". Ledek lelaki pemilu yang mencoba menggoda wanita di sampingnya. Yang sudah memantapkan bokongnya untuk duduk. Dan kini mobil hitamnya sudah melaju dengan perlahan.

"gue? Peduli amat!". Ketus ledi dengan wajah yang ia coba jauhkan dari pandangan lelaki pemilu itu, karna kini wajahnya tak kunjung berhenti tersenyum kecil.

"sekena lo aja deh". Lelaki pemilu itu kembali memfokuskan pandanggannya ke area jalanan. Dengan senyum pula di wajahnya.

Persis seperti remaja yang baru pertama kali kasmaran.

"btw lo udh siap kan buat ujian? Empat hari loh". Ucap ledi memecah keheningan.

"kan lo udah ngajarin gue, dan ingat selama empat hari gue yang jemput lo".

Ya! Ia memang harus menjemput ledi, sebelum mereka di pisahkan oleh namanya kelulusan. Dan itu cukup perih jika di rasa ia akan di kirim ke kota antah brantah oleh papanya.

"ok ok, dan kapan lo ngasih tau nama lo?".

"kapan kapan".

Ledi hanya bisa mengembalikan pandangannya ke arah luar, karna percuma saja ia bertanya. Dan entah kenapa ia harus merahasikan namanya. Apa alasan di balik itu semua?

....

Ledi menghempaskan bokongnya di tempat duduk singgah sananya di ruang ujian. Yang menjadi tempatnya empat hari kemudian.ia mengeluarkan benda-benda yang sekiranya akan ia gunakan. Kemudian mengambil buku kecil berupa catatan untuk mengulang sejenak pelajaran yang hilang dari memorinya.

Ledi membaca dengan seksama lembar demi lembar benda di genggaman tangannya. Hingga ia harus menghempaskan benda kecil itu ke meja.

"grrr dia ngerti ga sih yg kemaren gue ajarin?". Ledi mengutuk dirinya dengan pertanyaan yg tak akan mungkin seorang pun menjawab. Yang ada hanya berupa tatapan heran dari berbagai arah.

"trus kalo ga ngerti dia ntar ga lulus gimana?" rutuknya lagi dan lagi. Entah kenapa pikirannya lebih banyak dipenuhi lelaki pemilu itu dari pada ujiannya sendiri.

Kemana ledi yang kemaren, ledi sebulan yang lalu. Yang bahkan tak peduli apapun,bahkan saat ini ia tak berfikir apa reni atau pun syam juga akan mencelakakannya.

"aish,kenapa gue jdi mikirin dia, belajar ledi,belajar".

Sekarang benda kecil itu sudah kembali ke genggamannya,membolak baliknya dengan penuh usaha melupakan lelaki tanpa nama itu. Namun nihil, hasilnya tetap sama. Dan untuk kedua kalinya ledi menghempaskan benda kecil itu ke meja. kemudian menenggelamkan wajahnya diantara tangan yg terlipat.

....

"ngapain lo". Ucap suara serak dari arah belakang. Yang membuat syam terlonjak kaget di barengi reni di sampingnya.

"masi punya akal juga lo ngerjain ledi!". Tuturnya lagi dengan mata tajam bak elang.

"urusan lo apa?!". Bentak syam dengan sinisnya.

"apa peduli lo urusan gue apa! Mending lo pergi dari hadapan gue! Atau lo mau gue laporin ke tua bangka lo itu?!".

"eh lo, ga usah sok-sokan deh jadi orang, ledi gitu aja di belain,kek ga ada org lain aja. Jijik gue". Ucap reni tanpa dosa.

Lelaki pemilu itu melangkah ringan menuju reni, membelai wajahnya dengan jari telunjuk yang berakhir dengan menyisipkan rambutnya di bagian telinga. Lalu menyunggingkan senyum setannya. Kemudian berbisik tepat dintelinga reni.

"tulang lo lumayan buat gue patahin". Bisiknya pelan dan menakutkan. Sedangkan reni hanya bisa menegang. Lalu menyingkirkan lelaki pemilu itu dari dekatnya, dengan tubuh masi dalam keadaan kaku.

"apa-apaan lo!". Teriak reni seketika mungkin, setelah menyadari bahwa dirinya terancam.

"lo ga usah gangguin cewek gue!". Ancam syam dengan menarik tangan lelaki pemilu itu dengan keras ke hadapannya.

"ahahhaha". Tawa lelaki pemilu itu meledak seketika. "takut banget bro". Tawa yang tadi meledak digantikan dengan ledekan,lalu mengempas kasar tangannya dari genggaman lelaki berhati batu itu,syam.

"sekarang lo dan lo pergi,atau gue yang nyeret kalian!". Titahnya dengan menujuk satu satu makhluk setan di hadapannya.

"awas ya lo!". Ancam syam sebelum menarik reni pergi dari hadaan lelaki pemilu itu.

Sedangkan lelaki pemilu itu hanya menyunggingkan senyum kemenangannya.

Lalu senyum itu hilang seketika ia berjalan menuju meja, dan mengambil benda kecil yang canggih itu. Entah dari mana syam dan reni mendapatkan ponsel ledi. Dan lihat saja di hadapannya kini, seonggok soal sudah hancur belur tak berbentuk.

Dan lelaki pemilu itu tampak geram sekarang. Kemudian pergi dari ruangan yang cukup rahasia itu. Beruntung ia curiga dengan suara aneh dari dalamnya. Jika tidak mungkin ledi sudah di tuduh mencuri soal.

....

"ok baiklah, Mr akan memulai ujian kali ini".

Lelaki pemilu itu menyerngitkan keningnya.

"bukannya soalnya udah hancur?". Gumamnya perlahan.

"sebelumnya bapak ingin bertanya, apa ada orang di sini dengan sengaja merobek soal ujian tahun kemaren, yang baru saja dikemas kembali oleh pengurus perpustakaan?". Tutur Mr Adlis dengan muka tegasnya.

Dan jangan tanya wajah lelaki pemilu itu seperti apa sekarang. Ia sedang berusaha menahan tawanya lebih dari saat ia menahan degup jantungnya di depan ledi.

"pfff, bodoh". Gumamnya lagi.

Sedangkan di ruangan lain ledi tengan sibuk memikirkan lelaki pemilu itu, apa sudah siap untuk ujian atau belum. Karna dihadapannya kini sudah beridiri tegak Miss eni dengan seonggok soalnya. Yang menandakan di ruang ujian lelaki pemilu juga sudah ada pengawasnya.

Dan lihat kini miss eni sudah berjalan penuh wibawa dengan soal digenggamannya. Satu persatu lembar kertas itu habis dan menipis di saat salah satu lembar soal sudah berada di hadapannya dan ditambah juga dengan kertas jawaban.

Ledi mengambil pensil dan mulai mengisi lembar jawabnnya dengan lelaki pemilu dipikirannya.

"ok stop ledi, berhenti di sini mikirin dia". Gumamnya dengan menarik nafas dalam dan mengembuskannya. Dengan tangan yang juga naik turun mengikuti irama.

Dengan semangat,pastinya. Ledi memulai aktivitas mengisi lembar jawaba kosong dihadapannya dengan tepat dan benar. Semoga saja nilai bahasanya mendapat nilai sempurna,dengan dua angka nol di belakang angka satu.

...

"bodoh bodoh bodoh". Reni tampak mengutuk dirinya seusai ujian selesai. Tak lupa dengan syam di sampingnya.

"haha kalian memang bodoh!". Suara serak itu kembali memekakkan telinga syam dan reni."bahkan kalian lebih bodoh dari ledi yang kalian katakan bodoh!". Tambahnya.

Lelaki pemilu itu memang sengaja menemui mereka untuk sekedar menertawainya. Sungguh kurang kerjaan memang,namun itu menjadi hal yang harus di lakukan.

"diam kau!". Syam tampak berdiri dan merenggut krah baju lelaki pemilu itu, dengan nafas tak beraturan di tambah dengan mata yang menajam.

"penghianat!". Teriak syam dengan tegas dan keras.

"cih,bukan hanya aku! Dan". Lelaki pemilu itu tampak menggantungkan kalimatnya. Senyum sinis terukir indah. "aku tak sudi memiliki sahabat sepertimu!".

Bug!

Sebuah pukulan tajam tampak mengenai pipi tampan lelaki pemilu itu. Ia hanya menyeka sedikit cairan merah yang memenuhi sudut bibirnya.

"hah! Hanya ini?". Ucap lelaki pemilu itu sombong.

Syam nampak akan mengahajar kembali pipi mulus mantan sahabatnya itu. Namun tangan kokoh lelaki pemilu itu tampak lebih sigap di bandingkan tonjokan syam.

Brak!

Tubuh syam terhenpas di antara meja akibat dorongan keras dari lelaki pemilu itu. Kemudian ia mengaduh kesakitan, dan reni beridiri dengan marahnya.

"apa-apan kau! Awas saja syam sampai kenapa-kenapa". Teriak reni kepada lelaki pemilu itu. Kemudian berlari ke arah syam yang tengah mengaduh sakit.

"cih, menjijikkan!".

Lelaki pemilu itu berangsut pergi. Dengan sedikit mengaduh pada sudut bibirnya.

....

"enggg. Tadi lo bisa jawab kan ujiannya?". Tanya ledi ragu.

"nggak".

Mata ledi tampak membesar dan menajam.

"beneran?". Tanyanya sungguh-sungguh.

Lelaki pemilu itu tampak tersenyum, dan melihat kearah ledi yang berada tepat di sampingnya. Lalu mengacak lembut pucuk kepala ledi,sekilas.

"gue isi kok semuanya".

Ledi hanya bisa diam tak bergeming. Ia hanya seperti patung tak bergerak. Sedangkan dadanya tak berhenti bergemuruh,berdetak tak menentu.

Lelaki pemilu itu seakan menghipnotisnya selalu.

"lo nggak harus melongo kek gitu dy".

Dengan perubahan seratus enam puluh derajat ledi mengembalikan pandangannya ke arah depan. Dengan jantung yang masih sama,dengan rona merah di pipi yang tak tampak yang masih sama.

"ng...ngak kok. Ggg..gue gak melongo". Ucap nya gagu.

"hahahha". Tawa lelaki pemilu itu meledak seketika. "turun gih udah sampe".

Ledi melihat kiri dan kanan, benar saja sudah sampai di apartemenya. "ntr gue balik lagi".

"hmm.. Ya". Jawab ledi malu malu.

"btw ini ponsel lo". Lelaki pemilu itu memberikan ponsel di genggamannya kepada ledi,dan di sambut baik oleh pemiliknya.

"kok bisa sama lo?". Tanya ledi heran,bahkan ia sampai lupa ia menaroh ponselnya dimana.

"tadi ketinggalan di mobil gue". Berbohong mungkin pilihan yang tepat kali ini. Karna sekedar bercerita tentang kejadian tadi pagi sudah terlalu basi.

"oooohhh". Ledi hanya berooh ria mendengar tuturan lelaki pemilu itu,sebelum sebuah pandangan menganjal hatinya.

"bibir lo knp?". Tanya ledi to the point.

"ah ini? Gapapa si".

"syam lagi?".

Sesaat lelaki pemilu itu terdiam. Memang karna syam tapi ini bukan untuk dipermasalahkan kembali. Cukup dirinya yang tau.

"mungkin,udh sana masuk". Usirnya setelahnya. Akan lebih baik ledi pergi sebelum satu persatu pertanyaan mengahajarnya melebihi tonjokan syam tadi.

"ya deh. Hati-hati ya". Ledi hanya pasrah. Mungkin kali ini bukan tempat di mana ia akan bertanya macam-macam. Di tambah lagi raut wajah lelaki pemilu itu seakan tak ingin bercerita."kapan kapan cerita ya".

"hm iya, udah sono".

"sabar napa". Dengan sedikit kesal ledi keluar dari mobil dan menutupnya kasar,hingga pemiliknya pun serangan jantung kecil olehnya.

"ga asik lo,sumpah".

"B aja kali".

Ledi langsung selengeekkan pergi tanpa lagi menghiraukan lelaki pemilu itu.

....

Anggap aja cerita di atas di tulis sama anak tk😂
Maf ya brantakan banget

Jangan lupa taburan bintanya😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top