2. Let's Go Out
Gintama copyright Sorachi Hideaki
Let's Go Out by Amoyamo
Tema Utama : Changing Destiny
Sub tema : Back to the Past
Genre : Fantasy / Romance
Kategori : Cerita Pendek
Setting : Gintama Movie 2 : Kanketsu-hen - Yorozuya yo Eien Nare
Pair : HijiGin/Hijikata Toshiro x Sakata Gintoki
slight
TakaGin/Takasugi Shinsuke x Sakata Gintoki
Warning : yaoi, BL, boyxboy, breaking the walls
*
*
*
"Jadi, apa yang diinginkan Wakil Komando Patriot Joui Kondo ini di sini?"
Hiraga Gengai memandang sosok pria dengan iris biru yang hampir kehilangan tujuan hidupnya. Sebagai buronan pemerintah, kini ia berada dalam perlindungan kelompok teroris aliansi Katsura dan Kondo. Meski tak seluas ruangannya dulu, setidaknya peralatan mesinnya cukuplah untuk membuat sesuatu. Kini si tua pecinta robot menjadi pemasok senjata canggih bagi kedua kelompok teroris ini.
Hijikata masih diam beberapa saat, sebelum akhirnya mengeluarkan sesuatu dari kantung jasnya. Sebuah kain lusuh dengan noda darah di sana. Ia menggenggam erat benda itu sebentar sebelum memperlihatkan isinya. Sebuah kristal hijau kecil terdapat di dalamnya.
"Ini ...."
"Bisakah kau membuat mesin waktu dengan ini? Kau pasti membutuhkan sumber tenaga yang besar."
Gengai memperhatikan dengan saksama benda yang ada dalam genggaman Hijikata. Kristal Altana. Ia tahu benda apa itu. Hanya saja ia tidak mengerti dengan maksud dari Hijikata. Pria tua itu bisa saja menduga, tapi ia lebih memilih untuk mengetahui selengkapnya.
"Apa yang akan kau lakukan, Toshinoji?"
Si pemilik iris biru tetap menunduk dan memandang pada benda dalam genggamannya. Ia perhatikan dalam diam kristal hijau itu. Peninggalan terakhir yang diberikan Gintoki padanya. Si keriting bodoh itu memohon padanya untuk menjaga kristal ini, tapi ia tidak berjanji.
Menghela napas, Hijikata memandang lurus pria tua yang jenius di depannya itu. Ia tahu dirinya egois. Jika kekasihnya saja dapat bersikap egois dengan meninggalkan orang-orang yang menyayanginya, maka ia pun dapat melakukannya.
"Sudah jelas. Aku akan mengubah masa lalu agar dunia ini tidak lagi hancur."
Gengai tentu sudah tahu lengkapnya bagaimana semua ini terjadi. Meski kesal, ia tidak bisa menyalahkan keputusan Gintoki. Pria bodoh itu akan selalu mengambil keputusan yang sama bodohnya.
Semua orang yang mengenal si pria berambut perak itu telah mengetahui faktanya. Di mata Gengai, wajar bagi Hijikata jika pria perokok berat tersebut ingin memperbaiki masa depan bumi yang telah hancur ini. Ia mengerti, hanya saja ....
"Jika Ginnoji masih ada, apa kaupikir dia akan melakukan hal yang sama?"
Pria berambut hitam itu hanya mendengkus.
"Lebih dari itu. Dia pasti akan membunuh dirinya di masa lalu agar hal ini tidak terjadi."
Pria ahli mekanika itu diam-diam menyetujui pernyataan pria di depannya. Ya, Gintoki akan dengan mudah membuang nyawanya demi keselamatan orang lain. Tapi dia tidak mengerti bagaimana perasaan orang-orang yang ditinggalkannya.
Menghela napas, pria tua botak itu mengangguk setuju. Ia mengambil sebuah telepon selular dari meja kerjanya.
"Baiklah, aku akan memanggil D*raemon agar dia bisa meminjamkan mesin waktunya padamu."
"Oi! Jangan mencampurkan dua fandom berbeda di sini!"
"Oh ... Tsukkomi-nya kembali." Gengai bertepuk tangan melihat respon Hijikata.
"Bisakah kau lebih serius?" Hijikata tak sanggup untuk tidak menggebrak meja kerja Gengai hingga beberapa barang yang ada di atasnya terjatuh. Mengedikkan bahunya, pak tua jenius itu tidak ambil pusing.
"Baiklah, bisa saja aku membuatnya, tapi membutuhkan waktu yang tidak sebentar."
"Berapa lama pun akan kutunggu. Kalau begitu aku permisi."
Pria berambut hitam itu segera beranjak dari duduknya. Belum sempat menghilang dari balik pintu, ia kembali lagi.
"Ah, kalau bisa mesin waktu ini mudah dibawa ke mana-mana, jadi harus berukuran kecil. Contohnya seperti di film D*adpool yang digunakan Cab-AAAARGH!!!"
Dengan telak sebuah obeng dilemparkan Gengai mengenai dahi Hijikata.
"Berisik! Kalau kau ingin aku cepat selesai, jangan ganggu, Toshinoji!"
*
*
*
Tak ada yang mengetahui rencana Hijikata untuk pergi ke masa lalu dan merubah masa depan. Ia akan melakukannya seorang diri, jadi ia tidak akan memberitahu orang lain. Cukup pak tua Gengai saja yang tahu.
Berbulan-bulan ia menunggu kabar dari mekanik tua itu, namun tak kunjung datang. Yang dapat dilakukannya saat ini hanya berusaha menyibukkan diri agar tidak selalu teringat kenangannya bersama dengan si rambut perak bodoh.
Setelah menunggu lebih lama, dengan segera Hijikata menghampiri Gengai dalam ruangannya setelah diberi kabar pak tua itu untuk menemuinya. Bahkan pria pecinta mayones itu tidak segan meninggalkan pekerjaannya dan sudah mempersiapkan benda-benda yang akan dibawanya dalam sebuah tas.
"Oh, Toshinoji, kau cepat datang."
"Apa kau berhasil membuatnya?"
"Hmph. Jangan meremehkanku. Tentu saja aku berhasil. Aku harus mendeteksi gelombang energinya lebih dulu agar bisa mengonversinya menjadi-"
"Oke. Jadi, apakah alat itu bisa membawaku ke masa lalu saat masih perang Joui di mana Gintoki dan yang lainnya berada?"
Gengai berdecak kesal melihat antusias Hijikata yang tidak mau mendengar kelanjutan dari omongannya yang terputus. Pria ini sama tidak sabarnya seperti Gintoki. Pantas saja mereka memiliki hubungan cinta-benci saat dulu.
Menghela napas, pak tua itu mengeluarkan alat yang ia klaim sebagai mesin waktu dalam bentuk arloji. Sesuai seperti yang disarankan Hijikata.
"Itu hal mudah. Kau bisa langsung menggunakan alat ini ke waktu dan tempat yang kau inginkan di masa apapun."
Mengambil mesin waktu dengan bentuk jam tangan tersebut, mata birunya menyipit memperhatikan benda itu.
"Benda ini dapat melakukan perjalanan waktu lebih dari dua kali, 'kan? Aku tidak mau tertahan di masa lalu seperti yang ada di film Dead-"
"Jangan meremehkanku, Toshinoji. Kujamin alat ini dapat membuatmu datang dan pergi ke masa apapun dengan bebas tanpa ada efek samping."
Hijikata mengangguk setuju. Ia tidak lagi meragukan kemampuan mekanik di depannya. Dengan segera ia mengenakan arloji itu di pergelangan tangan kirinya.
"Kalau begitu biar kucoba."
"Eh? Sekarang?"
Hijikata memutar lingkaran yang ada di arloji tersebut dan melihat layar di tengahnya menunjukkan waktu dan tempat yang ditujunya. Tanah Sekigahara pada 15 tahun lalu, ia akan melindungi Gintoki dari kutukan Kodoku.
"Baiklah, terima kasih, Gengai-san."
"Ah, tunggu, Toshino-"
Sosok Hijikata sudah menghilang sebelum Gengai menyelesaikan kalimatnya. Beberapa detik ia masih diam di tempatnya semula, sebelum akhirnya menghela napas.
"Aku belum selesai bicara kalau dia tidak akan mendarat dengan mulus. Ah, ya sudahlah. Toshinoji sama kuatnya dengan Ginnoji, kurasa dia akan baik-baik saja."
*
*
*
Melewati ruang dan waktu, tubuh Hijikata serasa ditarik dari berbagai arah, berputar-putar membuat perutnya serasa diaduk. Hal ini membuatnya mual.
Begitu momen itu selesai dan merasa ada angin sejuk yang berembus mengenai tubuhnya, ia hampir menghela napas lega. Ya, hampir. Berikutnya si pria berambut hitam berteriak panik karena ia sedang terjatuh dari ketinggian.
"OIIIIII!!! KENAPA AKU HARUS JATUH DARI TEMPAT SETINGGI INI?! DASAR PAK TUA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!"
Dalam keadaan panik Hijikata mencoba mencari buku panduan dari mesin waktu tersebut namun nihil. Tapi ia melihat ada tombol kecil di samping arloji itu. Tanpa pikir panjang ia tekan tombol itu dan muncullah balon transparan yang membungkus tubuhnya. Akhirnya ia dapat menghela napas lega.
Mungkin ini adalah sistem keselamatan yang dibuat mekanik tua itu. Tapi Hijikata menyadari bahwa ia masih terjatuh dengan kecepatan yang konstan. Pria itu pun dapat melihat dataran di bawahnya.
Tunggu, kalau ia tetap terjatuh begini, bukankah saat balon ini mencapai daratan justru akan pecah? Jika begitu, bukankah tubuhnya akan tetap hancur?
"Tunggu dulu! Kalau aku mati karena jatuh sebelum mencegah Enmi menanamkan kutukan Kodoku pada Gintoki, sama saja percuma! GYAAAAAAA ...."
Hijikata berteriak histeris saat balon transparan yang menyelubunginya sudah hampir bertabrakan dengan daratan di bawahnya. Namun yang tidak ia duga justru balon itu memantul tinggi di atas permukaan tanah sambil mengaduk Hijikata di dalamnya. Menggelinding beberapa saat di antara hutan hingga membuat pohon-pohon di sana tumbang, barulah bola yang dikendarainya berhenti tepat di tengah pekarangan luas dari rumah tua besar yang tidak terpakai.
Pria berambut hitam itu berusaha bangkit perlahan dari posisi tengkurap. Sebelum akhirnya balon itu meledak dan ia menindih seseorang di bawahnya.
"Ugh ... sakit ...."
Mendengar suara orang yang merintih itu, iris biru Hijikata dapat melihat sosok yang ditindihnya. Napasnya tercekat.
"Gin ... toki ...."
Gintoki yang berada di bawahnya sedikit terkejut sambil memegang kepalanya yang kini memiliki rambut sedikit lebih panjang. Si bodoh itu memakai ikat kepala putih panjang, baju serba putih dan armor hitam yang melindungi dadanya. Wajahnya juga jauh tampak lebih muda. Tidak salah lagi bahwa ini adalah Gintoki pada masa perang Joui yang dijuluki Shiroyasha. Sepertinya saat menggelinding tadi, tidak sengaja Gintoki terdorong dan tertindih oleh balon transparan yang menyelubunginya.
"Siapa kau?"
Samar-samar si mantan polisi itu mendengar suara katana yang ditarik dari sarungnya. Banyak anggota Joui lain yang mengelilinginya dengan katana teracung ke arahnya. Memperhatikan sekitar, Hijikata tahu bahwa dirinya berada di tempat persembunyian kelompok Joui yang dipimpin Gintoki dan rekan-rekannya.
"Hei, jawab! Siapa kau sebenarnya? Apa tujuanmu tiba-tiba datang ke tempat ini?" Salah satu patriot Joui menanyainya.
"Aku ... ugh!" Hijikata merintih memegangi perutnya. Hal ini membuat patriot Joui lain waspada dan membuat Gintoki sedikit khawatir dengan pria yang masih menindihnya.
"Hei, kau kenapa?"
"Gintoki ... menjauhlah sebelum-HOEK!"
"Gyaaaa ... Gintoki-saaaann!!!"
Terlambat. Hijikata sudah tidak bisa menahan rasa mualnya. Setelah terombang-ambing melewati ruang dan waktu, ditambah teraduk-aduk di dalam bola transparan yang menyelamatkannya menjadi bubur, pria pemilik iris biru itu akhirnya memuntahkan isi perutnya tepat ke wajah Gintoki.
"Ma-maaf, aku-hoek!"
"Berengsek! Berhenti muntah pada wajahku!"
Sekuat tenaga Gintoki mendorong pria yang sudah mengotori wajahnya dengan muntahan lalu beranjak pergi. Sementara itu Hijikata kini dikepung oleh anggota Joui lainnya dan ia tidak dapat bertindak gegabah. Jadi ia mengangkat tangannya tanda menyerah.
"Ahahaha ... ahahaha ... jadi teringat pertemuan pertama kita ya, Kintoki?"
"Diam kau, Tatsuma!"
Meski masih tertawa, Tatsuma mendapat tendangan sayang dari Takasugi yang juga kesal karena mendapat 'salam' tidak enak seperti yang dialami Gintoki. Walau terbaring di atas tanah pun Tatsuma masih tertawa dengan bodoh.
*
*
*
To be continue
*
*
*
Manzai, lawakan dr jepang mirip stand up comedy. Terdiri dr Tsukkomi (si pintar) dan Boke (si bego). Biasanya si Boke ngmg nyerocos ngelawak tp si Tsukkomi yg ngebantah2in.
Nah di Gintama yg selalu jd Tsukkomi itu si Hijikata n Shinpachi, walopun kdg2 mereka jd Boke jg trgntg ceritanya...
Yak chap 2 kali ini cuma 1,5k words. Dikit ye? 😆😆😆
Kalem ya sis, chap dpn bakal lbh dr 2k words lg kok... biarkan HijiGin bertemu dengan 'santai' di sini... 😂😂😂
Kali ini judul chap diambil dr opening gintama ke 12... salah 1 OST Gintama kesukaan gw... diliat dr liriknya yg pas, jd gw pake aja...
Thanks for reading, vomment n support
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top