-CONFUSED-

DAMN HEART

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]

Genre

Romance, Drama, Slice of Life



-Hinata POV-


Aku melihat kekasihku terbaring lemah. Abaikan pertemuanku dengan sang mantan. Dia sama sekali tidak penting!.

"Sasori-kun," panggilku lirih. Berharap dia bangun... Ah! Lupakan. Aku hanya akan mengganggu waktu istirahatnya. Aku duduk termenung, aku pandangi wajah kekasihku. Sasori-kun memang tampan. Rambut merahnya, wajahnya putih tanpa noda.

Julukan baby face memang sangat cocok tersemat padanya. Tiba-tiba saja kata kata Sasuke memenuhi otakku lagi.

Sialan.


Aku tahu aku ini tidaklah cantik. Lalu apa masalahnya? Memangnya tidak boleh perempuan yang jelek berpasangan dengan laki-laki tampan? Kenapa harus dibilang menggunakan pelet sih?? Dasar mantan sialan.

Aku mengusap wajah dengan cukup kasar. Ini sudah tengah malam dan otaku dipenuhi dengan hal-hal yang memusingkan.

Ayo kita urutkan... Kekasih yang kecelakaan, bertemu mantan, dan dilecehkan secara verbal.

Aiiishhhhh!!!

Rasanya-rasanya aku ingin sekali menelepon Karin dan curhat dengannya. Bagaimana mungkin Sasuke ada di Konoha??? Bukannya dia bekerja diluar Jepang?

Jangan katakan aku penguntit atau stalker. Aku mengetahuinya dari beberapa berita. Orang sepopuler dia selalu menjadi incaran wartawan. Sasuke itu seperti topik legit dipagi hari, dan aku bersumpah tidak pernah membeli surat kabar atau majalah yang memampangkan wajahnya. Bukannya aku membencinya... Tapi, aku tidak mau jika aku dikatakan belum move on.

Aku menggeleng-gelengkan kepala. Buat apa sih aku memikirkannya!! Pasti aku sudah gila.

Aku menggenggam tangan kekasihku. Dingin. Tangan yang biasa merangkulku, memelukku dan menggenggamku dengan kehangatan sekarang terasa dingin. Jujur saja, aku sangat takut jika terjadi apa-apa dengannya. Meski kata perawat dia sudah baik-baik saja..... Tapi bagaimana aku menjelaskannya?

Kebakaran. Korban yang selamat dari kebakaran. Apa yang akan kau pikirkan pertama kali? Jika aku, aku akan berpikir mengenai luka bakar. Luka bakar adalah luka yang meninggalkan jejak. Bukan berarti aku khawatir jika kekasihku akan menjadi jelek. Aku menyukainya karena kebaikannya padaku, kesungguhannya yang ingin menjalani hubungan yang serius. Bahkan kami sudah merencanakan menikah di tahun ini.

Dan tanpa sadar, aku mengusap cincin pemberian Sasori di jari manisku. Masih kuingat dengan jelas wajahnya yang memerah mengajakku tunangan minggu lalu. uhhh dia manis sekali, ditambah wajahnya yang imut.... Ah, membayangkannya saja membuatku malu.

Kembali ke luka bakar, lelaki ini terlalu baik untuk mendapatkan hal yang mengerikan seperti itu. Aku masih mengingatnya, ketika Sasori bilang jika wajahnya adalah salah satu hal yang membuatnya percaya diri. Dan tidak bisa kubayangkan bagaimana reaksinya jika dia mendapat luka bakar.

Untunglah.

Saat aku sibuk memikirkan luka bakar, tirai disebelah tempat Sasori terbuka. Menampakan para suster yang sedang memindahkan pasien.

Aku mengenalnya.... Haruno Sakura. Model cantik sekaligus tunangan Uchiha Sasuke.

Pantas saja dia ada disini. Ah aku jadi merasa tidak enak telah berpikiran yang tidak-tidak pada Sasuke.

Ah! Tidak. Tidak. Tidak. Buang rasa tidak enakmu jauh-jauh Hinata! Segala sesuatu yang berbau mantan memang patut untuk dicurigai. Terlebih mantan brengsek seperti Sasuke.

"Permisi, Nona"

Lamunanku buyar oleh salah satu suster yang menangani Haruno Sakura.

"Ya?" jawabku sopan.

"Apa pasien ini juga mau dipindahkan?" Aku mengernyit bingung. Dipindahkan?

"Maksudnya?"

"Ah.... Karena Nona Haruno akan dipindahkan ke ruang VIP kupikir Tuan Akasuna juga mau dipindahkan?" Ruang VIP? Ruangan yang harganya seperti menginap di hotel. Ah yang benar saja. Untuk orang-orang sekelas Haruno hal itu memang sepele. Tapi untuk aku dan Sasori menghemat adalah jalan terbaik.

"Ah tidak perlu.... Berada diruangan umum kurasa sudah cukup. Lagipula ini hanya akibat asap api saja. Terlalu ringan." Aku dan sasori sedang menabung untuk pernikahan kami. Setidaknya kami mau membeli rumah yang layak dan minimalis.

"Ah.... Baiklah. Dan, ini milik Tuan Akasuna" perawat ini menyodorkan ponsel milik Sasori-kun. Ah jadi dia adalah suster yang mengangkat teleponku tadi? Suster yang ramah... Dia selalu tersenyum.

"Terimakasih," aku pun memberikan senyum tuluskan padanya

"Sama-sama. Ah, dan maaf... Tadi ada beberapa panggilan yang saya abaikan. Maaf karena saya sibuk mengurus pasien yang lain." Kulirik pada bagian riwayat panggilan.

Itu panggilan dari neneknya

"Ah, tidak masalah. Terimakasih"

Dan dibalas anggukan oleh si suster cantik.

Kebetulan yang menyebalkan...... Apa Haruno itu juga korban kebakaran?

Aku menggigit bibir bingung. Apakah aku harus mengabari nenek Sasori? Ah, Sasori sangat sayang dengan sang nenek. Kurasa membuat sang nenek khawatir bukanlah solusi yang tepat. Lagipula Sasori baik-baik saja. Dia hanya perlu istirahat.

Ya, rahasiakan ini dari neneknya.


-Hinata POV end-



...



Mikoto memboyong Sasuke saat sampai rumah.

Huh? Ibunya sangat mengganggu. Ini sudah tengah malam. Biasanya sang ibunda sudah terlelap jam segini. Dia bilang, tidur larut hanya membuat wajahmu jadi jelek. Apa sekarang kaasannya sedang menjilat ludahnya?

"Bagaimana kondisinya Sasuke?" tanya Mikoto dengan raut khawatir

Kondisi? Mendengarnya membuat Sasuke tersenyum puas. "Sangat memuaskan," tiba-tiba obrolannya dengan Suigetsu teringat kembali. Sesuai dengan harapannya.

"Memuaskan? Apa itu artinya Sakura baik-baik saja?" Mikoto sama sekali tidak mengerti akan jawaban sang putra. Sasuke mengangguk sebagai jawaban. Sakura memang baik-baik saja.

"Kaasan, aku ingin membatalkan pertunangan dan putus dengan Haruno itu," baru saja Mikoto bernapas lega akan kondisi Sakura, tapi si putra bungsu membuatnya kembali jantungan. Membatalkan? Apa-apaan?

"Apa? Sasuke jangan bercanda!"

"Aku serius, kaasan"

"Ap-apa? Kenapa?? Kenapa tiba-tiba..... !! Sasuke... Pertunangan bukan hal yang main-main! Tidak bisa asal dibatalkan! Kaasan tidak setuju."

"Maaf Kaasan... Aku tidak bisa lagi melanjutkannya. Lagipula, aku sudah punya pengganti untuk calon menantu kaasan. Kaasan pasti menyukainya." Ucap Sasuke santai. Mikoto membelalak mata.

Apa-apaan putranya ini? Apa putranya sudah gila? Calon menantu pengganti? Sejak kapan putranya dekat dengan wanita lain? Atau jangan-jangaan.......

"Jika calon menantu yang kau maksud adalah pekerjaanmu.... Maka kaasan lebih baik bunuh diri Sasuke!" Kali ini sasuke yang terbelalak mendengar penuturan kaasannya. Sedangkal itukah pandangan kaasannya terhadap hati Sasuke? Begini-begini sasuke masih normal!

"Jangan ngelantur kaasan. Calon menantumu adalah manusia. Perempuan tulen. Yaah... Meskipun wajahnya pas-pasan dan tidak bisa disandingkan denganku. Tapi kupastikan kaasan akan suka dengannya"

Mikoto menyipit curiga. Benarkah?

"Sasuke, jangan bilang jika kau ingin membatalkan pertunangan ini karena kau berselingkuh?" Jika itu benar, Mikoto akan sedih... Dia tidak pernah mengajarkan Sasuke untuk menyakiti wanita dengan cara menduakannya. Cukup sekali terjadi pada Hinata-channya. Saat itu mendengar cerita sang bungsu perihal betapa brengseknya dia membuat Mikoto sedih. Alasan dibalik kandasnya hubungan Hinata-chan dan Sasuke karena orang ketiga Yamanaka Ino. Ah, bicara tentang Hinata-chan, Mikoto penasaran bagaimana kabar perempuan itu sekarang... Mikoto sudah kepalang sayang dengannya

Selingkuh? Mendengarnya membuat Sasuke ingin tertawa. "Selingkuh ya? Coba kaasan tanyakan saja pada Sakura" Sasuke lelah, dan memilih beranjak menuju ke kamarnya.


Saat berada ditangga, Sasuke mengingat sesuatu. "Ah ya, kaasan.... Kurasa aku akan pindah bekerja di sini. Aku tidak akan lagi mengurus perusahaan di London." Benar, melihat Hinatanya, membuat sasuke jadi ingin bermain-main sedikit. Bukankah ini kesempatan yang bagus? Persetan dengan pekerjaannya di London... Dia hanya ingin memberi sesuatu pada kelincinya di Jepang. Kelinci manis berambut indigo.



...



-Hinata POV-


Aku merasakan usapan lembut dikepalaku. Secara perlahan aku membuka mataku. Ah, sepertinya aku ketiduran dirumah sakit. Untunglah sekarang akhir pekan, jadi aku tidak perlu bekerja. Mataku masih perih karena baru bangun.

"Maaf, apa aku membangunkanmu?" suara maskulin menggelitik pendengaranku. Sasori-kun. Aku sangat tahu jika ini suaranya.

"Ohayou," ucapku lirih dan tak lupa kuberikan senyum manisku

"Ohayou," balasnya sambil tersenyum juga. Kulihat dia sedang bersandar disandaran kasur. Wajahnya yang terkena sinar matahari pagi membuatnya semakin tampan dan bersinar. Ah, betapa aku mencintai pria ini.

"Maaf, membuatmu khawatir," aku menggeleng menjawabnya. Sama sekali tidak. "Apa kau sudah baikan?" Aku bertanya sambil memegang tangannya. Hangat.

Dia mengangguk "Kurasa aku akan keluar hari ini. Bagaimana jika kita jalan-jalan?" Ah, aku jadi bersyukur Sasori mengalami insiden ini. Dengan begitu akhir pekan ini akan kami habiskan untuk berkencan. Aku mengangguk antusias.

Sasori terkekeh melihatku yang seperti anak-anak. Uuuuhhhhh aku jadi malu. Kurasakan panas di pipiku. Pasti wajahku memerah sekarang.

"Aw" Sasori mencubit pipiku gemas. Ah benar, Sasori-kun bilang dia sangat menyukai pipi tembemku. Dia tersenyum padaku sangat manis. Dan aku membalasnya dengan tidak kalah manisnya. Apakah setelah ini akan ada morning kiss? Jika iya, maka ini adalah pertama kalinya untukku. Aku memang cukup kolot dalam berhubungan.

Baru saja bayangan morning kiss bertebaran dikepalaku saat tiba-tiba suara ponselku berdering. Siapa sih pagi-pagi menelepon? Sungguh mengganggu!

"Maaf," aku mengambil ponselku dan melihat jika Karin adalah pelakunya. "Sasori-kun, aku ingin menelepon dulu," dan sasori mengangguk setuju. "Jangan terlalu lama... Aku kangen." Ah, mendengarnya membuatku malu.

"Halo....."

"Bagaimana kadoku?" Aku mendengar suara antusias Karin dari seberang telepon. Kado? Kado apa?

"Kado apa?" Aku bertanya jujur. Memangnya kado apa? Seingatku, ulang tahun masih beberapa bulan lagi.

Tak lama aku mendengar Karin berjengit. "Kau belum membuka belanjaanmu semalam? Apa kau langsung tidur??" Ah benar. Kantung belanjaanku masih berserakan di lantai kamar. Aku sudah keburu panik saat tahu Sasori-kun ada di rumah sakit. Jadi dia diam-diam menaru barang di sana? Ah yang benar saja. Aku ini bukan lagi anak kecil yang senang dengan hal berbau kejutan.

"Belum karin.... Aku menginap dirumah sakit," dan setelah mengatakan itu, aku mendengar suara teriakan kaget Karin. Kujauhkan ponselku dari telingaku. Karin dan segala kegilaannya. Apa dia tidak bisa menjadi lembut barang sebentar saja? Aahh.... Dia terlalu berisik.

"Apa yang terjadi padamu? Aku menyesal tidak mengantarmu sampai pintu kamarmu." Apa? Dia pikir aku anak kecil??? Aku tersenyum mendengarnya. Dia benar-benar sahabat terbaik yang aku miliki. Benar-benar tidak kusangka.... Padahal aku masih mengingat dengan jelas tatapan kebenciaannya padaku saat pertama kali bertemu.

Andai Karin laki-laki, mungkin aku akan memutuskan menikah dengannya.

Aku menggelengkan kepala atas pemikiran gila barusan.

"Aku baik-baik saja Karin.... Sasori-kun yang mengalami musibah."

"Ah...! Benarkah? Bagaimana kondisinya?"

"Dia baik-baik saja...... Kau tahu aku sangat panik tadi malam saat dikabarkan rumah sakit." Aku melirik ke arah pakaian yang aku kenakan. "Bahkan aku masih memakai piamaku. Huft.... Ini memalukan, Karin"

"Apa aku perlu menjenguk??" Perlakuannya sangat berbeda. Jika saja aku yang terluka dan dirawat, sudah dipastikan Karin akan berlari di lorong rumah sakit dan tidak akan meminta izinku.... Dia sangat tidak adil terhadap orang lain.

"Tidak perlu, Sasori hanya kehabisan oksigen saja... Sekarang dia sudah sangat sehat. Kami berencana pulang setelah aku selesai meneleponmu"

"Ah... Baiklah. Jangan lupa kau cek kadoku ya sayang!! Aku mencintaimu... Bye-bye!" Menjijikan! Mencintai katanya??!! Untung saja ini lewat telepon. Jika bukan.... Pasti semua orang akan menganggap kami lesbian!



...



Aku terkejut. Dan tersadar jika aku berada di toilet perempuan. Mataku terbelalak. Bukan, bukan karena aku yang ada di toilet perempuan! Melainkan laki-laki yang ada didepanku ini.

Mantan yang sudah kusisihkan dari cerita cintaku.

Apa-apaan dia? Aku mengelus pergelangan tanganku yang cukup sakit. Dia mencengkramnya terlalu kencang!

"Apa kau sudah gila?!!" Aku berteriak marah. Ini gila! Sungguh. Aku baru saja ingin memasuki ruang rawat kekasihku, ketika tiba-tiba sebuah tangan mencengkramku dan menarikku menuju toilet wanita. Terlebih yang menarikku itu laki-laki! Ini namanya pelecehan! Dia tidak seharusnya berada di toilet perempuan!

Kulihat dia hanya terkekeh. Dia benar-benar sinting..... Kenapa sih? Dia seperti tidak bisa move on saja, selalu menggangguku. Oke, aku salah. Kuralat kata-kataku. Maksudku ini pertama kalinya dia menggangguku semenjak 5 tahun yang lalu. Kalau tadi malam dia menjenguk tunangannya... Jadi kurasa itu tidak masuk hitungan.

"Minggir!" Aku mendesis. Berharap dia terintimidasi dan takut. Oh Hinata... lupakan itu. Lihat, dia malah menyeringai senang.

"Oh, berterimakasihlah.... Aku sedang berbaik hati hari ini." Aku menganga mendengarnya

Baik hati dengkulmu! Lihat apa yang kau perbuat pada pergelangan tanganku ini? Aku seperti mengenakan gelang berwarna merah yang menempel di kulit!

Aku berusaha menyabari hatiku. Tenang Hinata. Tidak boleh meledak! Kau itu perempuan dewasa. Meskipun memiliki wajah yang jelek, tapi setidaknya bersikaplah yang anggun dan cantik. Imageku tidak boleh hancur.

"Ada apa Uchiha-san? Kupikir kau salah memasuki toilet."

"Kau menginap dirumah sakit?" Lihatlah.... Percuma memiliki wajah yang tampan tapi tidak memiliki sopan santun. Pertanyaanku sama sekali tidak diacuhkan! Ya tuhan... Aku ingin melanjutkan morning kissku!

"Ada keperluan denganku?" Aku membalasnya. Aku juga tidak akan mengacuhkan pertanyaannya. Kulihat dia diam sebentar. Lalu tak lama mengeluarkan beberapa lembar foto. Dia menyodorkannya padaku,... Mau tak mau aku menerimanya.

Aku terbelalak.

Itu foto Sasori....

.....Bersama wanita lain.

Tunangan mantan kekasihku. Haruno Sakura.

Bayangan-bayangan negatif mulai memenuhi kepalaku.

Aku menatapnya minta penjelasan. Dan hanya dihadiahi oleh kekehannya saja. "Apa maksudnya ini?" Aku bertanya padanya serius. Benar. Ini menyangkut kekasihku, aku harus serius.

"Kupikir kau bisa ambil kesimpulannya Hyuuga.... Kekasihmu dan tunanganku.... Kau pikir mereka sedang apa? Seorang laki-laki dan seorang perempuan berjalan berdua. Lihatlah, bahkan mereka tertawa bersama. Kupikir mereka bukanlah saudara, wajahnya tidak mirip."

Dia menyuruhku memikirkan apa yang aku pikirkan. Aku juga tahu... Itulah yang memenuhi pertanyaanku sekarang. Terlebih..... Untuk apa Uchiha Sasuke menunjukan itu padaku? Ini termasuk aib tunangannya jika ini adalah kasus perselingkuhan! Lihat, bahkan wajahnya tergolong tenang saat tahu tunangannya berselingkuh. Dia tidak berubah... Dia memandang dangkal suatu hubungan. Terutama rasa cinta.

"Aku tidak bertanya mengenai mereka berdua Uchiha-san... Yang aku tanyakan adalah.. Apa maksudmu menunjukan ini padaku?" Aku tidak mau berfikiran negatif. Lagipula pada foto itu, Sasori sama sekali tidak kontak fisik dengan Nona Haruno.

Apa hubungan keduanya?

Teman lama kah?

Saudara jauh?

Sebatas kenalan?

Rekan kerja?

Atau apa? Aku...... Tidak tahu!

"Mengejekmu mungkin," jawaban Sasuke membuatku terkejut. Mengejek? Apa maksudnya?


"HanyaIngin memperlihatkanmu bagaimana dunia ini bekerja, Hyuuga. Kau tidak kapok ya berkencan dengan laki-laki tampan? Lihatlah tampilanmu.... Bahkan memenuhi standar kriteria saja tidak sampai. Dengan kondisimu yang seperti ini, kau terlalu serakah Hyuuga! Lihat kau mendapatkan karmanya, selalu tidak beruntung ya...."

Rasanya-rasanya aku ingin menampar wajahnya. Aku memang tidak kaya, aku juga tidak cantik..... Bahkan jauh dari kata-kata wanita cerdas. Tapi kenapa dia berkata setega itu padaku? Membuatku ingin menangis saja.

"Aku bisa menebak alurnya. Kalian akan putus setelah ini.... Kemudian kekasihmu itu akan meminta kesempatan kedua. Dan berakhirlah dia di pembuanganmu. Sama seperti diriku dulu... Itu adalah masa masa terbodohku."

Aku tersenyum memandang Sasuke. Aku tidak boleh tersulut emosi karenanya. Aku tahu itu yang dia inginkan dariku sekarang. aku juga tidak boleh menangis... Aku yakin dia akan bergembira saat melihatku menangis. Dia berbeda. Sejak kapan Sasuke manisku berubah menjadi brengsek seperti ini? Apa semenjak aku mencampakannya? Ah, ironi sekali.. Akan kubalas kau!

"Aku akan memberikannya kesempatan kedua itu Uchiha.... Sasori-kun..... Berbeda denganmu. Jadi tidak perlu repot-repot menasihatiku. Lagipula... Kami akan menikah ditahun ini. Aku tidak rela jika harus melepaskan lelaki setampan Sasori... Bukankah dia tambang untuk memperbaiki keturunan?" Berteman dengan Karin membuatku pintar untuk sekedar berdebat dan memutar otak. Aku sering melihat Karin bertengkar dengan orang lain. Sifat tsunderenya itu membuatnya memiliki banyak musuh. Dan itu adalah pengalaman menguntungkan untukku.

Kali ini aku melihat Sasuke terbelalak. Ada apa Uchiha? Apa reaksiku tidak seperti perkiraanmu? Rasakan! Aku tersenyum dan dia semakin emosi melihatnya. Kulihat dia mati-matian menahan emosinya.

"Jadi ini...." Aku mengangkat foto kedepan wajahnya. "Sama sekali bukan masalah untukku," dan merobeknya!

Selagi dia diam bergeming aku pun pergi dan keluar dari toilet. Ada apa hari ini? Kenapa tidak ada orang sama sekali yang ingin pergi ke toilet. Baru saja beberapa langkah aku meninggalkan toilet, aku mendengar suara teriakannya. Aku melihatnya berdiri didepan pintu toilet

"Ini sangat tidak adil..... Dia lebih brengsek daripada aku. Kau tahu kecelakaan kebakaran kemarin? Dia dan tunanganku memesan kamar hotel yang sama. Kau juga tahu kan kebakaran itu terjadi di hotel."

Aku terkejut. Aku tidak tahu itu! Benarkah? Benarkah hubungan keduanya sudah sejauh itu. Aku merasakan mataku mulai panas. Tidak! Jangan Hinata! Jangan di depannya!

"Hyuuga, jujur saja.... Aku sama sekali tidak peduli dengan hubungan kalian berdua. Bahkan denganmu. Sebagai kenalan lamamu... Aku hanya memperingatkanmu saja... Kau tahu, menikah dengannya mungkin saja akan membuatmu mengasuh anaknya dari perempuan lain nantinya," aku masih kurang berpengalaman. Dia lebih hebat dalam adu lidah..... Aku? aku tidak bisa menjawabnya. Aku hanya diam. Ini bukanlah akhir dari seorang Hyuuga Hinata. Uchiha brengsek itu benar-benar keterlaluan.

Kali ini dia berjalan melewatiku. Tidak boleh! Aku yang harus meninggalkannya duluan! Setidaknya perempuan jelek ini mempunyai harga diri!

"Aku tidak mengerti jalan pikiranmu Uchiha-san." Bagus Hinata.... Balas perkataanya! Kulihat dia mulai menghentikan langkahnya. Aku maju..... Sampai berada di depannya.

"Kenapa kau katakan semua ini padaku? Kau mempunyai seorang tunangan.... Jika memang hubungannya dengan kekasihku sejauh itu.... Kenapa kau bersikap biasa saja?"

"Bukan urusanmu, Hyuuga." Ah, aku mulai melihatnya risih.

Aku membuat wajahku pura-pura terkejut. Seperti baru menyadari sesuatu. "Ah! jangan bilang kau masih menyukai wanita jelek ini?"

Aku melihatnya terkejut.... Bahkan membelalak matanya.

"Ap-apa??? Kau sudah gila? Aku.... denganmu? Yang benar saja..!!" Ya... Kau benar Sasuke, Hinata Hyuuga ini sudah gila. Dan aku sudah masa bodoh dengan harga diriku! Setidaknya aku yang akan pergi duluan. Enak saja!

"Benar.... Aku sudah gila! Jadi jangan bicara dengan wanita gila ini lagi.... Minggir!!!" Dan kututup dengan menginjak sepatu hitam mahalnya. Sayang sekali aku sedang pakai sendal rumahan. Jika saja aku memakai high heels.. Kupastikan dia berjalan pincang. Aku berlari menjauh.... Lamat-lamat aku masih mendengar teriakannya.

Terakhir aku mendengar adalah dia berteriak mengumpat.

"Brengsek!" itulah umpatanya.



TBC

Untuk saat ini, tidak ada BSI (Bonus Seputar Info) dulu yaa...

Sebagai gantinya, aku akan memberikan beberapa potongan-potongan spoiler untuk chapter berikutnya.

--

Aku memandang kalung ametis ini cukup takjub. Tapi..... Aku menyendu, memikirkan banyak hal. Sepertinya tidak akan pantas jika aku menerima kalung ini darinya. Lagi lagi aku bimbang. Jadi aku harus seperti apa?

--

"Ah, kau tenang saja, Uchiha-san..... Undangannya sudah kucetak. Dan kupastikan kau adalah salah satu yang menerimanya... Brengsek!"

--

Aku tidak percaya apa yang aku dengar...... Dia bilang ba bi bu... Tapi lihat apa yang dia lakukan sekarang? Ini sangat sesuai dengan perkiraan awalku!

--

"Suigetsu.... Katakan padanya untuk tidak menggangu Hinataku lagi!!.... Lagipula, kenapa dia jadi menetap di Jepang sih?!!! Kau bilang dia akan tinggal di Jerman sampai berambut putih!!"


Have a nice Day! Nakama

Signature (Lavendark) [apakah banyak Typo?]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top