-SO WHAT?-
CHAPTER 20
-SO WHATS?-
DAMN HEART
Discalimer
Masashi Kishimoto
Story By
Lavendark
[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]
Genre
Romance, Drama, Slice of Life
.
.
.
.
.
Enjoy Reading!
.
.
.
.
.
"apa aku sudah cantik?" ujarnya bermonolog sendiri. Tentu, Hinata tak mau mempermalukan sang pempelai pria nantinya. Mengingat betapa tampannya sang mempelai prianya membuat Hinata harus tampil semaksimal mungkin.
Apa yang akan terjadi setelah ini? Hinata mulai menerawang masa depan.
Yaah sepertinya banyak yang akan terjadi.
'Kyaaa!' buyar. Lamunan Hinata buyar saat mendengar teriakan dari wanita di luar ruangannya. Disusul suarah gaduh seperti barang jatuh atau suara pecahan barang lainnya.
Hinata berdiri dari posisi duduknya, menatap pintu yang tiba-tiba didobrak.
Mata amethisnya membelalak.
Uchiha Sasuke.
Tampil dengan kemeja kusut, kantung mata tebal, rambut berantakan dan beberapa lebam di wajahnya. Bahkan sudut kiri bibirnya mengeluarkan darah.
"A-apa yang kau lakukan?!" Hinata terpekik kencang. Sedang Sasuke masih mengatur nafasnya. Nafasnya masih memburu, bertarung dengan beberapa bodyguard membuatnya sangat kelelahan dan terluka tentunya.
"kenapa kau selalu melakukan hal seperti ini padaku?!" suaranya berat, sarat akan kemurkaan "membuangku tanpa memikirkan perasaanku"
"A-apa?" Hinata masih syok, berusaha menetralkan semua keterkejutannya.
"kau tak mencintainya kan?" mata Hinata masih membola, berusaha mencerna apa yang sedang diucapkan oleh Sasuke.
Apa Sasuke sedang mabuk?
"Hinata, Jika kau tak mencintainya,..... ayo pergi bersamaku dari pernikahan ini"
.
.
.
...
.
.
.
Suigetsu menatap sebal kekasihnya.
"kau memanggilku hanya untuk ini?"
Karin yang sedang asik dengan red velvet tea-nya ikut mendelik kearah Suigetsu. "Hanya kau bilang?! Kau mau mati ya!" tangannya terkepal, Karin berancang-ancang untuk memukul kepala kekasihnya itu.
"Aku tak mungkin bisa membodohi sahabatku sendiri" Suigetsu merasa Lelah, bahkan Frapuccino yang biasanya adalah kesukaannya, kali ini tak tersentuh sama sekali. Semenjak Karin berceloteh mengenai rencana gilanya, Suigetsu tak nafsu untuk meminum pesanannya.
"Sudahlah, sayang. Biarkan ini berjalan alami, oke? Apa salahnya dengan CLBK?" Suigetsu membujuk, bahkan dia menyelipkan kata-kata sayang. Orang bilang, perempuan akan luluh jika dipanggil sayang oleh sang tercinta.
Bang! Gelas itu diletakan dengan kasar. Karin melotot ke wajah Suigetsu.
Lupakan kata orang. Nyatanya kata sayang dari Suigetsu tak berhasil membuat Karin luluh. Dia makin liar seperti hyena. Suigetsu jadi mempertanyakan perihal kekasihnya ini.... apa Karin benar-benar mencintainya?
"Alami kau bilang? Kau mau mati secara alami?!" Kentara sekali dari nadanya, Karin berusaha menjaga volumenya. Andai ini bukan di tempat umum, sudah di pastikan kepala merah Karin akan meledak-ledak.
"Hei! bisakah kau berhenti mengatakan mati?!" Suigetsu mulai terpancing kesal. "lagipula siapa yang akan menikahimu jika aku mati?"
Karin bersidekap, membisu sebentar, matanya masih memandang kesal sang kekasih. "kau belum boleh mati sebelum menikahiku!"
Suigetsu menahan senyumnya. Pada akhirnya, dialah yang akan luluh pada Karin. "Kenapa kau mau seperti ini?"
"Suigetsu, dengar!" Karin mencondongkan wajahnya "aku tau selama ini kau menghianatiku dengan bekerja sama dengan Uchiha Sasuke" Karin menyeringai saat melihat mata kekasihnya membelalak. Sudah Karin duga. "bukanlah suatu kebetulankan, jika Sasuke selalu berada di sekitar Hinata-ku"
"Ah, aku tidak tau itu!"
Mencoba mengelak, eh?
"Suigetsu, kali ini aku memaksamu untuk mendukungku!" Suigetsu mengenyit. "Jadi kau pilih mana? Kekasihmu atau sahabatmu?"
Pilih mana? Sudah jelas bukan! Tentu Suigetsu lebih memilih Sasuke, sang sahabat. Selama ini Sasuke berjasa besar untuknya. Terutama bagian finansialnya. Tapi, berhubung tanggal pernikahan Suigetsu dan Karin sudah ditetapkan di akhir tahun, maka Suigetsu tak bisa mengatakan secara jujur dia memilih siapa.
Jangan anggap Suigetsu jahat, karena nyatanya, Suigetsu tau.... kekasihnya juga akan lebih memilih Hinata dibandingkan dirinya.
"memilihmu" matanya bergulir kesamping, dengan nada malas Suigetsu menjawabnya.
Karin tersenyum. Dasara pembohong! Pikirnya dalam hati. Karin sangat tau jika kekasihnya ini akan selalu berpihak pada Uchiha Sasuke. masa bodoh! Karin tak peduli itu.
Karin mengeluarkan selembaran undangan. "serahkan ini pada Uchiha Sasuke" menyodorkannya tepat di depan wajah malas Suigetsu.
dengan lesu, Suigetsu mengambilnya. Lalu membaca nama yang tertera di undangan tersebut.
Undangan pernikahan antara Hyuuga Hinata dan Kenta Yamazaki. Kenta? Suigetsu pernah dengar Sasuke bercerita perihal lelaki ini. yang menjadi pria kencan buta dari Hyuuga Hinata.
"Dia pria yang baik, tapi tetap hanya aku yang paling cocok bersanding dengan Hinata" itulah ucapan yang dia berikan saat perutnya sudah tertusuk.
Budak cinta yang merasa dirinya adalah raja cinta. Hentikan omong kosong itu, Suigetsu sudah muak dengan sifat tsundere yang dimiliki sahabatnya.
"Karin, ini bisa menganggu pekerjaan proyek Uchiha" Suigetsu berkata jujur. Uchiha sedang dalam masa proyek besar, dan sesuatu yang berkaitan dengan Hyuuga Hinata adalah sebuah masalah untuk sang boss. Suigetsu tak mau jika harus dipaksa untuk kerja terforsir lagi.
"satu proyek gagal tidak akan membuat seorang Uchiha menjadi miskin" jawabnya cuek. Suigetsu menganga tak percaya. Enak sekali sang kekasih bicara seperti itu. memang tak miskin! Tapi kerugian milyaran itu bisa untuk banyak kebutuhan! Terutama kesejahterahan para pegawai.
"serahkan itu padanya. Bilang jika Hinata akan menikah... buat semua seolah-olah alami.... Dan buat dia berfikir jika aku tak mau memberitahunya..... seperti pernikahan rahasia" Karin mengabaikan dengusan sang kekasih. Awas saja jika kali ini pun Suigetsu menghianatinya! Karin akan buat perhitungan.
"haaaah! Lalu apakah pernikahan ini ada?" Suigetsu bertanya.
"tentu saja!"
"Siapa yang akan menikah?"
Karin mengeluarkan undangan yang sama persis. Suigetsu membaca nama asli yang akan menikah. Dia memutar bola matanya malas. "Hyuuga Neji"
"bukan hanya keluarga Hyuuga! Bahkan tante Mikoto juga mendukungku atas ide ini!"
"Ibunya Sasuke?" saat mengatakannya, Suigetsu terdengar seperti orang yang tidak percaya. Karin mengangguk antusias. "Karin, mungkin ini akan menurunkan semangatmu. Tapi Sasuke tak akan tertipu dengan trik macam seperti ini. kau lupa? Uchiha itu memiliki kecerdasan diatas rata-rata"
Karin tertawa. "menurunkan semangat apanya? Aku tau Uchiha itu cerdas! Tapi Suigetsu...." Karin kembali meminum red velvetnya secara anggun. "yang kita bicarakan ini adalah Uchiha Sasuke..... aku tau dia pintar...
Tapi, jika menyangkut Hinata......
.....Uchiha Sasuke, akan menjadi bodoh"
.
.
.
...
.
.
.
"Hinata, Jika kau tak mencintainya,..... ayo pergi bersamaku dari pernikahan ini"
Mencintainya? Mencintai siapa? Ada apa dengan Sasuke?
"Sa-Sasuke?" hanya itu yang keluar dari mulut Hinata. Sungguh dirinya bertanya-tanya.... Ada apa sebenarnya? Penampilan kusut diacara skaral pernikahan? Hinata mencium bau aneh.
"Apa artinya perhatianmu padaku selama ini? saat dirumah sakit? kasihan kah?" wajah pria itu mulai menunduk, dan Hinata masih tidak mengerti. "kau merasa bersalah karena aku telah menyelamatkanmu kemarin?" lagi, meracau tak jelas.
Tangan putih itu ditarik paksa. "ayo pergi!" Hinata bisa merasakan tangan Sasuke berkeringat. Sasuke gugup? Atau... takut?
"tidak bisa!" sekali sentakan tangan itu terlepas. Bahu Sasuke merosot jatuh. Tidak bisa. tentu saja..... Hinata akan menjadi pengantar untuk mempelai wanitanya.... Maksudnya yang sebentar lagi menjadi kakak iparnya.
"kau bilang tipe mu adalah pria dengan wajah biasa. Kupikir Kenta terlalu tampan untuk wajah yang biasa" langsung saja Sasuke duduk bersimpuh, wajahnya ditundukkan, sedangkan Hinata masih berdiri menatap Sasuke yang terduduk didepannya.
Tunngu dulu! Kenta? Apa?
Hinata lagi-lagi tersentak saat tiba-tiba Sasuke menarik paksa pinggangnya, memeluknya erat dan menenggelamkan wajahnya ke perut Hinata.
Wajah Hinata langsung memerah. Pria ini mendadak jadi agresif. Hinata tak mengerti.
"sa-sasu.."
"aku akan operasi plastik!" kalimat Hinata dipotong. Apa katanya? "aku akan operasi agar wajahku tidak terlalu tampan!" Hinata pikir ini sudah gila! "jangan menikah dengannya"
Menikah? Apa Sasuke mengira ini adalah acara pernikahannya? Hinata merasa basah diperutnya. Apa Sasuke menangis? Ah sial! Gaunnya tercampur dengan darah dan air mata Sasuke.
"Benci saja aku, itu tak apa... tapi benci sambil mengurusku seumur hidup! Aku tak masalah dengan itu" wajah Hinata agaknya mulai memerah mendengarnya. Tunggu... apa Sasuke... mengajaknya hidup bersama?
"jika kau tak mau punya suami yang kaya....mari menggelandang bersama!" Sasuke melanjutkan racauannya, meninggalkan Hinata dengan sebuah angan-angannya. Sial! Seorang Uchiha Sasuke tak bisa di bayangkan menjadi miskin. Auranya Hinata rasa terlalu kaya.
Tapi lebih daripada itu.....
Dimana harga diri Sasuke? Hinata diam. entah kenapa ini menjadi sebuah kesenangan untuknya. Biar saja Sasuke salah paham untuk beberapa menit kedepan.... Hinata berfikir, jika bukan sekarang.... Kapan lagi dia akan mendapat momen langka ini?
"Hidup denganmu? Itu terlalu...... berat" Hinata ikut arus situasi. Hinata yakin nadanya agak ragu-ragu... ah! Dia bukan artis yang baik. "apalagi jadi gembel" lirihnya lagi. Hinata bisa merasakan pelukannya semakin mengerat.
Ugh... sesak!
"Jadi kau mau apa?" suara Sasuke agak samar-samar! Ya.... dia berbicara sambil membenamkan wajahnya. "aku bisa membuang segalanya untuk itu! aku tau keadaan ku sekarang sangat tinggi dibanding denganmu. Jadi layani aku seumur hidup. Bagaimana?"
Hinata memutar bola matanya malas. Mulai lagi dia!
Hinata mulai bingung dengan keadaannya. Tak tega jika melihat Sasuke mulai nelangsa seperti ini.
"Jangan tinggalkan aku.... Kumohon! Kau akan sangat jahat jika ini hanya karena kejadian waktu SMA." Nadanya jadi lirih. Hinata tak bisa lagi berbohong. "itu memang kesalahan.... Tapi....... Aku belum dewasa saat itu" pelukannya kian mengendur. Hinata rasa Sasuke sudah mulai Lelah. "kau tau.... itu hanya masalah hormone remaja..." Hinata tersenyum senang.
Harga diri Sasuke itu sangat tinggi, Sejak saat mereka memasuki SMA. Sekarang ini... Sasuke mengingatkannya pada Sasuke saat maisih SMP. Lugu polos dan apa adanya. Untuk membuang harga dirinya yang sangat tinggi seperti sekarang ini..... sudah pasti, Hinata tau bagaimana Sasuke sangat menginginkannya.
".....Jangan menikah dengannya. Kurasa dia belum terlalu setia jika baru mencintaimu dalam satu bulan belakangan" wajahnya menunduk. "tidak selama diriku.... Hinata. Sejak SMA... tidak! Sejak SMP.... Hingga sekarang...... aku..." hening sebentar. Hinata ingin sekali tertawa. Sesulit itukah untuk bilang cinta?
"aku...masih sangat mencint-"
"Ini bukan pernikahanku" Hinata memotong ujaran Sasuke. dan dia melihat kepala raven itu mendongkak padanya. Hinata terkekeh. "tidak perlu mengatakannya. Karena aku sudah tau semuanya..." Sasuke agak mundur saat Hinata ikut berjongkok di depannya.
Tunggu dulu! Entah kenapa Sasuke merasakan seperti dalam adegan si buruk rupa dan si tuan putri.
Ini terbalik!
Hinata tersenyum geli. "tak apa jika kau tak bisa mengatakannya. Bisa merasakannya... itu sudah lebih dari cukup untukku"
"bukan pernikahanmu?" Hinata menggerang kesal. Merusak suasana romantis. Apa Sasuke tak tau? Hinata juga ingin menyatakan perasaannya. Kenapa dari sekian banyak pertanyaan.. justru itu yang ditanyakan Sasuke?
"Ck... bukan. Ini pernikahan Neji-nii" Hinata berdiri dengan kesal. "dan kau sepertinya sudah merusaknya. Lihat! Dandananku berantakan" Hinata berbicara dengan nada yang datar.
Dan dengusan besar keluar dari mulut Sasuke, Sasuke tertawa sumbang sebentar, berdiri sambil membenahi dasinya. Dia meninggalkan proyeknya hanya untuk seperti ini?
"Suigetsu brengsek" Sasuke hanya bergumam. Tapi Hinata mendengarnya. Suigetsu? Apa ini ulahnya Karin? Hinata harus mentraktirnya kapan-kapan.
Mereka berdua berpandangan sejenak, Hinata dengan wajah tersenyum, dan Sasuke dengan wajah datarnya.
"Apa yang kulakukan disini?" Sasuke berdehem. Lalu berbalik ingin pergi meninggalkan Hinata. Dia mensetting otaknya untuk segera melupakan kejadian ini.
Hinata terkekeh lagi. Sasuke menghancurkan momen pernikahan sang kakak... seharusnya Hinata marah, namun entah kenapa dia senang. Untuk sesaat, Sasuke terlihat sangat manis.
"Jangan operasi plastik atau menyumbangkan semua harta milikmu!"
"Apa?!" Sasuke berbalik tak percaya.
"tak masalah untukku memiliki suami kaya dan tampan. Bukankah sekarang aku sudah menjadi sangat cantik?" Hinata geli sendiri saat mengatakannya. Sepertinya virus narsis Sasuke mulai merambat ke dirinya. Sasuke hanya membalas decakan.
Lihat wajah tegas yang memerah itu. Sasuke kembali berbalik, tangannya hampir menyentuh kenop pintu. namun membeku saat Hinata mengatakan sesuatu padanya.
"Sasuke... aku akan membawa ayahku kerumahmu"
Kini Sasuke benar-benar marah. "jangan berani-beraninya kau melakukan itu!" apa Hinata bermaksud untuk melamarnya? "itu bagian ku! Jangan terlalu rakus karena kau sangat menyukaiku" mengatakannya sambil membuang wajahnya. Apa Sasuke merona? "kau tunggu saja di rumah. Dandan yang cantik, dan akan kuberikan cincin yang tak kalah cantiknya"
Hinata menunduk. Oke, kali ini Hinata rasa wajahnya lebih merah. Sangat panas! "i-ini memalukan" Hinata menutup wajahnya yang memerah dengan tangan. Rasa-rasanya ingin menyembunyikan wajahnya.
Kapan terakhir kali Sasuke bersikap seperti ini padanya? Saat liburan kululusan SMP mungkin? Karena saat SMA, kepribadian Sasuke sudah mulai dingin.
"Jangan gunakan tanganmu. Sini!" Sasuke mengatakan itu. Hinata menurut dengan berjalan ragu-ragu. Saat hampir mencapai Sasuke, pundaknya langsung ditarik. "lambat!" wajahnya menubruk dada bidangnya. Ini tempat persembunyian yang bagus.
Sasuke mengeratkan pelukannya. Harum yang sangat dirindukannya. Ah! Untuk kejadian memalukan ini....
"jangan ceritakan kejadian ini pada siapapun, oke?"
.
.
.
...
.
.
.
FIN
.
.
.
Epilog
.
.
Apakah ada malam pertama yang tidak normal seperti ini?
"Aku tidak percaya ini!" Hinata menatap marah Sasuke. sedangkan yang ditatap masih duduk santai sambil meminum kopi dan menggigit roti panggangnya. "kenapa kau lakukan ini padaku!!!" Hinata makin kesetanan saking kesalnya. Hal yang disesali dari bumi ini adalah waktu yang tak bisa di ulang.
Jika bisa, maka Hinata akan kembali ke malam tadi dan tak meminum susu buatan Sasuke.
"Ada apa?"
Ada apa katanya? Kemarin baru saja mereka menikah, seharusnya malam tadi adalah malam semanis madu untuk Hinata. Tapi lihat kelakuan suami brengseknya ini.
"aku curiga sejak bangun tadi... dan aku menemukan ini di dapur" Hinata mengangkat bungkusan obat. Sasuke sedikit tersedak saat melihatnya.
Ketahuan, eh?
"seharusnya aku curiga saat lelaki dengan harga diri sepertimu mau membuatkan aku susu" matanya menyipit tak suka. "aku ingin dengar penjelasannya!"
"Eum... yah... itu." suaranya gugup. Hinata bersidekap.
"Apa?" tuntutnya
"kau tau? biasanya, untuk seorang perempuan yang selesai resepsi, mereka tak mau melakukan 'itu' karena kelelahan" Sasuke memainkan roti panggangnya canggung.
"jadi?" kelelahan? Hinata masih belum menangkap maksudnya.
"tentu saja..... aku sangat ingin tadi malam. Jika aku mengatakannya..... aku akan malu jika ditolak" jelasnya.
Hinata menganga tak percaya.
"Kau memberiku obat perangsang hanya karena kau terlalu gengsi meminta padaku duluan??!" alasan yang justru membuat Hinata tambah murka.
Sasuke mengangguk santai. Lanjut sibuk dengan sarapannya.
"ah! Seharusnya kau minta saja! aku sangat tau kewajibanku sebagai istri!" Hinata sudah tak habis fikir, entah seberapa tinggi harga diri suaminya ini. bahkan hanya untuk meminta jatah... Sasuke ingin Hinata duluan yang menawarinya. Ini tak masuk akal! "aku akan melakukannya saat kau memintanya!" lanjutnya lagi.
Kenapa Hinata mau mau saja menikah dengan pria brengsek seperti ini?!
"Lain kali kau saja yang menawariku" ujarnya.
Hinata menahan napasnya sejenak.
"Sasuke, bukan seperti itu cara kerja sepasang suami istri" Hinata meratapi malam pertamanya yang gagal. Entah kenapa Hinata merasa seperti diperkosa oleh suami sendiri. "Apa kau tidak mau melakukan itu dengan kondisi sama-sama sadar?" Hinata tak mengerti dengan jalan pikiran pria ini.
"Yah... itu sangat disayangkan" Sasuke memasang mode berfikir. Lalu menatap Hinata acuh "tapi kau tau sisi positifnya?" Hinata mengernyit. Dan Sasuke kembali berbicara "kau sangat liar tadi malam"
Cukup. Kesabaran Hinata sudah habis. Matanya menyipit tak suka kearah Sasuke yang memandangnya nakal.
"Aku akan pulang kerumah ayah" ujarnya dingin sambil menaiki tangga.
"Ah? Ap-apa? Tidak he-hei! Hinata!" dan Sasuke mengejarnya kelantai atas.
.
.
Apakah ada suami yang menghentikan istrinya pulang dengan cara yang tak lazim?
"Hinata.... Kau serius?" Sasuke mulai kebakaran jenggot. Siapa yang tidak ketakutan saat melihat istrimu sedang mengisi koper dengan pakaiannya? Tidak ada! Apalagi ini baru satu hari setelah mereka menikah.
Hinata diam mengabaikan Sasuke.
Sasuke mulai memikirkan cara lainnya.
"balas dendam!"
Berhasil, Hinata menatapnya penuh tanya. Raut kemarahan masih bercokol disana.
"ini impas! Aku juga dipermalukan saat pernikahan kemarin" Sasuke mengingatnya, bagaimana adegannya saat meminta Hinata tak meninggalkannya di tampilkan dilayar video. Sasuke tak tau, Hinata berkomplot dengan Karin untuk menjatuhkan harga dirinya.
Faktanya yang membuat video itu adalah hanabi, atas perintah Karin tentunya. Bayangkan bagaimana malunya Sasuke saat memohon untuk tidak ditinggalkan. Bahkan Sasuke mengatakan hal hal memalukan lainnya seperti operasi plastik atau menjadi gelandangan.
"sudah kubilang! Itu bukan aku" Hinata jujur, jangankan video, Hinata saja awalnya sama sekali tak tau rencana Karin. Hinata juga sama terkejutnya kemarin. "jangan jadikan itu sebagai alasan. Kau memang hanya sedang bernafsu tadi malam" lanjutnya
Sasuke diam. perkataan Hinata adalah sepenuhnya benar. Sasuke hanya sedang sangat bernafsu, namun malu untuk mengutarakannya. Dia itu pria sempurna, seharusnya Hinata lah yang memohon untuk di puasi.
"k-kau juga membakar semua pemberianku saat pacaran dulu" Sasuke mengingatnya lagi. Sangat sakit hati. Saat Sasuke berjuang mati-matian dalam menyimpan kancing usangnya, Hinata justru dengan mudahnya membakar semua pemberiannya. Apa Hinata tak tau apa itu yang disebut kenangan manis?
"Kau mengungkit itu lagi!" Hinata selesai dengan beberapa pakaiannya. "itu adalah salahmu! Kau membuatku sakit hati..." Hinata jadi ingat pertemuan kembali mereka saat dirumah sakit. "lagipula... kau sudah punya tunangan saat itu. untuk apa aku menyimpan benda pemberian dari tunangan orang lain?" Hinata menutup kopernya.
Sasuke tambah kelabakan. Perkataan Hinata sukses menghancurkan semua argumennya.
Hinata mulai berjalan. Tidak lucu jika hiashi tau mereka bermasalah saat baru menginjak hari pertama sebagai suami istri.
Bagaimana normalnya? Bukankah seharusnya di hari pertama pernikahan sepasang suami istri asik bergelung dibawah selimut? Kenapa jadi seperti ini?
Eh? Dibawah selimut.
Ah benar!
"tunggu" Sasuke menarik lengan Hinata.
"apalagi?" Hinata memandang Sasuke.
"sebelum pergi, layani aku dulu"
"Apa?"
"kenapa? Kau sendiri yang bilangkan?" Sasuke menyeringai nakal saat wajah istrinya mulai terlihat tak nyaman. "jika kau meminta... aku akan melayanimu. Kau yang tadi bilang seperti itu.... jika aku mengatakannya... maka kau akan melakukannya" Hinata memberontak kecil, tapi Sasuke punya tenaga setan. "kau juga ingin kan? Melakukan itu dengan sama sama sadar?"
"Ta-tapi...."
"ayo! Aku sedang ingin" tanpa babibu, Sasuke menarik Hinata ke atas ranjang. Kebetulan mereka memang sedang dikamar.
Kebetulan yang menyenangkan.
"he-hei!"
.
.
.
Suami yang biasa saja saat tau istrinya hamil (bag 1)
"Kau hamil?" pertanyaan itu langsung keluar saat Hinata menyerahkan testpack padanya. Tak perlu seperti di drama-drama yang terharu atau terkejut, faktanya Sasuke sudah tau itu. tentu saja.... siapa yang meragukan tentang kesuburan gen Uchiha? Tidak ada.
Hinata mengangguk. "Aku gugup! Tapi senang..... aku akan jadi seorang ibu" Sasuke memutar bola matanya malas. Istrinya itu terlalu ekspresif.
"kita rayakan yuk" Hinata duduk disamping Sasuke. sambil menyingkirkan koran yang sedang dibacanya.
"jangan sekarang" tolakan yang membuat Hinata tersinggung.
"Apa? Kenapa?"
"aku sedang sibuk" sakit hati? Tidak... Hinata sudah biasa dengan ini. lihat saja... Hinata bisa menebaknya. Pasti akan ada kejutan yang diberikan suaminya nanti. Selalu seperti itu. seperti contohnya saat bulan madu pertama mereka.
'Ah... tidak bertanggung jawab. Suigetsu membayar hutangnya dengan memberikan ku dua tiket ke Maldives. Sekarang aku harus bagaimana? Kau mau menggunakannya, Hinata?' itulah yang dikatakannya saat itu. Hinata tau, Sasuke hanya berbohong. Satu jawabannya. Dia terlalu gengsi. Itu terlalu kebetulan. Saat itu Hinata memang pernah mengatakan ingin bulan madu ke Maldives sebelum menikah. Dan tiga hari setelah menikah, Sasuke tiba-tiba mendapatkan tiketnya. Terlebih dari Suigetsu yang katanya membayar hutang. Sejak kapan Suigetsu berhutang pada suaminya? Apa Sasuke lupa jika Karin istrinya adalah keturunan orang kaya melarat?
"Kalau begitu, aku akan memasak yang enak saja dirumah" Hinata berdiri dan menuju dapur sambil bersenandung.
Sasuke meletakan korannya. Menelik kearah Hinata yang sudah pergi. Tidak ada. Dia mengambil ponselnya dan mengirimkan sesuatu ke Suigetsu.... Asisten serba bisanya.
"yesss!!!" girangnya tertahan. Lalu mengangkat lagi testpack yang diberikan Hinata dengan senyuman berseri-seri. "aku akan mengabadikan ini di museum milik Uchiha"
.
.
Suami yang biasa saja saat tau istrinya hamil (bag 2)
"Kau tidak pulang? Istrimu kan sedang mengandung 3 bulan.... Apa dia tidak ngidam?" Suigetsu bertanya. Sejujurnya ini adalah pengusiran secara halus pada bosnya yang sedang asik menegak wine nya. Suigetsu ingin bermanja-manja dengan Karin.
Bos sialan.
"tidak. Aku sibuk. Dan istriku tau posisinya. Dia sudah cukup beruntung dengan menikah denganku" ujarnya omong kosong. Suigetsu memutar bola matanya malas.
"ngomong-ngomong, ini terlalu cepat.... Maksudku, Karin saja sampai sekarang belum Hamil"
Sasuke terkekeh mendengarnya. "yah mau bagaimana lagi? Hinata tak mau menyia-nyiakan suami tampan sepertiku" Suigetsu menyesal telah bertanya. "kau tau, setiap kali ada kesempatan dia selalu minta bercinta denganku.... Yah... tidak heran juga, semua perempuan yang punya suami sepertiku pasti kenafsuannya akan selalu meningkat" Suigetsu berdecak. Mereka memang sudah dewasa... tapi sex rumah tangga? Bukankah itu terlalu vulgar?
"Bahkan dia pernah memberikanku obat perangsang agar bisa menguasai diriku.... Istriku sangat liar" ujarnya bohong. "ah... memang seperti itu seharusnya"
Suigetsu sangat tau yang sebenarnya. Istrinya -Karin- itu bermulut besar..... Karin selalu meminta Hinata menceritakan lika liku rumah tangganya, yang nantinya akan diceritakan ke Suigetsu. Sejujurnya, Suigetsu tidak ingin mendengar itu.
Telinganya benar-benar dipenuhi oleh Hinata, Hinata dan Hinata. Tidak dikantor, dirumah..... ah sial! Bahkan terkadang di saat sesi bercinta mereka, Karin selalu mengajaknya bergosip perihal rumah tangga Hinata.
Bukankah itu terlalu hina?
Ponsel Sasuke berbunyi. Sepersekian detik dan Sasuke langsung mengangkatnya. Lihat siapa yang budak cinta sekarang? Sasuke selalu berkoar-koar padanya jika Hinata itu menjadi budak cintanya.
Tapi kenyataan itu pahit kan?
Semua orang tau bagaimana perasaan bosnya pada sang istri. Bahkan saat istrinya hamil, si bos ini seenaknya meliburkan kantor selama tiga hari. Apa itu tidak terlalu berlebihan? Dan ponselnya. Ringtone panggilan dari istrinya dibuat berbeda dengan ringtone yang lain... dan bosnya ini selalu sigap saat mendapat panggilan telfonnya. Bukankah itu terlalu menjadi suami siaga? Seisi kantor sangat tau... jika bosnya itulah yang terlihat seperti budak sang istri.
Tapi mereka diam. selalu mengatakan 'istri anda benar-benar beruntung mendapatkan suami seperti anda' itu bohong. Para pekerja justru merasa kasihan pada Hinata. Oh ayolah... istri bosnya itu sangat cantik dan anggun.
Tapi para pekerja memilih diam dan berbohong. yah... itu agar bosnya selalu dalam suasana hati yang senang.
"yah, kau benar..... istrimu sungguh beruntung bisa menikah denganmu" Sasuke hanya menyeringai menanggapi ucapan Suigetsu. "ah! Bagaimana kejutan berlian sebagai hadiah istrimu hamil? Apakah berjalan lancer?"
"tentu saja"
.
.
Suami yang tidak punya hati kepada orang lain. Bahkan wanita sekalipun.
"kau tidak apa-apa?" wajahnya datar, tapi Hinata bisa menangkap nada kekhawatiran disana.
"aku tidak apa-apa" Hinata mengatakannya. Meski perutnya rasanya seperti kram, tapi Hinata tak mau jika suaminya khawatir. Inilah momen yang Hinata tunggu-tunggu dari Sembilan bulan yang lalu.
Sebentar lagi dia akan melahirkan. Perutnya Sudah berkontraksi tadi. Dan disinilah dia. Berbaring diruangan vvip rumah sakit hanya untuk menunggu proses bersalinnya. Hinata rasanya ingin tertawa saat melihat Sasuke marah karena dokter yang akan menanganinya adalah seorang pria.
Dan dengan segala kekuasaan yang dimilikinya, dokter itu langsung diganti dengan seorang wanita paruh baya.
Dokter tsunade namanya.
Hinata mengelus perutnya. Bayinya adalah perempuan. Sasuke yang memaksanya untuk cek kelamin. Padahal Hinata ingin ini menjadi kejutan saja. suaminya terlihat agak kecewa saat mengetahui bayinya perempuan.
Ah tidak apa... Hinata bisa memberikan bayi laki-laki nanti. Mengingat bagaimana bringasnya sang suami jika berbicara perihal bercinta. Sudah pasti, anak kedua akan muncul tak lama setelah kelahiran putri pertama mereka.
"Sekitar enam jam lagi, kurasa bisa dimulai proses persalinannya" Hinata dan Sasuke menatap tsunade. Hinata tersenyum dan Sasuke seperti biasa. Datar.
Setelah berbincang-bincang sedikit, dokter keluar, diikuti dengan Sasuke.
"Dok" panggil, Tsunade menoleh padanya.
"ada apa?"
"tidak perlu basa-basi. Jika sesuatu hal buruk terjadi pada istri dan putriku,.... Maka rumah sakit ini akan kuhancurkan.... Begitu juga denganmu" unjuknya pongah.
Tsunade menganga.... Dan tertekan. Seharusnya, sebelum bekerja, dokter tidak bileh diberikan ancaman.
Apalagi perihaln nyawa! Memangnya dia tuhan?
Dasar kejam dan tidak sopan!
.
.
Ketika sang ayah berbohong pada putrinya
"Apa aku akan menikah dengan Arata?" Hinata mengernyit saat tiba-tiba sang putri membahas mengenai nama pria. Terlebih, menikah? Hei, putrinya masih sekolah dasar... bagaimana dia punya pemikiran gila seperti itu?
"Arata? Siapa itu?"
"teman sekelasku... dia sudah mengatakan menyukaiku hingga puluhan kali.... Aku belum mau menikah kaachan" Hinata tak terkejut. Putrinya cantik.. dan sekarang adalah zaman yang semakin modern. Dimana anak-anak yang seharusnya masih asik bermain, sudah mulai mengerti apa yang disebut dengan cinta-cintaan.
Tapi menikah? Serius?
Terdengar suara Sasuke diluar. Ah benar. dia pulang kerja. Ah biarkan saja... Hinata sedang asik mengobrol dengan sang putri.
"kenapa kau berfikir tentang pernikahan, Ayumi?" Hinata bertanya pada sang putri.
Sang putri menggeleng kecil.
"Ayah bilang... keturunan Uchiha, memiliki kutukan"
"eh?" Hinata makin tak mengerti.
"Hinata, kenapa kau tak menyambutku?" terdengar suara jengkel dari pintu masuk, dan benar saja... muka sang suami tertekuk masam.
Hinata tak acuh. Sasuke makin kesal. Namun dia jadi penasaran tentang obrolan antara ibu dan anak itu. sepertinya seru.
"Kutukan seperti apa?" Hinata bertanya, lalu Sasuke menyemburkan minumannya. Di dapur. Hinata bisa melihatnya dari ruang makan, dan mengernyit aneh dengan gerak-gerik suaminya.
"sama seperti touchan.... Kaachan dan touchan menikah juga karena kutukan itu kan?" Ayumi mengatakan itu sambil menatap sang ayah, Hinata mengikuti tatapan itu, lalu dia melihat Sasuke sempat menggeleng-geleng kecil.
Ada yang aneh.
"kutukan? Kaachan tak mengerti, sayang"
"huh! Aku sudah tau perihal kisan kaachan dan touchan. Touchan sendiri yang cerita. Katanya... kachan selalu mengejar-ngejar touchan.... Bertahun-tahun sampai akhirnya touchan dengan terpaksa menerima kaachan" Hinata terkejut bukan main. Dan langsung mendelik kearah Sasuke yang membuang wajahnya.
"eum... dimana kensuke ya?" ujarnya sambil berjalan menjauh. Dia lari dari tanggung jawab! menjadikan putra kedua mereka sebagai alasan.
Hinata menyerah. Anggaplah itu benar, lalu apa hubungannya dengan Arata.
"dan sekarang Arata selalu mengejar-ngejar diriku.... Ini seperti kutukan yang dibilang touchan... apakah pada akhirnya aku akan menikah dengan Arata? Seperti kaachan dan touchan?" putrinya memanyunkan bibirnya "touchan beruntung karena kaachan cantik.... Tapi Arata...ugh dia jelek"
Putrinya terlalu polos untuk di manfaatkan. Seperti biasa, suaminya adalah bentuk antensi kebrengsekan. Bisa bisa nya dia menjadikan putrinya sebagai ajang kepuasan harga diri.
"tidak seperti itu, sayang" Hinata mengelus puncak rambut raven itu. "pada akhirnya, kau bisa menikah dengan pilihanmu nanti"
"Apa touchan dan kaachan bahagia?"
Hinata tersenyum. Dan mengangguk.
"tentu saja"
.
.
.
Ketika sang Istri harus menjaga rahasia rapat-rapat
"Hinata?" Sasuke menepuk pundak sang istri. Hinata menatapnya malas.
"kau berbohong pada Ayumi... apa gunanya itu?" ah bodohnya Hinata bertanya. Tentu saja jawabannya harga diri.
Hinata lupa jika suaminya ini sangat gengsian.
Sasuke menghendikan bahunya. "Eumm.... Tolong jangan katakan kebenarannya ya?"
"Apa?" hinata tak masalah jika orang lain menganggap seperti itu. tapi ini adalah anak mereka... tentu saja hinata keberatan jika dicap sebagai budak cinta suaminya.
"Eum.... Ayolah aku hanya ingin terlihat keren didepan putriku"
"bagaimana denganku? Kau membuatku seperti seorang budak cinta!"
Sasuke diam. bukankah itu benar? jika hinata adalag budak cintanya.
Ini akan menjadi diskusi yang sulit. bagaimana caranya membujuk sang istri?
"baiklah... aku tak akan mengatakannya. Sudah terlanjur" Sasuke membelalak saat Hinata berkata demikian.
"Eh kenapa mudah sekali?" kenapa mudah sekali? Padahal Sasuke biasanya harus menyiapkan hal-hal romantis yang menguras dompetnya hanya untuk persetujuan Hinata.
"yah... mau bagaimana lagi. Aku tak mau Ayumi berfikir jika ayahnya tukang bohong"
Mendengarnya membuat Sasuke tersenyum.
"bagaimana jika kita menambah anak seperti Ayumi?"
"apa?!"
.
.
Alasan seseorang mencintai pasangannya.
"Sasuke?"
"hm?" Sasuke membalas cuek. Sasuke sedang fokus dengan pekerjaannya. Kemarin dia libur karena sang putra sakit. Jadilah hari ini dia membawa pekerjaan kantornya ke rumah.
"tadi aku dan Karin bertemu.... Dan mengobrol perihal ini dan itu" Sasuke mengernyit, nada istrinya seperti ragu-ragu. Ada apa?
"ini dan itu?"
"aku baru sadar saat Karin bertanya.... Eum.. apa yang membuatmu menyukaiku? Dan memilih menikah denganku, Sasuke?" pipi Hinata memerah.
Sasuke memandangnya risih. Hinata kelabakan.
"Ah! Aku tau ini terdengar kekanak-kanakan.... Seperti remaja tanggung, tapi aku benar-benar penasaran"
"kau tau aku tak akan menjawabnya" seperti Hinata tak mengenal Sasuke saja. harga dirinya itu melebihi langit ketujuh.
"Ayolah Sasuke... aku serius" merajuk. Ini adalah kehamilan ketiga istrinya, dan dia menjadi sangat manja.... Melebihi saat hamil pertama dan kedua. Dia berharap anaknya tidak akan manja. Sasuke terkadang pusing menghadapi sifat putrinya yang manja. Untunglah Kensuke tidak seperti itu.
"Hah...." Sasuke menghela nafasnya. Melepaskan kacamata kerjanya. "bagaimana denganmu?"
Hinata tersenyum. "aku tidak tau... aku hanya menyukaimu saja. mmm.... mungkin terdengar klise, tapi bukankah cinta itu tanpa alasan?" istrinya terlihat malu-malu saat mengatakannya.
"apa kau juga seperti itu?" tanya Hinata lagi. inginnya Sasuke mengiyakan ucapan itu. tapi, dia rasa istrinya harus tau kebenarannya.
Tentu saja ada alasan kenapa Sasuke menyukai seorang Hyuuga Hinata.
"tidak" ujarnya singkat "Aku punya alasannya" ucapan itu membuat Hinata sedikit kecewa. Cinta sasuke beralasan... apakah itu tandanya cinta sasuke bukan cinta sejati? Jadi karena apa? Fisik? Hati? Sifat?
"dengar baik-baik. Aku hanya akan mengatakannya sekali...." Hinata mengangguk malas. Moodnya sebagai ibu hamil sudah hancur tak bersisa.
"hal yang paling membuatku mencintamu adalah....
.....kau"
"Apa?"
"semuaya, Hinata.... Kelebihan dan kekuranganmu... semua yang ada didalam dirimu lah yang membuatku menyukaimu" Hinata terbelalak sebentar.
Hinata tersenyum malu-malu. Moodnya kembali lagi.
Kenapa suaminya jadi romantis begini.
"katakan lagi"
"tidak!"
Hinata diam. sudah menduga suaminya tak mau mengatakannya lagi. Tak apa. Sepertinya Hinata ingin memberikan hadiah pada suaminya.
"eum.... Sasuke"
"Apalagi?"
"mengenai umur kandunganku"
"kenapa?"
"kupikir sudah aman untuk melakukan 'itu'" ujarnya sambil menutup diri diselimut. Hinata agak malu saat mengatakannya.
Pekerjaan tinggalah pekerjaan. Siapa yang bisa menolak ini? tentu Sasuke tidak bisa menolaknya. jarang-jarang Hinata yang mengatakannya dulu.
Menutup berkasnya, Sasuke tersenyum kearah Hinata.
"Aku datang....."
.
.
.
Epilog End
.
.
Sasuke, satu hari sebelum hari pernikahan Neji.
"Jadi itu bohong?" Sasuke kesal setengah mati, rasa-rasanya ingin membanting ponselnya. Tidak! Dia sedang menelfon mata-matanya..
"iya, Sasuke-sama"
"lalu, siapa yang menikah?"
"Hyuuga Neji"
Sasuke menutup matanya.
"kerja bagus, bayaranmu akan kutransfer setelah ini"
Tanpa di cari tau, Sasuke tau siapa dalangnya. Karin si merah idiot. Bagus. Bahkan Suigetsu tega menghianatinya. Karena kebohongan yang dibuatnya ini, membuat Sasuke uring-uringan selama beberapa hari. Untungnya Sasuke masih mencoba mencari tau kebenarannya. Dan baru terungkap setelah Sasuke membuat rencana untuk mengajak Hinata kabur.
Ah idiot.
Lalu bagaimana dengan rencana yang sudah disusunnya?
Sasuke bercermin, dan menatap undangan palsu dengan nama Hyuuga Hinata dan Kenta Yamazaki. Ah, nama Kenta sudah dicoret dengan spidol hitam oleh Sasuke.
"sampai sejauh ini ya?" dia bermonolog. Lalu dia terkekeh sebentar.
"yah... kurasa lebih baik aku yang menyerah" ujarnya. Benar. bukankah butuh pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu?
Baiklah, untuk kali ini saja... Sasuke akan mengalah.
Lalu dia kembali menatap cermin, sedikit menyeringai menatap pantulan wajahnya.
"Kuharap aktingku bisa bagus besok"
.
.
FIN
.
.
.
Tidak ada basa basi... tapi akan kukatakan.
SELAMAT UNTUK DIRIKU SENDIRI KARENA SUDAH MENAMATKAN SALAH SATU STORY KU LAGI.
Fyuhh..... berkurang satu.
Mau kuberikan gambaraan masa depan lagi?
Pada akhirnya, Ayumi akan menikah dengan Arata. Woow... apakah kutukan Uchiha itu benar? tidak... tentu saja Sasuke berbohong.
.
.
.
Maaf untuk yang request GOD... karena aku mempertimbangkan, sepertinya aku harus menamatkan cerita ini dulu. Benar, terlalu nanggung jika dibiarkan.
Oke... kita tidak akan bertemu lagi di story ini
Sampai jumpa di story yang lainnya.
Have a nice Day! Nakama
Signature (Lavendark)
15 July 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top