part 10 - Kau Melemahkanku
Ledi melajukan mobilnya melewati gerbang sekolah. Hatinya berdegup tak menentu,bukan karna alasan yang bagaimana. Ia hanya terlalu bahagia dengan hukuman memalukan dari miss eni untuk reni.
Sebuah mobil mewah dengan harga miliaran itu sudah terparkir dengan rapi. Tak lama muncul seorang wanita buruk rupa dari dalamnya. Jika semua orang bisa berandai, alangkah indahnya yang keluar itu adalah sesosok wanita anggun nan cantik. Namun itu, hanya ekspektasi belaka.
Kaki berisinya ia langkahkan menuju kelas yang kini sudah menjadi tempat yang layak di tempati.
Dug!
Ledi terhuyung,hampir saja dirinya mencium permukaan tanah berlapis semen itu, ia dengan cepat di cegat oleh tangan kokoh yang entah milik siapa.
"ups, sorry ya..hehe gue ga tau lo bakalan sebegitu lemahnya". Tutur suara khas lelaki petangguh.
"lo? Grrr". Rutuk ledi kesal.
Kenapa bisa lelaki pemilu itu datang lagi, di saat dirinya menikmati kebahagiaan yang tiada tara ini. Dan di tambah dengan dirinya yang di tabrak dengan sengaja, yang hampir saja membuat dirinya celaka.
"gue udah minta maaf ya. Lagian lo juga ga jadi jatuh gegara gue".
Ledi memang tak jadi terjatuh. Tapi tangan lelaki ini berada pada posisi yang tidak seharusnya di sana.
"tangan lo singkirin!". Teriak ledi cukup keras. Ia melepaskan tangan kokoh itu dari dadanya. Sungguh dadanya sudah tak suci lagi!.
"eh, gue ga sengaja". Dengan sigap lelaki pemilu itu melepaskan tangannya walau sebenarnya tak ingin ia lakukan.
"minggir lo!". Ketus ledi. Dengan sedikit mendorong tubuh lelaki pemilu itu, walau hasilnya nihil. Badan besar nan kokoh itu tetap berdiri dengan tegapnya.
"grrr, minggir ah!". Rutuk ledi lagi. Ia sudah mengambil jalur kanan bahkan kiri untuk melewati lelaki yang sudah ia dorong tadi. Tapi lelaki pemilu itu terus mengikuti geraknya dan mengahadangnya untuk lewat.
"gue mau lewat woi!".
Ledi menghentakkan kakinya. Dan memukul keras perut lelaki pemilu itu.
"akh". Lelaki pemilu itu mengaduh. Merasakan sakit di bagian perutnya. Lalu memeganginya sesambil masih mengaduh.
Langkah ledi melaju cepat saat peluangnya untuk pergi sudah di depan mata.
"Dy, gue cuman minta lo ngajarin gue". Teriak lelaki pemilu itu dengan suara tertahan. Namun ledi tetap berjalan cepat tak menghiraukannya.
..
"wihihi". Ledi cekikikan melihat pemandangan di depannya.
Ia tengah melihat reni dari satu tempat ke tempat lain. Kadang reni bernyanyi kadang ia bergoyang, sesuai syarat yang sudah di utuskan untuknya.
Ya!
Reni sedang di hukum dengan meminta tanda tangan tiga angkatan alias seluruh makhluk sosial di sekolah, tak boleh secuilpun hilang dari peradaban.
Dan tentu bukan hanya itu yang membuat ledi cekikikan sendiri. Lihat saja di leher reni sudah di kalungkan sebuah karton dengan tali larfia dan di tuliskan "aku tak akan lagi menistakan temanku sendiri".
Tidak hanya sampai di sana. Sepulang sekolah ia harus menemui miss eni, dan lihat saja nanti.
"hihi". Ledi tak bisa menahan tawanya lebih dari sekedar cekikikan kecil. Walau bukan hanya dirinya yang tertawa,ia harus memasang muka masam ke arah reni. Dan itu harus!. wajah yang meremehkan dengan senyum setan yang tersungging.
"senang?".
Leher ledi merinding sektika. Suara tawa yang sedari tadi terpapar jelas kini hanya tinggal mulut mengap dan terdiam.
"gue ngomong sama lo,dy". Suara khas itu lagi. Suara yang selalu hadir di kehidupannya akhir-akhir ini. Suara sang penyelamat tanpa namanya.
Ledi beringsut dari tempat ia berdiri. Sedikit menjauh. Dan kemudian berlari puntang panting. Entah kenapa ia melakukan itu, iapun tak tau akan alasannya. Kakinya menyuruhnya berlari begitu saja.
"gue di tinggal lagi ceritanya?". Rutuk lelaki pemilu itu dengan wajah memelas yang sangat imut. Lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
....
Dug!
"aduh". Ledi tersandung akan kaki yang merajalela di depannya. Entah kaki siapa,ingin rasanya ledi memotong dan memakannya,menjadikannya rendang yang sedap.
Ups...
"udah seneng lo bkin pacar gue kehukum?". Bentak lelaki dengan wajah rahang yang sudah mengeras. Ledi hanya mendongak memastikan suara yang sekiranya ia tau. Dan memang itu syam. Si lelaki lucifer
Ledi mencoba berdiri. Belum sempat bokongnya terangkat ke udara. Tangannya sudah lebih dulu terinjak, lebih tepatnya di injak dengan sengaja. Dan tentu sangat sakit.
"awww, ishh". Ledi meringis kesakitan. Rasanya serasa terjepit pintu di tambah lagi kaki lelaki jahannam itu bergerak memutar seperti mematikan puntung rokok.
"puas lo bikin dia di permalukan?". Tanya sosok lelaki jahannam itu lagi.
"shhh. Bahkan ... Itu belum seberapa". Jawab ledi dengan mencoba menahan sakitnya. Ia yakin tanngannya akan memerah bahkan hijau sebentar lagi. Dan mungkin akan berdarah.
" oh maksud lo yang belum seberapa begini?".
Syam semakin menguatkan injakannya ke tangan ledi. Bahkan ini belum cukup akan hukuman yang di berikannya kepada ledi dan lagi ia hanya bisa menonton saat miss eni selalu memandangnya mematikan. Ia tau ia punya kekuasaan. Tapi papanya sendiri melarang keras menggunakan kekuasaan itu di sekolah. Dan begini lah jadinya. Ia hanya bisa menonton bahkan membantu saja tak bisa.
Ledi menahan sakit yang menjalar ke sekujur tubuhnya, ia tak akan mengaduh bahkan berteriak sekalipun.
"haha, lo jantan apa betina? Cuman berani sama gue!". Ucap ledi meremehkan. Dan sesuai perkiraannya syam tampak sangat marah. Tetapi tangan ledi yang sebelummya ia injak, di lepaskan begitu saja.
Ledi berkesiap beridiri, walau tubuhnya sedikit terhuyung .
"hah, lo memilih pilihan yang tepat". Remeh ledi lagi. Entah mengapa hatinya begiti senang saat meremehkan duo makhluk biadab itu.
"kau!". Syam tampak menunjuk ledi dengan sangat geram. "kau hanya wanita menjijikkan dan k..".
PLAAAK
belum sempat syam melanjut kan ucapannya, sebuah tamparan telak telah mengajar wajahnya.
"jaga mulutmu! Atau kau memang tak dididik menjadi lelaki!". Pangkas ledi dan berlalu pergi setelahnya.
"ssshhh". Ia meringis akan tangan kanannya yang sakit karna di injak ,di tambah lagi dengan menampar wajah lelaki jahannam itu. Walaupun sakit namun ia puas. Entah berapa lama ia menantikan saat saat dirinya menampar lelaki lucifer itu. Dan baru kesampaian sekarang. Senyum kecilpun tersungging. Walau setelahnya ia meringis ke sakitan.
...
"aaww". Ringisnya lagi ketika cairan merah bata itu melekat kian dalam ke dalam kulitnya.
Dan ya, ia hanya mengobati lukanya sendiri. Lagi dan lagi. Hingga perban bewarna putih terlekat rapi di tangannya.
"gue ga ikhlas ya Tuhan". Gumamnya yang tengah berkesiap untuk pergi dari ruangan kecil yang tak besar itu.
Dan kini di sini lah ia.berjalan di antara koridor yang sudah di tata para arsitek dengan begitu rapinya.
Kring
Bunyi bel masukpun terdengar nyaring ke telinga pendengar. Membuat seluruh siswa yang berlalu lalang dan yang berkumpul mengaduh serempak. Karna mereka tak lagi bisa menonton aksi lucu dari seorang reni lagi.
Tampak reni tengah meneguk airnya dengan begitu rakus. Keringatnya menetes hingga membasahi punggung miliknya. Tentu rasa iba menyeruak di dada ledi. Hanya saja itu tak akan menjawab kata "apa ledi akan membantu?". Ia hanya melangkah pergi dengan senyum sinis yang di buat-buat. Ia tak akan merasa iba bahkan mengasihani wanita yang tak pantas di sebut manusia itu.
...
Ledi berjalan menuju bangku kayu miliknya. Dan entah sampah berupa apa yang memenuhi mejanya.
Sangat banyak tulisan akan permohonan dengan tulisan yang terbilang rapi. Tepat di sudut kanan bawah sebuah tulisan tertera.
"lelaki penyelamat?". Gumamnya membaca note-note kecil yang terekat begitu banyak di atas menjanya dengan isi yang juga sama.
"maf gue ga bisa,bantu lo". Gumamnya lagi.
Lalu membuka semua note-note yang tertempel di meja. Membuangnya ke tong sampah. Tidak semua, sebuah notes kecil masi ia rekatkan di atas meja, kertas bewarna pink toska.
Ledi menyunggingkan senyum kecil. Ada sebuah bahagia di sana. Entah bahagia yang bagaimana. Mungkin sesuatu yang di sebut suka?
Gak mungkin! Raung hatinya. Menolak akan pikiran yang menjelma di otaknya.
....
Kriiing..
"baiklah anak-anak, sampai ketemu di pertemuan selanjutnya. Dan reni temui saya di kantor". Tutur mis eni lantang. Reni hanya bisa mengaduh dan menundukkan pandangannya, dan seketika melihat ledi dengan sudut matanya.
Ledi hanya bersikap biasa.ia memasukkan buku-buku yang berserakan ke dalam tasnya. Tak ia hiraukan tatap reni walau sempat ia melihat sekilas.
Baiklah, ini momen yang bagus.
Ledi menyandang tasnya seusai melenyapkan semua buku di atas mejanya ke dalam tas. Ia berjalan pasti dengan langkah ringan. Ia tak akan pulang lebih dulu, ia harus menyaksikan reni,si wanita setan itu di hukum.
Dan sekarang, reni sudah tampak membawa seperangkat alat pembersih berupa pel dan ember yang berisi air menuju toilet pria ataupun wanita.
Ya...
Reni harus membersihkan semua toilet di sekolah ini,tanpa bantuan siapapun.
Reni selalu bersungut-sungut di setiap langkahnya, mengutuk ledi si wanita buruk rupa itu. Seharusnya ledi lah yang ada di posisinya,bukan sebaliknya. Dan lihatlah, ia harus membersihkan toilet sekolah, bahkan di rumah saja alias rumah syam, ia tak pernah menyentuh sapu bahkan kemoceng sekalipun.
Ia hanya perlu tidur,mkan,mandi, dan tentunya bersantai. Bukan seperti ini, seperti pekerjaan laknat ini yang hanya cocok untuk ledi bukan dirinya.
Reni memposisikan pelnya di lantai toilet, toilet wanita. Dan tentu syam tak ada bersamanya, lelaki itu terlalu takut pada lelaki tua bangka,ayahnya. Membuat reni sangat dan sangat ingin memukul syam sampai mengaduh kesakitan, tapi apa gunanya, bahkan lelaki itu tak akan merasa sakit karna pukulannya yang kecil ini.
Kiri,kanan,depan belakang. Itu lah yang di lakukan reni saat pel sudah di tangannya.
"apa kau senang?". Suara itu membuat reni mendongak. Dan menemukan ledi si buruk rupa di depannya. Ledi seakan seorang nyonya yang siap memarahi pembantunya.
"bagaimana? Apa ini belum cukup?". Ucap suara itu lagi.
"dasar wanita laknat!". Teriak reni. Kepalannya mengerat pada pegangan pel yang ia pegang.
"jaga cara bicaramu, aku hanya memeriksamu. Dan". Ledi mendengus sinis, dengan senyum yang juga tampak di wajahnya. " kau sangat berbakat menjadi babu". Tuturnya lagi.
Ya Tuhan, tidak ada kebahagian yang lebih membahagiakan dari ini.
Sorak hati ledi dari dalam sana. "lanjutkan pekerjaanmu". Ledi berkesiap pergi sebelum suara teriakan memanggil namanya.
"Lediiiiiii!!!!".
Brak!
Ledi menutup pintu toilet dengan ganas dan cepat. Lalu bersandar, mencoba menahan tawanya. Ia hanya cekikikan tak menentu.
" ketawa aja lo! Bantuin gue belajar!". Terdengar nada sumbang yang begitu indah tepat di telinga ledi. Lagi-lagi si lelaki pemilu, apa yang harus ledi lakukan.
"gue ga bisa!".
"kenapa".
"lo udah tau kayaknya!".
"gue bener-bener tulus temenan sama lo,dy".
"tapi gue tetep ga bisa, nama lo aja gue ga tau? Apa itu yang di sebut tulus menjadi teman?". Ledi kelewatan emosi. Entah kenapa kata tulus itu tak akan pernah ia percaya?
Memang siapa yang bisa tulus selain anjing,yang menjadi peliharaan?
"nanti akan ku beri tau, tapi bukan sekarang,dy?".
"kapan? Waktu lo udah ngehianatin gue?". Ketus ledi. Semua bahkan sudah tampak akan menghianatinya, jika ia percaya pada lelaki di depannya. Mungkin ia memiliki cara berbeda,dengan bersikap lebih baik dari para penghianat sebelum ini. Ya reni!
Ledi yang sedari bersender kini ia sudah berdiri tegak,menentang lelaki pemilu di depannya. Setidaknya ia akan dapat menatap mata penghianat di matanya. Tapi mata lelaki itu Nampak sendu, seakan bertanya, apa dirinya ini menemukan mata penghianatan di matanya.
Ledi membuang muka, lalu menundukkan pandangannya. Ia mendengus kesal. Entah ia harus bahagia atau kecewa. Mata lelaki pemilu ini seakan tak sama dengan mata penghianat yang lain. Sungguh ia tak bisa memiliki teman, tapi ini? Kenapa hatinya begitu mudah luluh. Bukan lagi seperti saat dirinya melawan duo setan itu.
"dy? Aku mohon?".
Lagi dan lagi, saat ledi melihat mata coklat itu ia kembali luluh. Mulutnya seakan mengajaknya untuk berkata " ya aku akan membantumu".
Dan itu sungguh memang terucap, sepasang mata di hadapan ledi tampak berbinar. Ia seakan ingin meloncat kegirangan.
"lo serius?".
Ledi mengangguk dalam diam. Sedikit malu-malu.
Dengan cekatan lelaki pemilu itu memeluk ledi dalam bekapannya. Ledi hanya bisa menegang seketika. Selama ini, mana ada dan mana pernah ia di peluk. Terkecuali saat ia kecil, seketika SD tak lagii ia temui kasih sayang yang sama dalam pelukannya.
"thanks, bulan besok gue ke apartement lo". Soraknya semangat dengan mengenggam erat kedua bahu ledi setelah melepas dekapannya yang sangat erat itu.
Ledi hanya mengangguk ragu. Kemudian diam seribu bahasa, jantungnya seakan tak lagi seirama. Ia berdegup tak menentu, terguncang begitu hebatnya. Bahkan kakinya seakan agar-agar yang siap jatuh sebentar lagi.
Dug!
"dy lo knp?". Teriak lelaki itu bertanya. Lalu berjongkok untuk melihat keadaan ledi. "lo kenapa?".
Ledi masih diam, kakinya masih seperti agar setelah ia menjatuhkan diri ke lantai yang keras itu. Lalu menatap kosong kearah depan, menikmati degupan aneh yang pertama kali ia rasa, berbeda dengan rasa kagumnya pada syam dahulu.
"dy, lo gapapa?".lelaki pemilu itu menepuk-nepuk kecil pipi berisi ledi.
"hah?". Ucap ledi tercengang. Kemudian berdiri seketika, mendorong tubuh lelaki pemilu di depannya. Dan berlari seketika, seakan terbangun dari mimpi buruknya.
Bukan!
Ini mimpi yang indah. Mimpi di mana lelaki pemilu itu memeluknya dengan hangat. Seakan arteri dan venanya memompa darahnya lebih cepat.
....
Kepo ya kelanjutannya?
Makasih udah baca walau way bener bener amatiran
jangan lupa vote ya kk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top